"Kalau saya bekerja dengan melandasi aturan yang salah, terus apa kata dunia. Ya lebih baik saya berada di luar lingkaran," lanjut Harbiansyah.
Harbiansyah tidak sendiri. Beberapa pentolan K-78 lainnya juga memilih berseberangan dengan PSSI. Sebut saja Wisnu Wardana, Syahrir Taher, Yunus Nusi, dan Umuch Muchtar. Mereka saat ini juga memilih berseberangan dengan PSSI terkait kompetisi.
Situasi ini seharusnya menjadi peringatan bagi PSSI dalam bertindak ke depannya. Mereka yang dulu masih dalam satu garis perjuangan saja sudah menganggap PSSI rezim Djohar-AP menyalahi aturan, kenapa tetap ngotot dan tak ingin berbenah diri.
Kenapa dendam terhadap rezim Nurdin Halid justru melebihi kecintaan PSSI terhadap sepak bola nasional? Saat ditinggal oleh teman seperjuangan, PSSI rezim Djohar-AP harusnya sadar bahwa ada yang salah dengan kebijakan yang telah dibuatnya. Apalagi, perubahan sikap Harbiansyah dkk justru terjadi di awal kepengurusan PSSI saat ini.
Ironisnya, PSSI belakangan justru menghukum Harbiansyah. Melalui keputusan Komdis, Harbiansyah divonis tak tidak bisa beraktifitas di sepak bola nasional selama 3 tahun plus denda 150 juta. PSSI menganggap Pak Haji telah berperilaku buruk karena kini menjabat sebagai Komisaris Utama PT Liga Indonesia. Harbiansyah juga dituduh menghasut klub-klub ISL agar tidak tampil di kompetisi resmi PSSI, Indonesian Premier League yang dikelola PT LPIS. Â Melihat kondisi ini, maka Api Revolusi PSSI Tega Membakar Pendukungnya Sendiri :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H