Mohon tunggu...
Bukan Hantu
Bukan Hantu Mohon Tunggu... -

Manusia Biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bedebah

2 Maret 2012   03:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:39 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_164189" align="aligncenter" width="257" caption="bryanberger.com"][/caption]

Masih kau nikmati udara pagi? Dalam kerinduan sinar Berharap menantikan energi, sekian lama tak ada kabar

Tubuh telah menguning, pada musim-musim kering Diantara puing-puing, suasana menjadi hening

Ditepi lain meronta-ronta, disudut lain mengais-ngais kehilangan talenta, menangis histeris

Orang tua telah tewas, lelah kerja keras Anak telah sekarat, tak ada yang merawat

Wajah-wajah kosong membentuk sebuah barisan Lemas memelas, menanti suatu harapan Berdiri tanpa kaki, tangan tak dapat melawan Jiwa tak lagi bertuan

Marah, kemudian gelisah Lelah, kemudian mengalah Pasrah menjadi jenazah Ulah menjadi musibah Bedebah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun