Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menikmati Rukun Senior Living, Gaya Hidup Ideal untuk Usia 50 Tahun ke Atas

1 November 2021   17:38 Diperbarui: 1 November 2021   20:33 2217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjelasan dari ketua Wulan (Dok: koleksi pribadi)

Saat saya tinggal di Australia beberapa tahun lalu untuk melanjutkan studi, saya sempat menemui hunian dengan konsep dan sistem seperti RSL ini. Di sana seragam penyebutannya dengan istilah 'Retirement Village' (Desa pensiunan), tetapi konsep yang digunakan rata-rata seperti tinggal di apartemen tersebut. 

Saya belum menemukan Retirement village dengan konsep seperti the Villas, dengan konsep hunian mandirinya. Memang seperti penjelasan pimpinan RSL di awal pertemuan, konsep RSL mengadopsi beberapa hunian seperti ini dari Amerika Serikat, Australia dan dari beberapa negara lainnya. 

Hanya untuk di Indonesia, RSL menjadi kompleks hunian pertama dan baru satu-satunya yang menerapkan konsep dan sistem seperti telah dijelaskan di atas.

Pemandangan yang indah dari Club House The Villas (Dok: koleksi pribadi)
Pemandangan yang indah dari Club House The Villas (Dok: koleksi pribadi)

Gathering diakhiri dengan acara ramah-tamah, makan siomay (sedang hujan, nikmat sekali makan siomay hangat), snacks dan teh kopi, sambil menikmati semburat langit yang meredup dan semakin sejuknya hawa di sore hari. Ditambah lagi, tidak lama kemudian hujan turun dengan lebatnya. Tetapi dinginnya hujan di luar ruangan berbanding terbalik dengan riuh rendah diantara kami, peserta gatherting, yang semakin hangat saja.

Di kesempatan itu, saya sempat melontarkan ide kepada pak Herman, Pimpinan RSL, agar aktivitas bagi kaum senior di sana dapat ditambahkan dengan aktivitas yang merangsang kesehatan kerja otak dan emosi yaitu misalnya dengan aktivitas menulis untuk menghasilkan artikel dan mendongeng.  

Sepertinya, 50plus perlu memperbanyak juga nih kegiatan-kegiatan seperti ini, kumpul-kumpul, hepi-hepi dengan tetap prokes, untuk menjaga kesehatan lahir batinnya. 

Dari pandemi Covid-19, kita banyak belajar bagaimana imunitas sangat berperanan dalam mencegah dan mengatasi covid-19 ini. Dengan gathering dengan prokes, dapat membuat pesertanya bahagia yang dapat merangsang kerja imun semakin maksimal dan kita akan dapat semakin sehat.

Saat pulang, sambil say good bye ke RSL, saya bergumam dalam hati, di RSL dibentuk konsep dan sistem yang sangat ideal untuk menunjang hidup terutama kaum senior. Tetapi itu semua harus dimulai dari sendiri. Semangat hidup dari dalam diri tidak boleh padam, selama hayat masih dikandung badan, kita harus menjaga diri untuk selalu meningkatkan kualitas hidup kita. 

RSL dapat menjadi contoh dan mitra dalam mendapatkan idealisme hidup tersebut terkhusus bagi kaum senior, sehingga dapat menimbulkan keinginan, "ah, alangkah indahnya bila dapat tinggal dan menghabiskan masa tua di sana, atau paling tidak dapat menyerupai itu".

Thank you and Good bye RSL, see you again in the future, hopefully. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun