Dari pelosok kembali ke pelosok. Begitulah judul perjalanan hidup Riana Dwie Yuliani. Umur 1 tahun pindah ke Papua. Sekarang, tinggal di sebuah desa di Pamekasan Madura. Tapi dengan internet, ia membawa Batik Madura melintasi benua. Sekitar 1 tahun, sang ayah yang berdinas di Departemen Transmigrasi membawanya tinggal di Papua. Berkenalan dengan malaria mulai dari Nimbokrang, 3 jam dari Sentani, hingga Koya Barat. Sang Ayah meninggal ketika Riana berusia 8 tahun. Bersama ibu, seorang kakak dan adik, ia tetap tinggal di Papua walau sekeluarga hidup terpisah. Setelah menyelesaikan SMA-nya, Riana melanjutkan kuliah di Jawa, tepatnya di Unair. Pernikahan dengan kakak angkatan, membawanya kembali hidup di desa Panaguan, Larangan, Pamekasan Madura. Tinggal di pelosok bukan berarti harus berwawasan sempit atau tidak terampil memanfaatkan teknologi. Riana yang kagum dengan keelokan Batik Madura bisa melihat kemungkinan di masa mendatang. Ia melihat ada peluang bisnis yang bisa dimanfaatkannya. Ada banyak pengrajin batik di Pamekasan sehingga tak heran Pamekasan mendeklarasikan diri sebagai kota batik.
Riana pun mengajak mereka bergabung dan memperluas usahanya menjadi jahit online. Hebatnya, peralatan jahit online ini berasal dari keuntungan berbinis Batik Madura selama setahun sebelumnya. Ia mendidik para perempuan itu agar bisa memenuhi standar kualitas yang ditetapkannya. Riana memberi mereka kain batik untuk dijahit menjadi baju. Setelah selesai, baju itu di periksa sekaligus menjadi ajang pembelajaran. Latihan ini butuh beberapa kali sebelum mereka bisa menjahit untuk pesanan bisnis jahit online. Bisnisnya mulai berjalan sehingga ia harus menggunakan ruang tamu rumahnya sebagai workshop sekaligus kantor Batik Madura Raddina. Sekarang, bahkan karyawannya yang lulusan SMA telah mampu mengoperasikan Facebook untuk melayani kebutuhan pelanggan. Bagi Riana, bisnis itu berbagi dan belajar. Para karyawan tidak sekedar mendapat gaji tapi juga mendapat bonus dari prestasi mereka. Riana mengajak dan menantang karyawannya untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuan mereka. Usaha Riana berjalan cukup menjanjikan. Pesanan tidak hanya datang dari Indonesia, tapi juga dari luar negeri. Tercatat ia telah melayani pesanan dari Australia, Belanda, Kanada, dan Swiss. Internet dan media sosial bisa menjadi media untuk membawa keelokan Batik Madura ke 3 benua.
Walau demikian, Riana masih mempunyai cita-cita yang belum tercapai. Pertama, ia ingin memberikan pendidikan menjahit kepada lebih banyak orang di sekitarnya. Sehingga, dampak ekonomi dari bisnisnya bisa dirasakan lebih luas. Kedua, ia ingin mendokumentasikan motif batik madura agar lestari dan dapat dipelajari oleh generasi berikutnya. Bagaimana komentar anda tentang keelokan Batik Madura Raddina ? Klik untuk Langganan Bukik.com Melalui Email
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H