Dua jam setelah saya mengerjakan pekerjaan kantor, saya akhirnya bertolak menuju Gua Ngingrong. Teman saya bercerita bahwa tempat tersebut merupakan salah satu Jalan Geriliya Jenderal Soedirman. Pemandangan di Gua Ngingrong juga cukup meneduhkan mata.Â
Kanan kirinya masih hijau oleh pohon dan rumput yang tumbuh liar. Selain itu, jika pandangan kita sedikit cermat maka akan melihat lafadz Allah di dinding sebelah kirinya.Â
Di penghujung jalan sebelum menuju bawah Gua, kami berhenti sejenak. Memotret diri dengan beberapa gaya dan berbincang singkat disambi dengan tawa simpul.
Tujuan saya selalu memotret diri di tempat yang saya singgahi adalah untuk menyimpan kenangan secara digital. Kenangan-kenangan yang tidak akan lekang oleh waktu dan terkikis oleh zaman.Â
Kenangan yang akan selalu membawa saya pada suasana yang sama, sebab saya tidak tahu kapan akan kembali ke situ. Bisa jadi, akan ada banyak hal yang terus berubah. Namun satu yang pasti, kenangan digital tidak akan berganti.
***
Selepas dari Gua Ngingrong, kami menuju ke Kali Suci. Teman saya yang berkata bahwa ini adalah wisata minat khusus. Saya kira, hal tersebut wajar tersemat padanya. Saat menuju ke sungai utama kami harus menapaki tangga menuju ke bawahnya.Â
Waktu yang dihabiskan untuk perjalanan tersebut sekitar 10-15 menit. Saat tiba, saya memang langsung tertegun. Bukan karena ada sampah di atas tebing sisa banjir, namun karena pemandanganya yang cukup memukau.
Airnya yang jernih, udaranya yang sejuk, pohon yang rindang serta diselingi oleh beberapa kicauan burung membuat suasana yang tercipta cukup romatis. Raungan para pengunjung lain yang tengah menjajal wahana air juga cukup membuat kami berbagi gelak tawa. Dengan berbagai macam hal tersebut juga, kami setidaknya cukup lama berhenti di Kali Suci.
***