Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Laksa Pak Inin, Kelezatan Rasa yang Meng-heritage

19 Juni 2023   06:21 Diperbarui: 19 Juni 2023   07:11 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warung Laksa Pak Inin

Bagaimana mereka tidak datang berulang kali tanpa cinderamata. Karena mereka melihat dan dapat merasakan bagaimana serunya menikmati sajian kuliner yang sudah meng-heritage ini.

Warung laksanya jauh beneeeeeerrrrr... 

Begitu kesan pertama saya saat mengetahui kegiatan yang diselenggarakan oleh Komunitas KPK Kompasiana ini akan mengadakan kegiatan KPK Gerebek ke Warung Laksa Pak Inin yang terletak di Cihideung. 

Soal jarak terlebih dahulu yang dipersoalkan. Apalagi, to be honest, saya jarang makan laksa Bogor, lebih sering kulineran Bogor yang lain, seperti doclang, toge goreng, baslok, cilok, dan lainnya yang seperti itu deh. Laksa, jarang bener, apalagi memang di sekitar tempat saya tinggal, susah didapat penjual laksa Bogor.

Alhasil, disamping saat ada kesempatan bersama di KPK Gerebek ini, langsung aja deh semangat. Setelah berkumpul di mepo (meeting point) seperti biasa, yaitu di depan Stasiun Bogor di sisi Timurnya, kami pun dibagi menjadi beberapa kelompok untuk berangkat bersama menggunakan taksi online. 

Alhamdulillah si supirnya rupanya sudah paham dimana letak Warung Laksa Pak Inin ini.  Melewati jalan pintas ke arah BNR dan lalu keluar komplek BNR (Bogor Nirwana Resident), ke jalan non perumahan lagi. Dan seterusnya mengambil arah ke Cigombong.

Dari luar, seperti yang bisa dilihat di dalam video saya terlampir di atas, Warung Pak Inin ini tampak biasa-biasa saja. Seperti warung-warung di lingkungan desa atau kampung pada umumnya. Berdinding sebagian terdiri dari bambu dan sebagian permanen. Tempat parkirnya di belakang, tidak terlihat dari luar. Warungnya juga tidak terlalu luas. 

Hanya di salah satu sisi bagian dalam warungnya, terdapat sederetan foto berbingkai dari artis-artis ataupun pesohor-pesohor yang sudah makan di warungnya. Deretan foto-foto itu menambah keyakinan bagi pengunjung bahwa Warung Laksa Pak Inin ini memang bukan warung yang biasa-biasa saja. Tapi anehnya, kenapa diantara deretan foto artis itu nggak ada foto Saya ya? Hehehehe

Dari jumlah pengunjung, sepertinya memang tiada henti mereka yang berkunjung dan hendak mencicipi Laksa pak Inin ini. Dari mulai mereka yang datang naik angkot, naik motor, naik mobil, ojek online dan taksi online. 

Tidak janggal bila kita menemukan pengunjung yang mengantri untuk sementara waktu di bale-bale (dipan) yang berada di bagian depan Warung Pak Inin.  Sampai terlihat ada kursi kosong di bagian dalam, merekapun lalu beranjak dari bale-bale ke bagian dalam warung. Hanya sesekali nampak mereka yang tidak mau pindah ke dalam, lebih memilih berada di bagian luar, dan menikmati Laksa pak Inin ini di atas bale-bale, sambil tidak lupa tertawa riang sambil bersenda gurau. 

Soal rasa.... Nah, ini dia nih. Rasanya memang sangat khas dan lezat. Kuah kuningnya sangat terasa gurih dengan bumbu-bumbu laksanya, sementara penambahan daun kemangi di dalam menu laksa menambah rasa dan aromanya semakin lezat, kalau digigit kemanginya ngecekres wangi kemangi gitu. Oncom yang digunakan dalam Laksa Pak Inin juga menambah 'semaraknya' rasa dari Laksa tersebut. 

Apalagi, saat chef-nya memenuhi pesanan pelanggan, gerakan dan kecepatan tangannya sungguh enak untuk dilihat, cepat bener deh (info terkait hal ini dapat dilihat di video terlampir). Rasanya mudah untuk dinikmati, tetapi sulit untuk dilupakan kelezatan rasanya.

Ternyata Laksa pak Inin dikelola oleh generasi ketiga, yaitu cucunya. Karena katanya, Warung Laksa pak Inin ini didirikan sekitar tahun 1965. Namun walau sudah bukan Pak Inin lagi yang meracik Laksanya, kualitas rasa masih sama seperti yang dahulu - demikian kata pelanggan tetapnya.  

Itulah salah satu hal yang membuat orang kembali datang ke warung ini, datang lagi dan datang lagi. Bagaimana mereka tidak datang berulang kali tanpa cinderamata. Karena mereka melihat dan dapat merasakan bagaimana serunya menikmati sajian kuliner yang sudah meng-heritage ini.

Laksa Pak Inin memang warbiasah!

.....selamat menikmati....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun