"Kreativitas adalah kecerdasan untuk bersenang-senang." Â Albert Einstein
Sebuah inspirasi telah datang dan merubah sudut pandang saya apabila "buku itu membosankan" menjadi "buku itu menyenangkan". Karena kita bisa bersenang-senang dengan buku. Kita bisa membuat apa saja dari buku-buku di rumah yang menumpuk. Kita bisa membuat karya seni dari buku!
Pikiran seperti ini biasanya terasa aneh jika didengar oleh orang lain, atau bahkan oleh teman-teman saya sendiri yang tidak mencintai buku. Namun untuk sekarang, saya tidak terlalu peduli dengan pendapat orang lain yang berbeda. Mereka berhak berpendapat dan saya berhak memilih.
Meski saya masih ingat beberapa waktu yang telah berlalu, saat-saat bersama buku akan menjadi detik-detik yang membuat saya sering untuk "dicibir". Baik itu saat saya sedang membawa buku ke kafe lalu membacanya, atau saat saya membawa buku ke rumah teman. Seolah-olah yang boleh dilakukan hanya mengoperasikan ponsel. Saya kesal, tentu!
Di negara yang tidak menghormati ilmu pengetahuan ini, berteman dengan buku menjadi sebuah kesalahan. Mungkin. Semoga saya salah.
Namun akhir-akhir ini saya bersyukur dan berpikiran lain. Berkat koneksi internet yang terus hidup. Saya bisa berkomunikasi oleh para pencinta buku yang sebelumnya tidak terjangkau.Â
Sekarang, di manapun mereka berada, bahkan di negara asing yang tidak mungkin bisa saya kunjungi langsung pun, bisa saya kunjungi dengan mudah lewat dunia maya.
Saya bisa berteman dengan pencinta buku asal Inggris. Bertukar sapa dengan mereka hingga saling berinteraksi lebih jauh. Saya bisa berteman dengan pencinta buku dari Amerika. Dari banyak negara asing lainnya dan itu sangat mudah. Sesimpel mengoperasikan aplikasi Instagram di tangan.Â
Lalu dari para pencinta buku itulah, inspirasi silih berganti dan membuat saya semakin suka pada buku. Rasa rendah diri mulai hilang di saat saya menjadi orang yang mencintai buku. Bahkan saya juga menemukan banyak seni yang tercipta dari buku-buku.Â
Awalnya saya kaget ketika melihatnya tumpukan buku-bukunya. Bagaimana mereka bisa melakukan hal sehebat itu dan terlihat indah? Pikir saya saat itu saat melihat  seni menumpuk buku-buku. Sebuah seni yang belum pernah saya temukan di Indonesia sebelumnya.Â
"Keindahan adalah sesuatu yang dapat menimbulkan rasa senang, dan seni adalah keindahan," kata Majelis Ulama Indonesia dalam bukunya.
Lalu bagaimana menumpuk buku agar terlihat indah dan memiliki nilai seni? Jawabannya, ada banyak cara. Namun di sini saya akan menunjukkan beberapa saja karya seni yang tercipta dari tumpukan buku. Saya pilah dan pilihkan asal-asalan saja. Karena terlalu banyak yang terlihat indah dan unik untuk dipandang.
Seakan kedekatan antara manusia dan buku tidak ada batasnya. Manusia seakan menyatu dengan buku-buku yang begitu banyak. Manusia seakan menyatu pada benda-benda yang identik dengan ilmu pengetahuan itu. Pemantik-pemantik peradaban baru.
1. Mengendarai rusa yang tercipta dari tumpukan buku
2. Menaiki sepeda yang tercipta dari tumpukan buku-buku
3. Melawan naga yang tercipta dari tumpukan buku
4. Terbang di atas buku-buku yang disusun menjadi rumah dan langit
Menjadikannya buku, teman!
"Sebaik-baiknya teman, adalah buku-buku. Dia yang selalu bisa menemani kita dan memberikan pencerahan."
Jika kita bisa menjadikan buku sebagai teman. Maka kita akan berada di antara ilmu pengetahuan. Tidak akan sulit bagi kita menyelesaikan masalah hidup yang kadang berada di bawah dan kadang di atas ini. Kita akan bisa selalu bersyukur atas apa yang kita miliki. Serta mudah dalam menyelesaikan masalah karena memiliki teman yang baik: buku.
Beberapa gambar tadi menjadi salah satu bukti apabila berteman dengan buku merupakan hal yang menyenangkan. Buku tidak lagi menjadi hal yang membosankan dan perlu dijauhi. Sebaliknya: buku itu indah dan membahagiakan. Baik isinya maupun bentuknya dan kita harus mendekatinya.
Apalagi di era yang semakin maju ini, kita bisa bertukar sapa dengan para pencinta buku lain dari seluruh penjuru dunia. Kita bisa saling berdiskusi mengenai cerita dan wawasan yang baru. Kita bisa saling menguatkan diri untuk melakukan hal-hal yang baik dan indah.
Sebagai penutup tulisan kali ini. Saya ingin mengangkat ulang informasi mengenai cara kerja kebiasaan. Sedikit terlihat melenceng, namun tidak secara esensi.
Bahwa dalam hidup sehari-hari, sebenarnya kita lebih sering digerakkan oleh kebiasaan. Buktinya, kita akan langsung mengambil ponsel tanpa pikir panjang saat merasa bosa . Karena pada saat itu, kebiasaan akan membimbing tubuh untuk meraih benda terdekat kita. Dan kita sangat dekat dengan ponsel.
Seperti itu pula apabila kita sangat dekat dengan buku. Kebiasaan akan menggerakkan kita untuk mengambil buku di saat merasa bosan dan bingung mau melakukan apa. Jadi, taruhlah bukumu di dekatmu. Selamat membaca buku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H