Aksi bela Islam jilid III sudah berlalu. Para demonstran yang datang dari berbagai daerah di Indonesia sudah membuktikan dan menunjukkan kepatuhannya terhadap hukum dan konstitusi di Indonesia. Selain itu, mereka juga tidak ingkar janji dengan kesepakatan yang telah mereka buat sebelumnya.
Sebagaimana kesepakatan antara GNPF-MUI dan Polri, para demonstran tidak akan bertindak anarkis selama berdemo. Selain itu, aksi dilakukan hanya sampai pukul 13. 00 (ba’da shalat jum’at). Terbukti semua kesepakatan itu dilakukan dengan baik.
Tak hanya itu, Monas yang menjadi pusat lokasi aksi super damai 212 kemarin, terlihat kinclong tak ada sampah sedikitpun. Bunga dan tanaman-tanaman yang terpajang indah di sekitar Monas juga masih terlihat hijau kemilau.
Selanjutnya, sebelum terselenggaranya aksi super damai 212 kemarin, ada satu kejadian yang menghebohkan publik. Kejadian tersebut adalah penangkapan 10 orang aktivis yang diduga “makar.” Penangkapan terjadi sekitar pukul 05.00-06.00 pagi.
Kesepuluh aktivis tersebut adalah Rachmawati Soekarnoputeri, Ratna Sarumpaet, Ahmad Dhani, Eko, Kivlan Zein, Adityawarman, Sri Bintang Pamungkas, Jamran, Rizal Kobar, dan Firza Husein. Daftar nama aktivis ini diciduk polisi di berbagai macam tempat. Ada yang di hotel, di kediamannya, dan adapula yang ditangkap di tempat umum, seperti Seven Eleven.
Sebelumnya, ketika isu “makar” merebak di tengah-tengah publik, tuduhan aktor demo umat Islam sampai tuduhan "makar" mengrah kepada mantan Presiden Republik Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yodhoyono. Serangan dan gempuran tak henti-hentinya dilancarkan kepada SBY. Hingga akhirnya, SBY menggelar konferensi pers di kediamannya di Cikeas.
Tak cukup dengan menggelar konferensi pers, publik termasuk para pendukung Ahok masih saja berteriak sorak-sorak riang gembira melancarkan tuduhannya kepada SBY. Puncaknya, SBY sampai menulis artikel untuk membungkam semua tuduhan-tuduhan tak berdasar itu.
Dengan segala keegoisannya, hanya SBY Ketua Umum Partai Politik yang tak diundang Jokowi ke istana untuk makan siang. Walaupun tidak menuduh SBY secara terang-terangan. Akan tetapi, dalam tradisi Jawa, secara tersirat tindakan Jokowi tersebut telah mengarah ke SBY sebagai biang “makar.”
Sekarang sudah terbukti, siapakah biang “makar” sebenarnya. Penangkapan 10 aktivis merupakan bukti bahwa SBY tidak “Menunggangi” aksi demonstrasi umat Islam yang digelar hingga berjilid-jilid itu, apalagi sampai ingin berbuat “makar.”
Bukan maksud ingin mendukung SBY atau Agus di Pilgub DKI. Tapi kebenaran akan menunjukkan kebenarannya sendiri. Walau bagaimanapun, selama 10 tahun memimpin Indonesia, SBY tetap memiliki kontribusi terhadap bangsa ini.
Kejadian ini patut dijadikan contoh dan pelajaran ke depannya. Jika belum ada bukti, jangan terlalu gegabah menuduh dan mencurigai seseorang. Akibatnya, tenaga yang dikeluarkan masyarakat termasuk para pendukung Ahok untuk menghajar dan menghantam SBY selama ini, berakhir sia-sia dan tampa hasil apapun. Ironisnya, para pendukung Ahok yang selama ini sibuk menyerang SBY malah blunder. Terbukti, elektbilitas pasangan Ahok-Djarot kian terpuruk. Sebaliknya, pasangan Agus Yodhoyono-Sylvi malah semakin menanjak dan meroket .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H