Mohon tunggu...
Khoirul Muttaqin
Khoirul Muttaqin Mohon Tunggu... Wiraswasta - IG: @bukutaqin

Halo 🙌 Semoga tulisan-tulisan di sini cukup bagus untuk kamu, yaa 😘🤗

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Malam Minggu Kami Bercerita Buku "Perempuan di Titik Nol"

11 Oktober 2021   16:12 Diperbarui: 11 Oktober 2021   16:15 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saling berpendapat/Dokumen pribadi

"Sepuluh hari sebelum Firdaus dieksekusi mati. Seorang psikiater menemuinya di dalam penjara. Firdaus dianggap sebagai tahanan paling istimewa karena tidak pernah rewel saat berada di sel. Apalagi memberontak hingga membuat gaduh, tidak pernah. Firdaus juga tidak membela dirinya agar terbebas dari hukuman. Padahal saat itu ada yang paham jika Firdaus sebenarnya tidak bersalah," kata Dewi Asrofinaim, saat kami mulai melakukan cerita buku bersama.

Cerita buku malam ini (9/10) adalah pertemuan ke empat belas. Namun jangan dikira apabila kami rutin melakukannya. Kegiatan kami sempat vakum dalam waktu yang cukup lama. Alasannya tentu, karena covid-19 menyerang negeri kita dan beberapa kesibukan di antara kami. Namun tak apa-apa, toh akhirnya bisa berkumpul lagi dan bercerita buku.

Jika sebelum-sebelumnya perkumpulan diadakan di warung kopi. Kali ini melakukannya di emperan rumah. Tepatnya adalah rumah Leny yang berada di Deyeng, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri.

Pada saat sesi cerita buku, sembilan orang di antara kami mendengarkan Dewi yang menjadi pencerita. Buku yang diceritakan berjudul Perempuan di Titik Nol karya Nawal As Sa'dawi. Sebuah buku tipis bersampul merah yang sempat populer karena isinya yang "menyentuh".

Cerita buku

Dewi/Dokumen pribadi
Dewi/Dokumen pribadi

Sambil santai-santai ditemani kerupuk dan gorengan, Dewi menjelaskan apabila dalam buku yang baru ia baca, terdapat tokoh perempuan bernama Firdaus. Tokoh ini adalah tokoh utama yang menjadi inti buku.

Firdaus memiliki keluarga yang sangat miskin. Saking miskinnya, mereka tidak mampu mencukupi kehidupan Firdaus. Sehingga orang tua terpaksa menitipkannya pada kerabat. Salah satu keluarga yang dikenal sangat agamis, dan Firdaus tumbuh di keluarga pamannya.

Hanya saja saat berada di rumah pamannya, Firdaus yang masih polos tidak sadar jika dalam momen yang cukup sering, ternyata dirinya telah dilecehkan. Pamannya sendiri yang melakukan pelecehan seksual pada Firdaus. Namun ia menikmati aksi cabul pamannya karena tidak menganggap hal itu sebuah kejahatan. Firdaus tidak mendapat pendidikan seksual sekalipun keluarga itu dikenal sangat religius. 

Pada suatu titik tertentu, akhirnya Firdaus dinikahkan dengan orang lain. Ada banyak hal yang melatarbelakangi, salah satunya karena istri pamannya marah. Lalu Firdaus akhirnya pindah ke rumah suaminya.

Di rumah milik suaminya, ternyata Firdaus mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan juga. Terutama selepas suaminya meninggal dunia. Dan pada akhirnya Firdaus pergi lagi ke tempat yang lain. Menjadi pelacur.

Waktu terus berjalan dan Firdaus sudah mulai paham mengenai kebaikan dan keburukan. Setelah menjadi pelacur dalam waktu yang cukup lama, akhirnya ia keluar dari pelacuran dan bekerja di sebuah perusahaan.

Hanya saja tidak seperti yang dipikirkan oleh Firdaus sebelumnya. Keinginannya keluar dari dunia hitam justru membuat dirinya kecewa saat melihat realita yang ada. Bahwa dirinya harus tidur bersama atasannya jika ingin naik pangkat. Ia merasa kaget dengan "dunia di perusahaan".

Namun saat itu pada sisi yang lain,  Firdaus juga memiliki seorang pasangan yang membuat hidupnya cukup tenang. Seorang laki-laki yang sangat ia sayangi. Seorang aktivis yang sering melakukan aksi-aksi untuk membela buruh pabrik. Mereka berdua saling menyayangi antara satu dan lainnya.

Hanya saja Firdaus dibuat kecewa untuk kesekian kalinya saat mengetahui realita setelahnya. Pacarnya yang dulu getol membela para buruh dan menuntut hak buruh. Pada akhirnya berkhianat lalu bekerja di perusahaan yang tadinya ia tentang! Perilakunya sudah sangat terbalik dengan apa yang sering digembar-gemborkan. 

Saking kecewanya dengan keadaan di luar yang ternyata sama-sama busuk. Akhirnya Firdaus memutuskan untuk kembali melacur. Ia berpikir jika di mana pun tempatnya, pasti sama saja. Semuanya penuh dengan orang-orang yang tidak bermoral. Sedangkan di pelacuran, ia bisa mendapat gaji yang lumayan.

Akhirnya Firdaus melayani para pengunjung yang datang kepadanya. Sama seperti saat-saat sebelum dirinya bekerja di perusahaan. Hanya saja naas, di tempat barunya  Firdaus mendapat perlakuan buruk oleh orang yang menjadi manajernya. Firdaus tidak diizinkan untuk banyak istirahat. Ia harus terus melayani pelanggan. Harus terus mencari uang.

Firdaus merasa tertekan karena perlakuan yang tidak manusiawi. Firdaus sudah berkata jika dia butuh istirahat. Namun manajernya tidak peduli. Firdaus tetap dipaksa untuk terus melayani pelanggan yang datang kepadanya. Entah saat Firdaus lelah, saat Firdaus kurang berenergi, dia tetap diharuskan melacur.

Tekanan bertubi-tubi terus datang kepada Firdaus. Dirinya menjadi orang yang tidak sama sekali tidak bebas. Bahkan menyisihkan waktu untuk dirinya sendiri saja tidak bisa. Tubuhnya terus disuruh bekerja. Tubuhnya tersiksa. Dan begitu pula psikologinya tergoncang.

Pada suatu titik, karena sudah muak dengan perlakuan tidak manusiawi yang ia dapatkan. Firdaus mencoba membunuh manajer yang menyiksanya. Firdaus berhasil membunuhnya, ia terbebas dari kekangan yang membuatnya menggila. Hanya saja pada akhirnya Firdaus dipenjara untuk dieksekusi mati.

Saling berpendapat

Saling berpendapat/Dokumen pribadi
Saling berpendapat/Dokumen pribadi

Jangan membayangkan jika cerita yang dilakukan Dewi begitu runut. Pada faktanya di saat Dewi bercerita, banyak dari bagian cerita yang kurang dia ingat. Membuatnya bercerita dengan lompat-lompat antara satu bagian dengan bagian yang lain.

Bahkan beberapa kali Leny dan kami yang lain harus mengingatkan Dewi sejauh apa yang telah diceritakan. 

Namun bagaimanapun, Dewi telah membuat kegiatan malam ini bisa berjalan dengan baik. Karena kesediaannya untuk berbagai informasi yang sudah ia baca.

"Aku ingin curhat," kata Dewi selepas cerita dan pada sesi diskusi.

Ia berpendapat apabila buku Perempuan di Titik Nol menjadi buku yang mempengaruhinya. Cerita yang disajikan memberikan perspektif lain daripada cara berpikir sebelumnya. Bahkan ia juga mengaku apabila sudut pandangnya pada pelacur telah berubah.

Dari titik ini, obrolan kami mengalir apa adanya. Beberapa di antara kami bertanya. Beberapa di antara kami berpendapat, dan beberapa di antata kami menyimak. Ya, ada juga yang sambil makan camilan dan menghisap rokok.

Saat satu teman sedang berbicara dan berpendapat, yang lainnya di antara kami berusaha menghormati dengan cara mendengarkan. Lalu menanggapi setelahnya agar pertanyaan yang ada di kepala bisa terjawab.

Elly bertanya, "Kenapa Firdaus tidak sadar pas dilecehkan pamannya. Bisa-bisanya dia tidak tahu kalau kelakuan pamannya itu bejat? Bukankah dia juga bersekolah?"

Dewi menjawab setelahnya, pun begitu pula yang lain. Kami saling lempar pendapat. Obrolan terus bergulir dan mengalir begitu saja. Dari peristiwa satu ke peristiwa yang lain. Dari cerita satu ke cerita yang lain. Dari pendapat satu ke pendapat yang lain secara bergantian dengan tetap merujuk tema yang telah dibawakan: buku Perempuan di Titik Nol.

Ada banyak hal yang kami peroleh pada malam ini. Banyak wawasan dan sudut pandang baru yang kami dapatkan. Banyak juga cerita-cerita yang terlihat tidak masuk akal namun hal itu terjadi di kehidupan nyata. 

Karena waktu sudah semakin malam, embusan angin sudah mulai dingin. Kami mengakhiri kegiatan dengan foto bersama sebagai kenang-kenangan. Dan rencananya, kami akan berkumpul lagi dua minggu yang akan datang.

Foto bersama/Dokumen pribadi
Foto bersama/Dokumen pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun