Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Belanja "Menahan Diri" Jelang Lebaran

7 Mei 2021   22:59 Diperbarui: 7 Mei 2021   23:09 1159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
situasi belanja di Tanah Abang (dok: news.detik.com)

Kemarin ini sempat waktu nunggu antrian yang panjang dan lama di salah satu bank pemerintah di kawasan Taman Topi, Bogor, saya jalan-jalan ke arah pasar Anyar yang memang tidak jauh dari situ. Saya langsung tercekat, ups, banyak sekali orang - maklum sudah lama ga jelong-jelong (jalan-jalan) ke pasar nih, jadi agak surprise gitu.

Penjual pakaian di tempat yang saya lewati lamat-lamat terdengar lantunan si penjual yang rupanya sekarang ini sudah cukup canggih, tinggal memutar rekamannya saja - seperti penjual tahu bulat, tahu dadakan itu. Lantunan suaranya yang seperti setengah melagu gitu bilang,"Lebaran sebentar lagi, ayo merapat lihat jualan-jualan kami, biar ibu-ibu tidak menyesal. Ada jilbab, kerudung, sarung, daster, batik, baju, wanita, ayo segera merapat agar tidak menyesal." demikian lantunan dari tape recordernya yang dipancarkan via speaker berukuran sedang di samping lapaknya. Sementara si penjual sibuk melayani pembeli. Bukan hanya satu penjual yang nampak di lapak itu, tapi tiga orang. Memang bakal ramai ini toko ya hari ini dan hari-hari menjelang sangat dekat dengan lebaran nanti.

Lanjut menelusuri pasar Anyar, dengan berjalan berhati-hati. Belum sampai ke ujung, saya memilih untuk memutar balik badan, nggak jadi sampai ujung. Kenapa? Karena makin ke sana makin padat, makin ke sana makin sulit untuk melangkah, karena sudah terlalu banyak orang. Makin ke sana makin nggak nyaman (menurut saya). Yowislah, muter aja. Nggak diterusin, mending saya balik ke bank itu saja deh, nunggu di luar aja, duduk sambil menjaga jarak.

Angka perkembangan Covid-19 per 7 Mei 2021 (Sumber: infografis Kementerian Kesehatan RI)
Angka perkembangan Covid-19 per 7 Mei 2021 (Sumber: infografis Kementerian Kesehatan RI)
Di kursi tunggu itu, saya jadi merenung, mencoba memaknai apa yang saya alami barusan dengan situasi kekinian. Dengan data covid-19 yang ada per hari ini - Jumat, 7 Mei 2021 (saat itu saya membayangkan tanpa detail angka), angka Covid-19 di Indonesia menunjukkan (sumber Kemenkes RI):

- Angka tertular covid-19 bertambah sebanyak 6.327 orang hingga total positif menjadi: 1.703.632 orang

- Angka sembuh dari Covid-19 menunjukkan angka 5.891 orang hingga totalnya menunjukkan angka: 1.558.423 orang

- Sementara angka meninggal akibat Covid-19 hari ini berada di angka 167 orang hingga total kematian berjumlah: 46.663 orang.

Yang tertular bertambah, tapi kesembuhanpun bertambah, kita perlu mengucap syukur atas angka-angka yang ditunjukkan tersebut, tetapi, jangan lupa, kematianpun terus bertambah, lebih dari 150an orang perharinya. Innalillahi wa Innailaihi Raajiuun. Betul bahwa semua itu datangnya dari Allah SWT, dan pun akan kembali kepada Allah SWT. Tetapi dalam hal covid-19 ini, peran manusia itu sendiri sangatlah tinggi untuk dapat mencegahnya. Bila kita sudah berusaha semaksimal mungkin tetapi masih terkena pula, barulah itu yang disebut takdir Allah SWT. Tetapi bila kita tidak berusaha mencegahnya, tidak patuh nasihat ibu tentang 5M itu, lalu kita terpapar dan bahkan hingga kita meninggal dunia, you're doing suicide man. Itu sama halnya dengan bunuh diri.

Pemerintah dengan segala kebijakan-kebijakannya dengan segala program-programnya untuk mencegah Covid-19 ini, sudah sangatlah maksimal. Walau memang kekurangan selalu ada di setiap kebijakan dan di setiap peraturan, tetapi kalau mau jujur, adakah satu negara di dunia ini yang siap dalam menghadapi pandemi Covid-19? Jawabannya adalah TIDAK ADA. Lihatlah contoh sesama negara Asia yang saat ini sedang tertimpa musibah Tsunami Covid-19, yaitu India. Sebagai negara penghasil vaksin, beberapa bulan lalu pemerintahannya sesumbar tentang keberhasilannya dalam hal vaksin dan kemudian sesumbar bahwa banyak negara-negara di dunia mencontoh India dalam hal keberhasilannya menangani pandemi Covid-19. Lalu agak longgarlah, lalu euphoria keberhasilan menyeruak, banyak prokes yang kemudian tidak dipatuhi. Pesta-pesta politik tetap berlangsung, festival-festival keagamaan dilangsungkan dengan meriah denga hura-hura dan dengan tanpa kemudian mengindahkan prokes (protokol kesehatan) Covid-19.

Dalam salah satu wawancaranya di saluran TV BBC, salah seorang peserta festival keagamaan di Sungai Gangga ditanyai pendapatnya tentang kegiatan keagamaan ini, mandi-mandi bersama di Sungai. Dengan ringan ibu yang diwawancarai itu menjawab,"Ibu Gangga yang Suci akan melindungi kami, kami akan terhindar dari penyakit itu (covid-19) dan penyakit-penyakit lainnya akan tersembuhkan."

Dan kemudian kita lihat hasilnya, dampaknya. Jumlah tertular dan berujung kematian meningkat tajam. Kremasi dilakukan di banyak tempat, sungguh memprihatinkan dan sangat menyesakkan dada menyaksikan tayangannya di televisi. Pray for you, India.

Kemudian kebijakan pengetatan lalu pelarangan mudikpun di Indonesia diberlakukan untuk membatasi pergerakan manusia dari daerah ke daerah. Protokol kesehatan kembali digalakkan untuk diperketat. Ini semata-mata untuk melindungi masyarakat kita agar terhindar dari Covid-19 ini.

Walaupun ada segelintir yang menuduhnya dengan berburuk sangka bahwa pelarangan mudik ini untuk melemahkan ukhuwah umat Islam di era ini, C'mon mate, apakah kalian bisa berpikir dengan sehat. Ini tidak ada hubungannya dengan yang kalian persangkakan.

Betul kemarin ini memang baru diluncurkan THR (tunjangan hari raya) dan bu Menteri Keuangan Sri Mulyani menganjurkan untuk menggunakannya untuk meningkatkan daya ekonomi masyarakat, dengan berbelanja. Tetapi sudahkah mendengarkan pidatonya dengan seksama? Beliau menganjurkan untuk membelanjakannya di lingkungan sekitar - ekonomi masyarakat sekitar dan berbelanja online. Tetap anjurannya adalah dalam kerangka mematuhi prokes yang sudah ditentukan.

Ini bulan suci, bulan Ramadan, dimana di bulan ini seharusnya PENGENDALIAN diri kita umat Islam ditingkatkan, dinaikkan, ditegaskan lagi. Seharusnya tanpa susah payah pemerintah melarang-larang mudik dan pembatasan lainnya, kita dapat membatasi diri kita. Apalagi di bulan Ramadan kita ini sedang dilatih mengendalikan diri dari musuh terbesar kita, yaitu HAWA NAFSU. Hawa nafsu belanja, hawa nafsu mudik, hawa nafsu melanggar prokes, ada dalam pasal ini.

Apa yang saya lihat di pasar Anyar, fenomena di pasar Tanah Abang, dengan upaya-upaya pemerintah seperti bertolak belakang. Pemerintah menganjurkan agar patuhi prokes, ikuti nasihat ibu 5M, sementara di pasar, masyarakat di rayu-rayu dengan ajakan ayo belanja, ayo merapat, karena Lebaran sudah dekat. Kita lihat juga di layar televisi mereka yang mencoba berusaha mengakali petugas dengan memaksakan diri untuk mudik.

Lalu pertanyaannya, dalam hal mengakhiri bulan Ramadan ini, dengan fenomena di atas, akankah di bulan Syawal nanti kita akan keluar sebagai pemenang? Pemenang atas penguasaan hawa nafsu kita, akankah?

Mengingat ajakan belanja dari toko di Pasar Anyar, saya memilih untuk berbelanja 'menahan diri' sebanyak-banyaknya menjelang Lebaran 1 Syawal 1442 Hijriyah ini. Kalaupun ingin belanja, online harus menjadi pilihan yang pertama.

Selamat 'berbelanja' .... ;)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun