Kenapa tertawa pak? Tidak tersinggung?
Tidak, karena bapak sudah membebaskanmu!
Seorang pria duduk di sebuah bangunan reyot, pada sebuah ruangan kecil, wajahnya menghadap bangku-bangku yang telah lama kosong, atapnya berwarna biru gelap, lantainya merah kehitaman, dindingnya adalah kayu yang hampir habis dimakan rayap. Dua puluh tahun silam, ruangan ini masih berdiri kokoh, riuh-rendah terdengar suara-suara kepolosan, terakhir kalinya berjumpa dengan kelurusan hati. Yang tersisa hanyalah reruntuhan. Si pria itu mencoba-coba mengingat kembali ke masa dua puluh tahun lalu.
Pak Guru! Apakah seorang penjahat terlahir jahat?
Jahat, sudah lama juga bapak tak mendengarnya.
Ya. Kenapa mereka berbuat jahat?
Hahaha, bukankah engkau yang mengatakannya jahat?
Bukan, bukan aku pak!
Lalu siapa yang bilang mereka, yang lain, adalah penjahat?
Ayah.
Hahaha, berarti ayahmu yang melabeli mereka penjahat