Mohon tunggu...
Bujang Lapuk
Bujang Lapuk Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Benarkah Aksi Bela Islam Ditunggangi Kuda Tomy Winata?

30 November 2016   15:42 Diperbarui: 30 November 2016   15:47 3312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Aksi bela Islam jilid III tinggal dua hari lagi. Alih-alih untuk menjegal aksi tersebut, banyak beredar isu-isu beragam. Mulai dari tuduhan makar, terorisme, ditunggangi kepentingan politik, penunggang kuda “SBY,” dan tuduhan-tuduhan lain untuk melengserkan pemerintahan Presiden Jokowi. Selain untuk menjegal aksi jilid III, isu-isu yang selama ini beredar hingga mengarah ke upaya menjatuhkan pemerintahan Jokowi, ditenggarai karena Jokowi memiliki hubungan dekat dengan Ahok (tersangka penistaan agama Islam).

Sejatinya, aksi bela Islam yang berlangsung hingga berjilid-jilid itu dilakukan, karena hingga saat ini pelaku penistaan agama Islam yang sudah ditetapkan sebagai “tersangka” tak kunjung ditahan. Selain itu, suara-suara masyarakat dalam menuntut keadilan hukum atas kasus Ahok, juga tak didengar oleh pemerintah. Oleh sebab itulah aksi tersebut dilakukan.

Hal itu sejalan dengan pernyataan Prabowo Subianto dalam wawancara eksklusif di kompas tv beberapa waktu lalu. Bahwa masyarakat dalam hal ini umat Islam dari berbagai daerah di Indonesia yang selama ini turun ke jalan, karena mereka menuntut agar suara mereka didengar oleh pemerintah.

Kembali kepada isi-isu yang selama ini beredar di tengah masyarakat. Dari sekian banyak isu bertebaran yang saya sebutkan tadi, ada satu isu merebak yang menurut saya terbilang fatal dan dapat memecah persatuan umat Islam yang akan ikut aksi pada 2 Desember nanti. Isu tersebut disuarakan pertama oleh pengguna media sosial twitter bernama @ratu_adil. Isu tersebut mengarah ke imam besar FPI Habib Rizieq.

Hanya bermodalkan foto pertemuan Habib Rizieq dengan pengusaha ternama Tomy Winata pada tahun 2014 lalu, akun anonim ratu adil itu lantas menuding bahwa aksi bela Islam ditunggangi oleh kepentingan Tomy Winata. Adanya Tomy Winata di balik FPI, kata ratu adil, ditenggarai karena Tomy tidak kebagian jatah di proyek reklamasi Teluk Jakarta. Selain itu, lanjut ratu adil, karena proyek reklamasi Teluk Benoa Bali yang digarap Tomy, terancam gagal total akibat penolakan masyarakat Bali yang dalam beberapa tahun terakhir terus dilancarkan. Oleh sebab itulah, erat kaitannya aksi bela Islam yang dikomandani Habib Rizieq tersebut atas inisiatif Tomy Winata.

Dalam sekejab, tudingan Ratu Adil tersebut sontak membuat netizen lain ramai dan bertanya-tanya, benarkah demikian?.

Mendengar tudingan tak berdasar dari akun anonim ratu adil, ustadz Solmed yang juga ada dalam postingan foto itu lantas mengklarifikasi. Foto pertemuan antara Habib Rizieq dan Tomy Winata berlangsung pada tanggal 23 Agustus 2014 lalu. Dalam pertemuan itu, ustadz Solmed hanya menjadi mediator antara Habib Rizieq dan Tomy Winata, dengan tujuan ingin meluruskan bahwa FPI tidak anti China dan anti non muslim. Oleh karena ustadz Solmed banyak memiliki hubungan dekat dengan orang-orang yang beretnis Tionghoa dna muslim, akhirnya beliau mempertemukan Habib Rizieq dengan beberapa orang China/etnis Tionghoa termasuk Tomy Winata.

Berikut klarifikasi lengkap ustadz Solmed dalam akun facebook miliknya. Di sini

Entah darimana informasi yang didapat akun anonim ratu adil hingga memiliki statement tak berdasar itu. Jika Tomy benar menunggangi aksi bela Islam hanya untuk kepentingan jatah-menjatah mega proyek reklamasi Teluk Jakarta, sudah pasti FPI ikut getol menolak reklamasi bersama para aktivis lingkungan lainnya. Nyatanya, hingga saat ini umat Islam lebih khusus FPI, tidak pernah mengeluarkan statement sedikitpun terkait penolakan terhadap reklamasi Teluk Jakarta, apalagi sampai berdemo.

Penolakan-penolakan yang selama ini seringkali dilakukan FPI khususnya di Jakarta, hanya terhadap tempat-tempat prostitusi, tempat judi, minuman keras, dan hal lain yang berkaitan dengan perbuatan maksiat. Selain daripada itu, FPI tidak pernah melakukan penolakan apapun, termasuk reklamasi Teluk Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun