Ombak yang tenang berpadu dengan Warna laut bergradasi tosca, biru berpadu dengan pasir berwarna pink muda tenang, warna pasir dan laut bergradasi indah akan membuat kita terhipnotis oleh keindahannya. Di sini cocok untuk mandi dan berenang di pantai bersama anak-anak.
Bisa dikatakan pantai yang masih perawan. Terpantau tidak begitu banyak yang berkunjung. Mungkin karena jalan menuju ke sana butuh effort yang sangat tidak halus, berkerikil, dan bekas aspal rusak. Belum banyak tersedia akomodasi. Ada satu dua warung berjualan makanan ringan dan minuman. Toilet ada, tetapi kondisi terbatas.
Seharusnya saya datang lebih pagi sehingga tidak terasa panas matahari yang mulai memanggang.
Tiket masuk ke Pantai Segui (Pantai Pink 2) sama dengan Pantai Pink 1, yaitu 7.500 rupiah.
Ketika akan mengunjungi Pantai Pink 1 dan Pantai Pink 2, ingat dan ketahuilah pantai ini jauh dari Kota Mataram. Jangan ketukar antara kedua pantai tersebut, ya. Sebenarnya yang ada dalam bayangan saya, saat menuju Pantai Pink adalah Pantai Pink 2. Namun, saya belum tahu perbedaan kedua pantai tersebut. Baik view pantai maupun letaknya.
Pink Beach itulah tertulis di Google Maps. Kalau ingin langsung ke Pantai Pink 2, ketik saja Pantai Segui. Keduanya sama-sama bagus tentunya.
Saat kembali ke Kota Mataram (mampir ke hotel untuk ambil tas dan check out (saya check out melebihi batas waktu, sehingga saat pagi akan meninggalkan hotel saya sudah berpesan pada resepsionis, kalau sampai pukul 12.00 WITA saya belum balik, silakan carrier saya dikeluarkan dari kamar).
Pulang dari Pantai Pink, saya melalui jalur yang berbeda dari berangkat. Lebih dekat, tetapi lebih lama karena melewati pemukiman penduduk. Jadi, kami lewat Lombok Tengah.
Menuju Gili Trawangan via Pelabuhan Bangsal
Dari Mataram ke Pelabuhan Bangsal disarankan setting Google Maps ke arah Senggigi. Apabila dari Kota Mataram kita setting Google Maps ke Pelabuhan Bangsal nanti akan diarahkan bukan ke jalan utama (ditandai dengan marka warna kuning). Saya diarahkan ke jalanan yang seperti hutan. Jalanan cukup ektrem, naik turun, berkelok, agak gelap juga ada banyak monyet. Jalan ini memutar. Kelebihannya, aroma durian sepanjang jalan. Rupanya itulah Puncak Pusuk, pusat durian. Sejujurnya ingin mampir menikmati durian, tetapi terkalahkan oleh rasa khawatir kehabisan tiket kapal menuju Giri Trawangan, maklum sudah sore. Kalau hasil browsing, kapal beroperasi sampai pukul 17.00 WITA. Saya tak mau ambil risiko mengingat kami sudah memesan penginapan di Gili Trawangan.