Mohon tunggu...
Teguh Perdana
Teguh Perdana Mohon Tunggu... Editor - Menulis dan Berbagi Cerita

Berbagi Kata Berbagi Cerita

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Banjar hingga Gunung Kidul, Teori Hidup yang Fana dan Kepingan Rindu

31 Desember 2021   22:12 Diperbarui: 2 Januari 2022   02:15 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika ditanya bagaimana rasanya sego berkat, akan saya bilang nikmat. Pandangan yang sangat subjektif. Saya akan menggambarkanya seperti ini; rasa manis khas Yogyakarta, pedasnya ranjau (cabai-red) dan nasi yang pulen seolah mengembalikan energi yang hilang akibat perjalanan. 

Bihun dan bahan lainya juga cukup menyatu dengan rasa awal yang ingin ditonjolkanya. Terlebih jika setelah selesai makan meminum es teh lemon, saya kira itu kenikmatan duniawi yang bisa dirasakan sesaat. Bagi yang penasaran rasa dari sego berkat aslinya seperti apa, saya akan cantumkan petunjuk arahnya disini.

Sego Berkat, dok: Pribadi
Sego Berkat, dok: Pribadi

Selesai menyantap sego berkat, saya berbincang kembali. Mengungkap teori kehidupan yang fana dengan ujung pangkal yang kadang kita arahkan ke konspirasi, hingga mencoba membahas teori marketing Philip Kotler yang ujung pangkalnya pada teori pernikahan. Ada satu pandangan baru yang saya dapat. Begini; jika menikah ada tiga pondasi utama yang harus dipenuhi yaitu sex, money, love.

Pada perbincangan tersebut teman saya mengungkapkan bahwa jika salah satu hal tersebut tidak terpenuhi imbas paling awal adalah kegaduhan rumah tangga dan akhirnya adalah perpisahan. 

Tapi pada perbincangan tersebut, kami meyakini bahwa mental adalah dimensi lain yang perlu diperhatikan saat memutuskan untuk menikah.

Saya tidak mengikuti pembahasanya sampai akhir, sebab mata saya telah tidak bisa diajak bertahan menahan kantuk. Saya pun pamit tidur terlebih dahulu dan menemui ragam bunga tidur hingga kumandang Shubuh berbunyi.

***

Senin (27/12/21) handphone saya berdering beberapa kali. Saya sudah mafhum bahwa itu adalah notifikasi dari kantor. Senin itu memang saya dapat cuti bersama karena ada perayaan Natal di hari Sabtunya. Namun, karena pekerjaan tengah padat akhirnya saya ditawari untuk lembur.

Hal demikian memang acap kali terjadi. Meski pada dasarnya kantor saya sepenuhnya memberlakukan kebijakan Work From Home (WFH) dan menjadikan setiap karyawanya sebagai digital nomad. 

Tanpa pikir panjang, saya mengiyakan tawaran tersebut. Di samping untuk menambah penghasilan, saya jadikan hal tersebut sebagai pengalaman dan tahu rasanya seperti apa bekerja sambil bermain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun