Mohon tunggu...
Bujaswa Naras
Bujaswa Naras Mohon Tunggu... Penulis - Bergiat dalam aktivitas kajian kebijakan publik dan pemerintahan

Bergegas memperbaiki diri untuk Taman Kehidupan Bangsa Indonesia Berdaulat

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Krisis Keuangan Terjadi, Siapa Bertanggung Jawab?

20 September 2018   10:52 Diperbarui: 20 September 2018   18:18 1284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Krisis keuangan pernah menerpa kehidupan madinah masa Rasulullah SAW. Krisis ekonomi juga pernah melanda. Lewat keteladanan dan kebijakan sirkulasi dan bahu membahu mampu terlewati dan menjadi panduan utuh bagi penguasa negeri manapun.

Usia pemerintahan sekarang baru memasuki 4,5 tahun. Ujian krisis keuangan ada diujung kekuasaan. Gejolak krisis keuangan seperti roll coster, dimana 1 Rupiah sama dengan  0,000067 dolar Amerika, setara dengan 14.900,-/dollar, tertanggal 20 September 2018.

Hal ini membuat gaduh para pelaku ekonomi dan keuangan dengan gejolak rupiah yang menderu turun. Terutama pengusaha yang memiliki hutang jatuh tempo menjelang akhir tahun. Sedangkan pemerintah mesti membayar Surat Utang Negara dengan Rupiah dan Dollar.

Bank Indonesia (BI) merilis Utang Luar Negeri Indonesia per Juli 2018, di posisi US$358 miliar, terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar US$180,8 miliar dan swasta sebesar US$177,1 miliar.(CNBC Indonesia).

Bila mengambil cerminan penanganan kebijakan keuangan dan ekonomi pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ada beberapa langkah.

Pertama, perubahan APBN 2012 kita laksanakan untuk mengantisipasi dampak perlambatan ekonomi global dan gejolak harga minyak dunia, pada kondisi fiskal dan perekonomian Indonesia.

Melalui APBN-P 2012, kita sediakan anggaran stimulus fiskal dengan memanfaatkan Saldo Anggaran Lebih (SAL) untuk tambahan belanja infrastruktur.

Kedua, dilakukan percepatan dan perbaikan penyerapan belanja, terutama belanja barang dan modal agar memberikan dampak yang lebih besar bagi kegiatan ekonomi.

Ketiga, koordinasi dan kewaspadaan bersama antara Pemerintah dengan otoritas moneter kita tingkatkan, untuk menghadapi berbagai tekanan yang mungkin muncul akibat krisis.

Keempat, pemerintah bersama BI juga telah mempersiapkan strategi stabilisasi pasar Surat Berharga Negara (SBN).

Kelima, pemerintah juga telah mempersiapkan fasilitas kedaruratan (contingency facility) secara bilateral dan multilateral, yang sewaktu-waktu siap dipakai untuk mengamankan kondisi pasar domestik apabila diperlukan.

"Dengan langkah-langkah ini, disertai pengalaman kita dalam mengatasi krisis pada 2008 lalu, Insya Allah kita akan dapat mengamankan ekonomi nasional dari gejolak ekonomi dan keuangan global," pungkas Presiden SBY.

Apa tindakan Presiden Ir. Joko Widodo lewat Mentri Keuangannya? Mari kita berdiskusi.

Maka setiap kita mesti mampu menilai apakah krisis ini mampu ditangani atau dibiarkan karena sibuk urusan mengepul suara demi suara atau menyelamatkan keuangan dan ekonomi negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun