"Jangankan masuk timnas, masuk klub saja sulitnya setengah mati," ujar Bambang Nurdiansyah, saat
ditanya perbedaan timnas dahulu dengan sekarang oleh salah seorang
suporter yang hadir dalam sebuah diskusi sepak bola saat event Sports Race, Sabtu (10/11), di Piazza Area, Gandaria City, Jakarta Selatan.
Dalam diskusi tersebut, Bambang dan Ricky Yakobi yang hadir
sebagai pakar tamu, selalu menjawab setiap pertanyaan dengan lugas.
"Dulu orang sudah mengenal kami siapa saat masuk timnas, karena sebelum masuk timnas, kami sudah
matang di klub. padahal dulu televisi cuma TVRI. Tak seperti sekarang, kita tidak kenal siapa pemain timnas," lanjut bambang, ketus.
"Coba bayangkan, masa anak yang larinya miring bisa ikut seleksi
timnas. Seharusnya, seleksi timnas dimulai dari daerah. Setiap
daerah menggelar seleksi, lalu yang terbaik dibawa untuk mengikuti seleksi timnas di Jakarta. Bukannya langsung menggelar seleksi di lapangan Senayan yang bisa
diikuti semua orang," kritik Yakobi, mengenai seleksi timnas usia dini.
Lalu mereka berdua mengomentari
pertayaan mengenai kebijakan
naturalisasi yang dilakukan PSSI.
"Pemain naturalisasi adalah bentuk
kegagalan PSSI melakukan pembinaan. Pengurus PSSI era Nurdin atau yang sekarang sama
saja. Malaysia tak memakai pemain
naturalisasi bisa juara. Menurut
saya, naturalisasi tidak benar," tegas
Bambang.
________________________________________
Om yakobi, saya salut pada anda karena sumbangsih anda untuk timnas dahulu, tapi anda juga harus mengerti bahwa mulai saat PSSI era Djohar Arifin berkuasa, beliau mengeluarkan kebijakan pembinaan usia dini yg bagus sekali, dimulai dengan merekrut Coach Timo Scheunmann seorang asing yg peduli terhadap pembibitan pemain muda dan usia dini, hingga rela menelurkan sebuah buku panduan untuk pembinaan usia dini yang disebar ke seluruh pelosok tanah air, belum lagi digulirkannya liga pelajar, piala soeratin, dll dll.
Ditambah lagi dengan adanya sport science yang diterapkan untuk standar perekrutam pemain timnas, ini terbukti bahwa timnas usia muda diisi oleh pemain dengan standar fisik dan teknik yg bagus melalui sport science alias penilaian VO2MAX.
Lihat, betapa perkasanya timnas u17 kita sekarang, arab saudi u19 pun merasakan betapa dahsyatnya anak anak muda kita ini.
So, masih merasa pesimis?
Untuk BAMBANG NURDIANSYAH, sebelum anda komentar lebih jauh mestinya anda cari dulu arti kata naturalisasi.
Naturalisasi itu adalah jika saya lahir di suatau negara tertentu lalu kemudian memilih menjadi warga negara lain yg tidak ada hubungan dengan tempat lahir dirinya, orang tuanya, atau nenek moyang dirinya.
Dalam kasus ini yg benar-benar naturalisasi di Indonesia terkait sepakbola hanya Cristian Gonzales, Victor Igbonefo dan Greg Nwokolo krn mereka tdk memiliki hubungan apapaun dengan Indonesia,
kecuali mencari nafkah dan status
pernikahan dgn wanita Indonesia.
Irfan Bachdim itu sejak lahir adalah Warga Negara Indonesia demikian juga Kim Jeffry Kurniawan jika dirinya memiliki darah Indonesia karena faktor kewarganegaraan ibu atau ayah, maka proses ini hanya penegasan mengambil 1 status kewarganegaraan dari pilihan 2 kewarganegaraan yang bisa
dimiliki Diego, Lilipaly bersaudara dan Maitimo memilih Indonesia dari 2 pilihan kewarganegaraan yg dia bisa miliki Saya tdk tahu JvB apakah memiliki hubungan darah dgn Indonesia, atau sama dgn 3 pemain Naruralisasi yg disebut diawal.
Contoh luar negeri adalah, pablo osvaldo italy, marco senna spanyol, mereka adalah murni naturalisasi karena tidak memiliki darah asli negara tersebut,
Sedangkan kasus dwi kewarganegaraan adalah KEVIN PRINCE BOATENG yg lebih memilih GHANA sebagai negara untuk dibela, sementara sang adik JEROME BOATENG lebih memilih JERMAN untuk panji negaranya,
Terus Malaysia gak pake Naturalisasi? atau Dwi kewarganegaraan?
Nih .... Dari 23 nama di skuad Malaysia yang terdaftar di Piala AFF 2010, ternyata ada satu nama yang punya darah Indonesia. Dia adalah
Mahali Jasuli. Defender berumur 22 tahun itu anak dari Pasangan Indonesia-Malaysia. Ayahnya
seorang pendatang asal Bawean, Gresik, Jawa timur. Sampai saat ini pun, paspor yang dipegang ayahnya juga masih Indonesia.
Akan tetapi Mahali mengaku lahir di Malaysia. Dia juga menempuh pendidikan di negeri Jiran. Saat inipun, paspor yang dia pegang
juga Malaysia.
Belum lagi pemain2 malaysia keturunan india,
So, masih menyerang TIMNAS sendiri?
Dengan skuad yg pas pasan, pemain dwi kewarganegaraan kita ini menurut saya LEBIH HEROIK timbang pecundang yg berlindung dibalik ketiak MAFIA...!.
So, BANUR lebih baik DIAM dan mendukung, daripada koar2 dan salah!
SALAM SEPAKBOLA BANGKIT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H