Mohon tunggu...
Bukan Sandiwara
Bukan Sandiwara Mohon Tunggu... -

Bukan sandiwara

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Api Revolusi PSSI Tega Membakar Pendukung Sendiri

13 Februari 2012   20:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:42 973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Apa kabar Harbiansyah? Pria yang  akrab  disapa Pak Haji dulunya adalah salah seorang ujung tombak Kelompok 78 yang merupakan kekuatan besar pendukung Djohar Arifin Husin sebagai ketua umum PSSI. Awalnya Harbiansyah dan kawan-kawan merupakan pendukung setia dari pasangan George Toisutta dan Arifin Panigoro. Namun karena perjuangan untuk melawan keputusan FIFA --yang melarang keduanya bersama Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie maju dalam pemilihan--gagal, maka dukungan pun dialihkan kepada sang profesor dan tandemnya Farid Rahman. Nama terakhir disebut sangat kental dengan AP, karena dia adalah Komisaris Bank Saudara milik Arifin Panigoro.

Nama Harbiansyah meroket saat ikut memimpin penggagalan Kongres PSSI di Pekanbaru Riau. Harbiansyah juga sangat lantang menentang keputusan FIFA yang melarang duet AP-GT bersanding di PSSI.

Berbagai cara ditempuh. Bahkan setelah FIFA membentuk Komite Normalisasi sebagai pepanjangan tangannya dalam menyelesaikan kongres PSSI, Harbiansyah dan K-78 dengan gagah menghadang.

Kongres pertama yang ditangani KN di Sultan pun gagal. Hujan intrupsi dari peserta sidang membuat Ketua KN, Agum Gumelar angkat tangan. Mantan ketua PSSI itu menghentikan sidang. PSSI pun seketika dalam ancaman sanksi ban dari FIFA. Beruntung FIFA masih memberi kesempatan kedua di Solo, 9 Juli 2011.

Banyak yang menghujat aksi Harbiansyah dan kawan-kawan saat Kongres di Sultan deadlock. Namun kebencian terhadap rezim Nurdin Halid yang sudah bertahun-tahun tak mampu membawa prestasi bagi timnas Indonesia, Pak Haji dan K-78 tetap maju melawan. Konsolidasi terus dilakukan menyambut KLB Solo. Manuver bergulir jelang hari H. AP-GT akhirnya batal maju dan memberikan mandat kepada duel Djohar-Farid. Skenario berjalan mulus. Kongres dikuasai dan jagoan yang diusung berhasil mengalahkan saingannya.

PSSI di bawah rezim Djohar-Farid pun berkuasa. Bersama anggota exco, PSSI lalu menyusun kabinetnya. Harbiansyah kembali muncul ke permukaan. Pak Haji ditunjuk sebagai Direktur Badan Liga Indonesia (BLI). Jabatan ini tentu merupakan harga yang pas bagi perjuangan yang telah dilakukan pria asal Samarinda itu.  Namun Djohar selalu membantah bila pembentukan kabinetnya didasari atas politik balas budi. Sang profesor selalu beralasan bahwa kabinet yang disusun sudah disesuaikan dengan kemampuan dari masing-masing pihak. Artinya setiap orang ditempatkan dalam satu posisi adalah sosok yang dianggap kredibel mendudukinya.

"Yang pasti saya akan konsentrasi persiapkan perangkat pertandingan kompetisi satu wilayah,” katanya kepada tempo sesaat setelah mengetahui namanya didaulat sebagai Direktur BLI.

Sayang, jabatan Pak Haji ternyata hanya seumur jagung. Harbiansyah dengan tegas memilih untuk mundur dari jabtannya setelah mengetahui arah liga yang akan digulirkan oleh PSSI. Ya, liga dengan 24 tim. Sebagai pendukung setia Djohar-Farid saat pemilihan, Harbiansyah ternyata tidak gelap mata akan jabatan.

Sebaliknya, dia memilih mundur saat mengetahui ada yang tak beres dari format liga yang diusung PSSI era Djohar. "Jelas itu sudah menyalahi aturan karena Persibo dan Persema masih menjalani sanksi akibat mengikuti LPI pada musim kemarin, dan sanksi itu belum dicabut sampai sekarang. Hati nurani saya tidak mau mengikuti langkah yang menyalahi aturan," kata Harbiansyah kepada Kompas.com.

Pria yang juga masih aktif di klub Persisam Putra Samarinda itu mengemukakan, awal mula dia ikut terlibat dalam kelompok reformasi PSSI adalah karena ikut menentang kepengurusan Nurdin Halid, terkait dengan statuta, baik PSSI maupun FIFA, yang dilanggar oleh pengurus PSSI pada waktu itu.

Harapannya, kata Harbiansyah, kepengurusan PSSI bisa menjadi lebih baik dan berjalan di atas aturan, baik statuta PSSI maupun FIFA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun