Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Jelajah Kuliner Imlek di Kopi Tiam 89

27 Januari 2023   07:05 Diperbarui: 29 Januari 2023   10:04 1185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di Vihara Sian Jin Ku Poh (Buddhawa) (Foto: Dok. Rahab Ganendra)

Bersama Komunitas KPK atau kepanjangannya adalah Kompasianer Penggila Kuliner--dengan leader: mas Rahab Ganendra, di Hari Minggu Kemarin ini (22 Januari 2023), berduabelas--kami menjelajah kuliner khas Imlek di Kopi Tiam 89. Kopi Tiam--yang berarti warung kopi--ini terletak persis di depan Vihara Buddha Tidur di Kampung Jati, Kecamatan Tajur Halang, Kab. Bogor.

KPK dan ci Elis dan mamanya (foto: dokumen pribadi)
KPK dan ci Elis dan mamanya (foto: dokumen pribadi)

Yang dimaksud menjelajah di sini adalah rombongan mencicipi beberapa hidangan yang biasa disuguhkan saat Imlek serta mendapat penjelasan singkat terkait banyak hal, di samping penjelasan tentang makanan yang kita cicipi tentunya.

Ci Elis adalah pemilik Kopi Tiam 89 yang dengan sangat ramah menyambut kami, meramu, dan menyuguhkan hidangan.

Tak hanya itu, ia juga menceritakan tentang sebagian dari sejarah kuliner Imlek serta beberapa tradisi serta kepercayaan masyarakat Tionghoa hingga sejarah tentang keberadaan mereka di kampung Jati atau Kampung Tonjong ini--serta mengantar kami meninjau kebun Markisa dan buah-buahan lain dan rumah Ci Elis yang sangat asri berbentuk rumah panggung.

Ci Elis dan mamanya (Foto: dokumen pribadi)
Ci Elis dan mamanya (Foto: dokumen pribadi)

Meninjau kebun markisa dan rumah panggung di belakang Kopi Tiam 89 (Foto: dokumentasi pribadi)
Meninjau kebun markisa dan rumah panggung di belakang Kopi Tiam 89 (Foto: dokumentasi pribadi)

Hidangan yang kami cicipi cukup beragam, seperti: Bakpao, Pangsit Kuah, Nasi Goreng Kunyit (yang merupakan signature Kopi Tiam 89), Es Kopi gula aren yang menjadi ciri khasnya serta kue Keranjang, kue Lapis Legit dan Kue Bika Ambon.

Bakpao menunggu disantap (Foto: dokumen pribadi)
Bakpao menunggu disantap (Foto: dokumen pribadi)

Selesai menjelajah kuliner Imlek, dilanjutkan dengan  penjelajahan berikutnya yaitu mengunjungi Vihara Buddha Tidur, Vihara Naca (Dewa Teratai), melewati Kuburan Tionghoa (kalau zaman dulu saya sering mendengarnya dengan sebutan 'kuburan China') serta berakhir di Vihara Sian Jin Kun Poh, yang di lingkungan viharanya terdapat Padepokan Semar dan Petilasan Prabu Siliwangi, yang oleh penjaga vihara, disebut sebagai eyang Langlangbuana.

Mulai darimana dulu nih? Tentu karena 'signature' perjalanan kali ini adalah Komunitas Kompasianer Penggila Kuliner atau yang kerennya disingkat dengan KPK tanpa ada kaitannya dengan kata korupsi di belakang singkatan itu.

Maka, keseruan kali ini akan dimulai dari menjelajah makanan apa saja sih yang dicicipi saat Imlek, yang wajib ada saat imlek, apa makna dari makanan itu, hingga sejarah--kalau ada, dari makanan tersebut, hingga dilengkapi dengan jelajah religi ke Vihara-Vihara yang berada di seputaran Warung Kopi 89 itu, seperti telah disebutkan di atas.

Karena ada kata 'gila' di tengah-tengah nama KPK, memang kita semua dibuat 'gila' terlebih dahulu dengan kekhasan dan kelezatan kuliner ci Elis ini hingga kita tergila-gila dengan kuliner-kuliner Imlek itu.

Pangsit Kuah

Pangsit Kuah Kopi Tiam 89 (Foto: dokumen pribadi)
Pangsit Kuah Kopi Tiam 89 (Foto: dokumen pribadi)

Makanan ini yang disajikan pertama kali oleh ci Elis, yang walaupun keturunan Tionghoa, tetapi ci Elis sudah tidak memiliki nama Tionghoa lagi--hanya nama Indonesia saja (kebijakan rezim orde baru dahulu), menu pangsit kuah 'wajib hadir' sebagai menu Imlek. 

Disajikan tanpa mi--karena mi memiliki menu khusus tersendiri nantinya.  Pangsit kuah, ternyata memiliki perlambang rezeki. Semakin banyak memakan pangsit kuah saat imlek, maka diyakini bahwa rezekinya akan meningkat.

Sebelum saya mendengarkan penjelasan ci Elis terkait pangsit kuah, saya melihat pangsit kuah sebagai salah satu menu biasa dari jenis-jenis makanan asal Tionghoa lain yang sudah menjadi budaya jajan kita saja. 

Mau pesan mie ayam, mie pangsit, mie pangsit bakso, mie ayam bakso, atau pangsit kuah saja, seperti itu kebiasaannya. Tetapi penjelasan ci Elis terkait pangsit kuah, dapat membalikkan keadaan,  pangsit kuah ternyata memiliki makna filosofis yang dalam, terlebih saat Imlek, yaitu sebagai perlambang rejeki.

Karena rupanya, cara melipat kulit pangsitnya, nggak sembarangan, punya makna tersendiri. Lipatan pangsit itu dibuat mirip dengan bentuk uang Tionghoa masa lalu. 

Jadi kita, saat mengkonsumsi pangsit, berarti kita sedang mengkonsumsi uang. Hingga semakin banyak pangsit 'uang' kuah yang kita makan saat Imlek, melambangkan harapan agar hari-hari kedepan akan banyak cuan mengalir ke yang memakannya.

Begitu ci Elis selesai menjelaskan makna pangsit kuah ini, didalam hati langsung mencuatkan harapan, agar  uang atau pangsit ci Elis yang kami konsumsi dapat juga menjadi penambah rezeki di hari-hari mendatang, amin amin ya rabbal alamin.

Pangsit kuah ci Elis, eh, ci Elis lebih senang bila disebut kulinernya itu dengan didahului nama 'tiamnya'. Sehingga lengkapnya menjadi Pangsit kuah Kopi Tiam 89, memang tidak dapat dipungkiri memiliki rasa yang betul-betul lezat. Kuah pangsitnya cukup rasa kaldu, bumbu dan asin--gurih dan rasa mericanya. Menurut saya sih pas bener. So perfect.

Pangsitnya sendiri memiliki kulit dengan kelenturan yang cukup, sehingga tidak mudah patah atau hancur saat dihantarkan ke mulut menggunakan sendok. Isi pangsit terasa seperti ayam masak kecap dalam bentuk cincang dan berukuran agak besar.

Saya menemui beberapa tulang muda atau tulang rawan ayam di dalam isi pangsitnya dan itu menambah kelezatannya karena saat dimakan akan terasa berbunyi cekres...cekres...seperti itu dan ini menambah selera saat memakannya.

Ci Elis pun kemudian membeberkan sedikit rahasia dari bagaimana pangsit kuahnya itu bisa maknyus sedemikian rupa. Menurutnya, kunci utama terletak pada kuah pangsit serta isi pangsitnya. Kuah pangsit dimasak dengan minyak bawang dan campuran bumbu dan kaldu asli ayam. ci Elis tidak menggunakan MSG maupun bahan pengawet. Kuah pangsitnya juga tidak menggunakan bumbu-bumbu instan. 

Semuanya menggunakan bumbu-bumbu segar. Kaldu dibuat berbahan pokok tulang-tulang ayam (ci Elis lebih senang menggunakan tulang paha dan leher--tidak menggunakan kaki atau ceker ayam, karena kaki ayam akan mengentalkan kuah dan akan sedikit membeku -- ngebagel kalau kata orang Sunda sih, bila kuah menjadi dingin).

Tulang-tulang direbus dengan menggunakan api kecil, sehingga dengan cara ini, saripati tulang akan keluar semua dan membuat kuah menjadi berkaldu sangat lezat. Kalaupun ci Elis ingin menambahkan kaldu lain sebagai campuran, maka yang digunakan adalah kaldu jamur.

Kelezatan menikmati pangsit kuah Kopi Tiam 89 semakin meyakinkan setelah ci Elis menjamin bahwa makanan di Kopi Tiam 89 ini semuanya halal, karena rupanya ci Elis dan keluarga ini tidak mengkonsumsi daging-daging seperti daging babi, daging kambing dan daging sapi. Ci Elis hanya memakan daging ayam, ikan, udang dan beberapa jenis seafood lain.

Nasi Goreng Kunyit

Nasi goreng kunyit signature Kopi Tiam 89 (Foto: dokumen pribadi)
Nasi goreng kunyit signature Kopi Tiam 89 (Foto: dokumen pribadi)

Nasi Goreng Kunyit ini menjadi andalan atau 'signature'nya Kopi Tiam 89. Sudah menjadi trade mark sejak sekitar 10 tahun lalu, karena menurut ci Elis, rasa nasi goreng kunyitnya ini sangat disukai oleh berbagai kalangan usia, dari anak-anak hingga orang dewasa.

Nasi Goreng Kunyit ini menjadi resep keluarga, mamanya ci Elis yang menjadi chef utamanya. Kemarin saat kami ke sana, mamanya pun turut menemui kami untuk berfoto Bersama.

Menikmati nasi goreng kunyit Kopi Tiam 89, saya jadi bernostalgia sedikit dengan masa kecil saya. Saat kira-kira usia SD, ibu saya sering memasakkan kami, anak-anaknya untuk sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah itu nasi goreng kunyit. Caranya adalah bawang merah dan bawang putih diiris tipis, kunyit sebesar telunjuk diiris tipis, plus mentega, garam dan merica. 

Pertama-tama siapkan wajan untuk menggoreng, lalu lelehkan mentega (ibu saya tidak menggunakan minyak goreng saat membuat nasi goreng kunyit ini), setelah leleh dan panas, masukan bawang merah dan putih. Setelah agak layu sedikit, masukan kunyit irisnya. 

Kemudian diaduk hingga irisan kunyit menjadi layu dan warna kuning dari kunyit sudah 'keluar' merata, lalu masukan garam dan merica lalu dimasukkan pula nasi yang sudah disiapkan. Diaduk secara perlahan-lahan hingga seluruh nasi berwarna kuning. Kalau nasi sudah berwarna kuning merata, cicipi dulu. Kalau kurang garam atau merica, tambahkan. 

Biasanya kami makan nasi goreng kunyit ini dengan telor ceplok (Bahasa Sunda yang artinya sama dengan telor mata sapi) dan kadang dengan tempe goreng, yang digoreng agak kering.

Ini nikmatnya luar biasa, terutama saat irisan kunyitnya itu ikut dimakan, krenyes-krenyes gitu dan tentu karena ditambah dengan rasa cinta seorang ibu saat membuatnya.

Nasi Goreng mamanya ci Elis yang kemarin ini saya rasakan, membayang pula wajah ibu saya saat menikmatinya sesuap demi sesuap. Kebetulan di Kopi Tiam 89 ini, mamanya ci Elis yang memasak nasi goreng kunyitnya, terbayang kan seorang ibu dengan rasa cintanya menyajikan resep keluarga untuk para tetamunya.

Tentu dibuat dengan sepenuh hati agar yang mencicipi nasi goreng kunyitnya dapat merasakan nikmatnya nasi goreng kunyit itu yang merupakan resep keluarga mereka. Saya acungi dua jempol untuk rasanya. 

Terasa agak 'berat' rasa nasi goreng kunyitnya, dalam arti banyaknya bumbu yang digunakan. Terlebih lagi ci Elis menyebutkan kalau bumbu-bumbu yang digunakan tidak sekedar diiris-iris, tetapi dihaluskan--supaya makin meresap ke nasi yang digorengnya. Warnanya pun lebih menjadi kuning tua, menunjukkan banyaknya kunyit yang digunakan.

Tetapi kunyit yang digunakannya itu tidak menimbulkan bau langu kunyit, malah menimbulkan sensasi luar biasa lezat dan gurih rasanya saat nasi goreng itu berada di mulut kita.

Nasi goreng kunyit, di samping manfaatnya yang dapat mengenyangkan (semua sudah tahu ya manfaat ini hehehe) ternyata punya manfaat lain terutama manfaat dari kunyit yang ada dalam bumbunya. Sudah tahu belum kalau kunyit memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh kita. 

Kunyit bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh kita karena kunyit mengandung kurkumin, yaitu zat yang berfungsi untuk itu.

Di samping itu, kunyit juga memiliki beragam manfaat seperti mengobati radang, mengurangi rasa mual, mengatasi perut kembung, nyeri saat haid hingga dapat mengatasi alergi. Jadi, sering-sering ya mengonsumsi kunyit, salah satunya melalui nasi goreng kunyit ini.

Bakpao

Rupanya bakpao itu adalah Bahasa Tionghoa yang berarti daging berbungkus yang dibungkus dengan kue. Kemarin inipun ci Elis menyajikan bakpao saat Imlek. Tapi karena sudah mengalami variasi, bakpao sekarang ini tidak hanya merupakan daging yang berbungkus kue atau semacam roti, tetapi banyak varian isinya.

Bakpao ci Elis ada yang isi daging ayam, juga kacang merah dan kacang tanah. Saya memilih yang isi kacang tanah. Adonan kue/rotinya cukup lembut dan besar dan isinya itu loh, campuran antara kacang tanah dan gulanya sangat pas, hingga enak di lidah.

Kopi 

Dari berbagai kopi yang ada di daftar menu, saya memilih es kopi rasa gula aren. Ternyata pilihan saya tepat. Ada kisah juga dibalik es kopi itu. Pertama kopinya didatangkan khusus dari Sidikalang, Sumatera Utara, dari jenis Robusta. Gulanya pun ternyata gula aren terpilih. Ci Elis menjelaskan kalau gulanya itu khusus didatangkan dari 'gunung' di wilayah Leuwiliang. 

Wow... terjamin keasliannya nih gula aren. Ci Elis pun mengiyakan. Ci Elis juga menjual gula aren ini untuk yang berminat. Dijualnya tidak dikilo, tetapi dibungkus seperti aslinya dengan ikatan daun. Istilahnya satu ikat gula itu satu bar. Beratnya sekitar 1,4-1,5 Kg. Harganya sekitar delapan puluh ribu rupiah.

Minat? Langsung cus ke Kopi Tiam 89 saja ya.

Rasa kopinya cukup menggiurkan. Rasa kopinya pas dan tidak tertutupi oleh manisnya gula aren yang berlebihan--karena manis gulanyapun pas. Saat diminum, butiran halus kopi masih terasa lewat dilidah. So yumm deh.

Kue-kue Imlek

Rombongan KPK mendapat penjelasan yang lengkap seputar kuliner Imlek, hingga ke kue-kue dan buah yang 'wajib' ada saat Imlek.

Rupanya Imlek itu, asal-muasalnya, diadakan saat panen, terutama panen buah-buahan dan inipun perlambang rejeki. Sehingga saat Imlek, terutama di satu hari sebelum Imlek, biasa diadakan ritual sembahyang Meja Abu untuk para leluhur. Ci Elis, yang kalau menurut garis ibu bermarga Na dan dari garis ayah bermarga Oen, menjelaskan bahwa buah yang wajib hadir saat imlek adalah srikaya dan delima. 

Harus dicari buah ini sampai dapat. Dan dalam penyajian di acara sembahyang itu, yang disajikan jumlahnya harus ganjil. Bisa 3, 5, 7 dan seterusnya. Ini ritual untuk leluhur yang sudah meninggal. Sementara bila ingin memberikan kepada yang masih hidup, maka jumlahnya tidak boleh ganjil, tapi harus genap.

Kue-kue Imlek yang dinikmati oleh rombongan KPK saat itu adalah kue keranjang, kue lapis legit dan bika ambon. Tetapi hanya kue keranjang dan kue lapis legit yang bisa disebut sebagai kue tradisional Tionghoa yang biasa hadir saat Imlek.  Dan jangan lupa, kue-kue itupun memiliki makna atau filosofi tersendiri.

Kue keranjang, dinamakan kue keranjang karena memang dibuatnya satu-satu dalam keranjang yang berlapis daun. Nantinya setiap dodol akan berbungkus daun. Kue keranjang ini, banyak ditemui di daerah Tangerang. Makna dodol atau kue keranjang ini adalah merekatkan persaudaraan, sesuai dengan bentuk dodol yang terkesan 'lengket' dilihat dari bentuknya.

Sementara kue lapis legit memiliki lambang peningkatan rejeki. Agar rejeki yang memakannya meningkat secara bertingkat berlapis-lapis seperti kue lapis legit.

Jelajah Vihara


Puas menyerap informasi dan langsung menikmati kuliner Imlek di Kopi Tiam 89, rombonganpun mengunjungi tiga Vihara yang berada di seputar Desa Tonjong. Konon vihara-vihara ini didirikan sekitar 15 tahun yang lalu. Pendiri vihara Buddha Tidur adalah Suhu Ade.

Di Vihara Buddha Tidur atau yang memiliki nama Vihara Buddha Dharma dan 8 Po Sat, dapat ditemukan patung Buddha yang sedang dalam posisi tidur yang sangat besar. Ciri khas di sini adalah banyaknya patung Buddha yang tersusun rapih di kiri dan kanan di samping altar Buddha Tidur tersebut.

Vihara kedua yang kami kunjungi adalah Vihara Naca. Ciri khas di sini adalah bahwa Dewa Utamanya adalah Dewa Teratai. Ada kisah menarik di sini yang diceritakan oleh ko Abu--pengurus vihara, bahwa ada kejadian 'ajaib' di Vihara itu, di mana tanaman Teratai yang sudah tiga tahun mati, setelah ayahnya membersihkan vihara, Teratai tersebut tumbuh dan ditempatkan di depan tangga naik menuju ruang utama Vihara.

Dari Vihara Buddha Tidur menuju ke Vihara Naca dan Vihara Buddhawa, kita akan melewati komplek pemakaman Tionghoa dengan bentuk makam yang sangat unik dan khas itu, yaitu berukuran besar.

Ini pertama kalinya bagi saya melewati dan memasuki komplek pemakaman Tionghoa. Biasanya saya hanya melihat dari kejauhan saja--dari pinggir jalan.

Sementara vihara ketiga yang kami kunjungi adalah Vihara Sian Jin Ku Poh. Yang unik di vihara ini adalah kita akan menemui ada semacam bangunan yang ditujukan untuk Semar dan putra-putranya (Gareng, Petruk dan Bagong), yang dinamakan Padepokan Semar.

Semar atau Badranaya memang dalam dunia pewayangan dianggap sebagai tokoh Dewa yang menjelma ke bumi sehingga memiliki nilai spiritualitas yang tinggi.

Menurut orang yang ditemui di dalam padepokan, biasa yang hadir di sini adalah dari latar belakang berbagai agama, atau lebih tepat disebut sebagai penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 

Di dalam padepokan, kita dapat melihat ada berbagai patung tokoh punakawan dalam beberapa jenis juga dalam bentuk wayang yang tertempel di dinding dan patung Dewi Rejeki--Dewi Laksmi dalam ukuran besar.

Di depan patung-patung yang ada di situ ada perapian atau anglo yang berisi bara api--ditujukan untuk menaruh wewangian yang dibakar untuk mewangikan ruangan.

Di bagian tengah ruangan ada air yang berasal dari kumpulan air hujan, yang dianggap sebagai air alam yang tercurah dari langit. Ada gayung menggantung di sisinya, katanya gayung ini digunakan oleh mereka yang ingin membawa pulang air tersebut, bisa untuk cuci muka ataupun keperluan lain.

Di bagian belakang terdapat petilasan Prabu Siliwangi--Langlangbuana. Berisi batu besar (petilasan) yang ditutupi kain putih dan beberapa sesajian dan beberapa patung. Ruangan tersebut ditutupi oleh tirai berwarna hijau.

Menurut petugas vihara, petilasan ini banyak dikunjungi oleh peziarah, terutama di malam Jumat. Karena menurutnya, banyak yang melakukan ziarah, zikir, semedi dan meditasi di situ.

Ketika disebut kata meditasi, saya langsung tersentak--kebetulan karena sayapun sering melakukan meditasi. Langsung saja saya tanya, "boleh meditasi di situ pak? Kalau boleh, saya mau melakukan meditasi."

"Oh boleh pak, memang biasa banyak yang meditasi di situ. Bapak Muslim? Kalau muslim boleh juga dibarengi dengan membaca Tawasulan," demikian ujar bapak petugas itu.

Ia pun lalu menunjukkan tempat yang bagus dan bersih di bagian pojok ruangan. "Di sini saja pak.," katanya.

Saya pun lalu melakukan meditasi di situ sekitar 10 menitan. Alhamdulillah, tubuh terasa segar.

Perjalanan Bersama KPK saat Imlek kemarin ini memang luar biasa. Dikenyangkan oleh menu-menu kuliner Imlek yang lezat-lezat, dapat banyak cerita dan informasi, mengunjungi vihara-vihara yang indah hingga ke meditas.

Sebagian dari rombongan KPK Imlek 2023 - berfoto bersama ci Elis dan mamanya (Foto: dokumentasi pribadi)
Sebagian dari rombongan KPK Imlek 2023 - berfoto bersama ci Elis dan mamanya (Foto: dokumentasi pribadi)

Dari stasiun Bojong Gede, nunggu Gocar menuju Kopi Tiam 89 (Foto: Dokumen pribadi)
Dari stasiun Bojong Gede, nunggu Gocar menuju Kopi Tiam 89 (Foto: Dokumen pribadi)

Rombongan KPK-ers (Foto: Dok. Rahab Ganendra)
Rombongan KPK-ers (Foto: Dok. Rahab Ganendra)

Foto rombongan KPK bareng ci Elis (Foto: Dok. Rahab Ganendra)
Foto rombongan KPK bareng ci Elis (Foto: Dok. Rahab Ganendra)

KPK-ers di depan Vihara Buddha Tidur (Foto: dok. Rahab Ganendra)
KPK-ers di depan Vihara Buddha Tidur (Foto: dok. Rahab Ganendra)

Di depan Vihara Naca (Foto: Dokumentasi Pujo)
Di depan Vihara Naca (Foto: Dokumentasi Pujo)

Di Vihara Sian Jin Ku Poh (Buddhawa) (Foto: Dok. Rahab Ganendra)
Di Vihara Sian Jin Ku Poh (Buddhawa) (Foto: Dok. Rahab Ganendra)

Seru abizzzz.

Terima kasih KPK, Terima kasih semua

Catatan: 

Beberapa foto dokumentasi lainnya dapat dilihat di Instagram melalui link berikut: 

1. https://www.instagram.com/p/CntKh8XSIQe/?igshid=YmMyMTA2M2Y= 

2. https://www.instagram.com/p/CnwnQR8yxAQ/?igshid=YmMyMTA2M2Y=

#weeatwewrite
#kpkimlek2023
#ceritaimlekku
#kpkkompasiana

Sumber foto: KPK
Sumber foto: KPK

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun