Mohon tunggu...
Bukan Bintang Jatuh
Bukan Bintang Jatuh Mohon Tunggu... Guru - Bukan siapa siapa

"i always love my alter ego."

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dia, Lelaki Itu (dan) Dia, Perempuan Itu

9 Juni 2014   23:51 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:29 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"DIA", LELAKI ITU…

dia,lelaki  itu

terlalu asyik berpuisi

hingga lupa atap rumahnya bocor

dia, lelaki itu

masih setia menguntai cinta

masih gigih menyulam tawa,

dan masih berusaha untuk lupa pada rasa sakitnya

dia, lelaki  itu

yang memerahkan senja

dengan pipi yang dipeluk air mata

ia lupa, dimana rumahnya

dia, lelaki itu

yang tak pernah bertanya kemana cinta bermuara,

dia, lelaki itu

menggenggam percaya

bahwa cinta selalu sampai pada tujuan'nya

meskipun tanpa peta

dia, lelaki itu

menceritakan malam

dalam kata yang tak mengenal aksara..

dia, lelaki itu

kembali bercengkrama dengan sepi

kembali bernegosiasi dengan diri sendiri

entah ia tahu atau tidak

telah lupa ia pada almanac

dia, Lelaki itu

mencoba merekatkan gelas kopi

Yang dia pecahkan dulu

dia,lelaki  itu

Berjalan pada arah tanpa arah

dia, lelaki itu

suatu ketika mengajakku

mengeja bintang membentuk kata 'rindu' ;)

dia, lelaki itu

memintaku menunggu

diantara semak duka dan belukar lara

Menggenggam patrem

Entah buat siapa...

"DIA", PEREMPUAN ITU

Dia perempuan itu

Berpuisi tentang rindunya pada sang kekasih

Diantara bait yang tak selesai

Dia perempuan itu

Duduk seorang diri ditebing kerinduan

Memandangi harapan yang kandas di dasar jurang

Dia perempuan itu

Merentangkan warastra tanda rindu

Meliukkan jeda diantara helaian  sayu

Dia perempuan itu

Menyusuri jejak lama dipasir berair rindu

Merebahkan tubuh di hamparan ombak menghabiskan waktu

Dia perempuan itu

Menunggu pagi bawakan salam dari pujangga malam

Untuk meminang embun dengan segenggam kenangan

Dia perempuan itu

Menangis lewat prisa dan seloka seloka indah

Menampungnya dalam bejana kemudian menghanyutkannya

Sehingga tiada yang tersisa

Sama sekali tiada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun