Mohon tunggu...
Bukan Hantu
Bukan Hantu Mohon Tunggu... -

Manusia Biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hantu Kamar Motel

11 Maret 2012   04:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:14 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan masih sangat deras, sedari pagi terus membasahi bumi, hanya duduk dan menatap di dekat jendela berharap-harap hujan akan segera reda. Sial! Harusnya aku akan bertemu dengan nyonya Ani di Balai Opera dekat pusat kota, sepertinya Nyonya Ani akan maklum ketidak hadiranku pada pertemuan itu, mungkin dia juga sedang terjebak hujan seperti aku sekarang.

Tidak ada orang yang berlalu-lalang di jalan-jalan sekitar motel, semuanya seperti hilang entah kemana, hanya ada penjaga motel yang selalu setia menjaga, seolah-olah menanti segerombolan penjahat yang datang kemudian langsung menyerang. Kamarku berada dilantai paling atas, lantai empat, lantai yang selalu saja sepi dari para penghuni. Setiap lantai pada motel ini mempunyai sembilan kamar yang di pisahkan oleh lorong-lorong kecil. 35 adalah nomor kamarku, kamar yang sering dipergunjingkan para-para penghuni, kabarnya, sebelum aku memasuki kamar ini, sepuluh tahun yang lalu, ada seorang gadis bunuh diri dengan menggantung lehernya pada seutas tali tambang, tak jelas penyebab gadis itu bunuh diri. Sering sekali kejadian aneh terjadi pada kamar ini.

Aku masih duduk dalam kesepian, tak ada yang dapat kulakukan hari ini, semuanya telah kandas oleh hujan. Hanyalah kopi dan sebungkus rokok yang menemani hari-hari yang terasa panjang, setidaknya bagiku saat ini. Teringat lagi di dalam benak, teringat oleh pergunjingan-pergunjingan para penghuni Motel Dava Jilid II yang tak pernah habis untuk memperbincangkan sesuatu yang tak pernah kualami, perbincangan tentang sesuatu yang mistik. Ah, mungkin itu hanya pembicaraan untuk menghilangkan rasa suntuk para penghuni ketika tak ada lagi kegiatan yang dilakukan, pembicaraan-pembicaraan yang tak begitu pentingnya. Padahal di Motel ini, pada setiap kamarnya, kamar 1 sampai 35 sering terjadi kehilangan, entah mengapa kejadian itu terabaikan oleh kejadian-kejadian yang terjadi di kamarku, aneh.

Pernah seorang dermawan memberikan parcel tahun baru untuk para penghuni motel ini, parcel dengan isinya yang beraneka macam. Parcel tersebut diberikan sesuai kebutuhan-kebutuhan para penghuni, misalnya seperti Endang di kamar 18, dia adalah seorang suster lalu diberikan alat keselamatan untuk suster, Nuh seorang guru di kamar 26 lalu mendapatkan alat-alat pengajar, Evert seorang supir di kamar 30 mendapatkan suku cadang mobil, dan aku yang bekerja di pertambangan mendapat bahan bakar. Dari latar belakang penghuni itulah kami mendapat parcel untuk kebutuhan-kebutuhan pekerjaan. Suatu ketika pernah dari setiap kamar di motel ini terjadi kehilangan, kehilangan dari bagian isi parcel-parcel tersebut, entah apakah itu hilang dicuri atau sang dermawan salah memberikan isi parcel tersebut, sampai saat ini hal itu belum terjelaskan, hanyalah kamar yang kusinggahi sekarang selalu menjadi bahan pergunjingan. Entah ini adalah upaya mengalihkan kehilangan-kehilangan tersebut walaupun di kamar ini telah terjadi hal-hal yang aneh. Aku kira penting untuk menelusuri kejadian-kejadian aneh dalam tiap-tiap kamar di Motel Jilid II ini, untuk menghetahui Berita Berita Menyeramkan sesungguhnya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun