Di zaman pandemi covid-19 ini aktivitas di rumah memang dikedepankan atau diprioritaskan, kan masuk pada nasihat mama yang 5M itu (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilisasi/bepergian dan interaksi/kumpul-kumpul). Kantor juga masih menerapkan terjadwal bergiliran WFH (work from home) dan WFO (work from office).
Aktivitas di rumah saja menjadi primadona, termasuk aktivitas Ramadan.
Terhadap pandemi Covid-19 ini jangan dianggap main-main deh. Dampaknya beneran lho. Prinsipnya sekarang ini kan kalau bisa di rumah saja, kenapa harus keluar rumah? Imam salat saja sering saya temui (imam salat yang sering berbuat kebaikan kepada sesama) berkata sebelum memulai salat dengan ucapan, "Luruskan shaf dan jaga/atur jaraknya."
Saya dan keluarga, sebisa mungkin, lakukan aktivitas dirumah selama Ramadan ini. Aktivitas ibadah dan aktivitas non ibadah.
Beberapa keuntungan kami rasakan secara langsung, di antaranya:
1. Alhamdulillah kami sampai dengan saat ini taat dengan nasihat ibu 5M, dapat terhindar dari Covid-19. Insyaallah akan terus demikian dalam keberkahan dan lindungan Allah SWT.
2. Kami dapat beribadah lebih khusyu' melaksanakan di rumah dan dilaksanakan bersama keluarga. Salat bareng, ngaji bareng, mendengarkan ceramah bareng-bareng.
Banyak ceramah yang rutin yang sekarang ini dilaksanakan melalui zoom, dapat pula dinikmati oleh kami sekeluarga. Ceramah-ceramah para ulama-ulama yang asli (bukan ulama yang abal-abal ya, apalagi yang palsu - no way lah) yang dapat dengan mudah kita dengarkan melalui internet - termasuk saluran Youtube, menjadi menu kami juga.
Misalnya ceramah-ceramah Habib Quraish Shihab, Gus Baha, Gus Muwafiq, Gus Miftah, KH Said Aqiel Siradj, KH Yusuf Mansyur, dan lain sebagainya. Termasuk di sini adalah ceramah membahas Tafsir Al Misbah sewaktu sahur dan mengaji Asmaul Husna - keduanya adalah program TV Metro TV di saat sahur.
3, Keakraban di dalam keluarga terjalin dengan lebih erat. Pasalnya kadang kami masak bareng untuk hidangan berbuka puasa (kalau makanan beratnya sih tetap bagian istri saya hehehe). Liputan tentang ini dapat dilihat di sini. Termasuk membersihkan rumah, walau ada si teteh yang datang seminggu 3 kali untuk membantu menyapu, menstrika, menyapu dan mengepel lantai. Masak bareng itu rasa sensasinya warbiasah lho. Suka masak bareng juga nggak?
4. Tanaman jadi tambah banyak. Nah lho, kok bisa? Iya, terlebih selama Ramadan, beberapa jenis tanaman yang ada di rumah menjadi bahan 'proyek' kami untuk dipecah-pecah. Hasil pecahannya ditanam di polybag.
Bahkan, sekarang anak saya yang berusia memasuki 14 tahun ini, mulai mencoba-coba menjual tanaman-tanaman tersebut, walau masih kepada kalangan terdekat dulu. Tapi lumayanlah, bisa jadi tambahan uang tabungan dan melatih enterpreneurship. Pengalaman anak saya menjual sudah dia tulis juga di blognya di sini.
5. Hobi nonton film kamipun tersalurkan. Nah, memanfaatkan waktu yang ada di rumah, terutama saat weekend, kami 'mainkan' hobi menonton kami dengan tanpa melanggar waktu beribadah. Nggak tahu kenapa, tapi saya, istri saya dan anak saya punya hobi nonton film juga. Apalagi melalui smart TV di rumah, melalui beberapa aplikasi yang ada di dalamnya, kami manfaatkan pula untuk menonton film.
Saat menonton film - dan juga setelahnya, biasanya kami jadikan ajang diskusi keluarga. Hal-hal baiknya dimana, hal-hal tidak baiknya dimana. Sehingga, menonton filmpun bagi kami, kami jadikan ajang hiburan sekaligus ajang belajar.
Selamat beribadah Ramadan. Ramadan Karim, Ramadan Mubarak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H