Mohon tunggu...
Bujang Sriwijaya
Bujang Sriwijaya Mohon Tunggu... -

suka menulis, berpikir,minum air putih. Bagi saya, hidup adalah untuk menjadi bahagia dan membahagiakan. Menulis telah mengubah hidup saya, dan saya akan mengubah hidup lebih banyak orang dengan menulis dan mengajak orang menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Stroke

29 April 2011   07:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:16 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barangkali banyak dari kita yang belum mengenal penyakit bernama stroke sebelum krisis moneter 1996. Ya, tahun itu merupakan titik jatuhnya bangsa ini, seperti yang juga dialami AS di pertengahan abad 20. Kita dahulu hidup begitu sejahtera, walau terkadang kebebasan di beberapa bidang diinjak-injak atau dibatasi. Memang untuk beberapa hal, hidup di bawah tirani dapat memberi kita kesejahteraan. Tapi, bagaimanapun kebenaran harus ditegakkan. Dan fakta akan kebusukan Orba saat ini bahkan hanya muncul di buku-buku sejarah.

Tahun 1996 adalah masa yang penuh frustrasi. Hampir seluruh lapisan masyarakat terkena imbasnya. Keluarga sayapun demikian. Kehidupan kami berbalik, walau mungkin bagi beberapa orang belum pantas disebut mimpi buruk. Kami tak berpikir bahwa perubahan keadaan sosial dan kenegaraan itu akan perlahan mengisi hari-hari kami, mengubah cara hidup kami, mengendapkan jiwa kami yang dahulu bebas tanpa cukup beban.

Kami adalah keluarga yang tumbuh di Sumatra, tepatnya Melayu. Tahu sendirilah kau betapa familiarnya kami dengan kopi. Kami telah bertahun-tahun menikmatinya tiap pagi sebelum berangkat kerja. Dan kami juga tak pernah berpikir bahwa ia akan membawa sebuah petaka. Ibu saya yang mengalaminya.

Sejak 1996, keadaan memburuk dengan berbagai permasalahannya. Tahun 1999, pada suatu pagi, ibu tak dapat lagi bangkit dari tempat tidurnya. Saya masih mengingatnya, umur saya sepuluh tahun ketika itu.  Ibu hanya bisa menangis. Ayah kemudian memanggil seorang dokter untuk mengecek tensi ibu. Dokter wanita itu berkata bahwa ibu harus dilarikan ke rumah sakit. Ibu pun digotong ke RS. Sementara saya masih bingung dengan semua yang terjadi. Walau saya sudah cukup terbiasa menemani ibu yang berobat dan cek kesehatan karena hipertensinya.

Ibu mengalami kesulitan dalam menjalani proses penyembuhan karena ia memiliki masalah berat badan. Dan kini telah 11 tahun berlalu. Dahulu, saya kadang menemani ayah yang juga mengantar ibu berobat ke banyak orang. Ibu pernah berobat pijat, akupunktur, meminum obat dan suplemen; intinya telah banyak yang dlakukan, telah banyak uang yang dikorbankan. Ibu juga berulang kali jatuh. Kadang tak terlalu berimbas, namun beberapa berarti bahwa proses pengobatan harus diulang kembali dari awal.

Sebagaimana wanita yang terkena stroke, ibu tak dapat menggerakkan tangan dan kaki bagian kirinya. Bicara pun cedal. Itulah mengapa saya seringkali berdebar ketika mengawal ibu berpindah tempat dari kamar ke ruang tengah hanya untuk menonton televisi.

Ayah telah banyak memberikan waktu dan tenaganya demi kesembuhan ibu. Ialah yang menggendong ibu naik dan turun mobil ketika hendak bersilaturahmi ke Purworejo. Ia yang tiap pagi, siang, sore dan malam menyuapi ibu. Ia yang mengangkat ibu ketika hendak duduk di dalam kamar mandi. Ia yang memandikan ibu, baik di kamar tidur atau kamar mandi. Namun ia tak pernah tampak lelah.

Telah banyak hal berlalu. Saya telah belajar dari semua hal itu. Hidup sehat, pengaturan pikiran, cara menghadapi masalah; Permasalahan lalu itu telah membangun pribadi saya. Walau terkadang ada pedih, saya masih lebih bersyukur. Terima kasih Tuhan.

With much love and happyness,

April 29th, 2011, 9.19, C04

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun