Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ramadan Saat Pandemi, Pokoknya Ikut Aturan Pemerintah Saja, deh

15 April 2021   00:00 Diperbarui: 15 April 2021   00:44 1256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat divaksin (dok: pribadi)

Ramadan saat pandemi, Ramadan tahun 2021 tiba. Ramadan di masa 1442 Hijriah ini datang kembali, masih di suasana yang belum banyak berubah, masih dilingkupi oleh pandemi covid-19. Virus corona masih bergentayangan mengelilingi kita, siap mencengkeram mereka yang kurang waspada.

Betul bahwa kewaspadaan dengan mengikuti nasihat mama itu yang berupa 5M itu belum menjamin seratus persen kita terbebas dari virus corona yang berbahaya itu. 

Tapi paling tidak kan, dengan kewaspadaan kita patuh pada aturan 5M itu kita telah pula melaksanakan ajaran agama kita, agama Islam yang kita cintai ini - dengan upaya yang disebut tawakal. Sebagian orang menyebutnya dengan tewekal  atau tawekal. Tapi intinya adalah kita bertawakal setelah berikhtiar.

Dalam ajaran Islam sendiri, Tawakal atau tawakkul memiliki arti mewakilkan atau menyerahkan. Pengertian seutuhnya adalah kita sebagai hambaNya menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada Allah SWT Sang Maha Pencipta, Sang Maha Segalanya. Tetapi Allah mensyaratkan kita hambanya ini agar bertawakkal setelah kita berikhtiar secara maksimal.

Keinginan Allah ini tercermin dari suatu riwayat yang termuat dalam hadist yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dimana dalam riwayat ini terkisah bahwa pada zaman Baginda Rasulullah SAW disebutkan ada seorang laki-laki yang ingin meninggalkan untanya di depan masjid tanpa diikat, dengan alasan ia telah bertawakal kepada Allah SWT. Artinya bahwa ia menyerahkan 'sisi keamanannya' semata-mata kepada Allah SWT. 

Namun kenyataan berkata lain. Ketika Rasulullah SAW mengetahui cerita ini, beliau mengatakan, "ikatlah untamu terlebih dahulu, barulah kemudian bertawakal." Jelas di sini Baginda Nabi meminta kita sebagai umat kesayangannya ini untuk mendahulukan berikhtiar terlebih dahulu secara maksimal (dikiaskan dengan mengikat si unta tersebut) baru kemudian diikuti dengan tawakal. 

Artinya, kita berkewajiban berusaha, tapi tidak berkewajiban menentukan hasil akhir. Walau di kebanyakan perkara, kita terikut pula pada pepatah yang mengatakan, Ikhtiar tidak membohongi hasil akhir. 

Namun demikian, kita wajib menyerahkan penentuan hasil akhir kepada Sang Maha Penentu, Sang Maha Pembuat Keputusan. Agar hasil akhir sesuai dengan yang kita ikhtiarkan, di sinilah kemudian diletakkan fungsi doa. Doa yang dipanjatkan kepadaNya, memohon agar apa yang kita ikhtiarkan dapat memberikan hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan.

Kembali bercermin dengan kondisi pandemi di saat Ramadan kali ini dengan situasi Ramadan yang lalu. Dalam konteks pandeminya, tidak banyak berubah. Artinya adalah bahaya Covid-19 masih tetap bahaya yang mengancam. Namun kita melihat apa yang sudah dilakukan pemerintah kita, pemerintah Indonesia sudah lah sangat banyak dan sangat luar biasa.

Keputusan menyiapkan vaksin lebih cepat, menimbulkan iri beberapa negara tetangga karena 'kalah cepat' dalam menyiapkan vaksin covid-19 untuk warganya ini. Termasuk dalam hal ekonomi. 

Walau keterpurukan terjadi di sana-sini (tidak ada negarapun di dunia ini yang dapat menghindarkan dirinya dari beban masalah ekonomi ini), tetapi keputusan untuk tidak melakukan lock down, kembali dipuji banyak negara sebagai keputusan tepat. Dan kita semua tentu dapat merasakannya saat ini. Tidak terbayangkan bila lock down yang menjadi pilihan, tentulah covid-19 masih tetap tinggi dan ekonomi bakalan nyungsep abis.

Dua hal yang sangat perlu menjadi pembelajaran yang menurut saya perlu diperhatikan yaitu:

Perilaku masyarakat. Saya masih seringkali dikejutkan oleh perilaku masyarakat yang abai tanpa memperhatikan hal standar, yaitu mengenakan masker. Kemarin saya baru melakukan perjalanan jauh ke daerah. Tampak bahwa sedikit sekali masyarakat yang mengenakan masker. 

Di rest area bahkan para penjualnya boleh dihitung dengan jari yang mengenakan masker. Bila masker menjadi penanda utama kita waspada terhadap bahaya pandemi covid-19 ini, tentu mereka termasuk yang abai terhadap covid-19.

Perilaku agamawan yang masih banyak meninabobokan masyarakat dengan khotbah yang diawang-awang. Pengalaman pribadi saya saat salat Jumat di suatu daerah. Saya - dan beberapa jamaah tamu, merasa menjadi makhluk asing sendiri, karena kami menjadi minoritas yang bermasker. Mayoritas tidak bermasker. 

Dan sang khatib, dengan asyiknya berbicara tentang surga dan neraka tanpa mengindahkan bahkan menasihati jamaahnya agar minimal memakai masker (apalagi mematuhi 5M, boro-boro deh), karena sang khatib pun tidak bermasker. Hal lain adalah saya masih sering menjumpai imam yang menyerukan sebelum pelaksanaan salat, "luruskan dan rapatkan saf" padahal ini masa pandemi dimana di dalam masjid seharusnya diberlakukan pula protokol kesehatan (prokes) secara ketat, tanpa terkecuali. 

Alasannya, perintah tersebut diperintahkan oleh nabi. Masyaallah, orang-orang seperti inilah sebetulnya agen pembawa covid-19. Saya pernah menemukan imam salat yang keren, di salah satu mesjid di bilangan Pondok Indah, Jakarta. Dia menyerukan sebelum memimpin salat dengan ucapan, "sekarang masa pandemi, mari luruskan saf dan jaga jarak." wah, keren sekali ini imam. Sangat patut dicontoh.

Belajar dari Ramadan lalu, ada baiknya kita semua banyak belajar dari kekeliruan-kekeliruan. Untuk kalangan masyarakat, walaupun sebagian sudah mendapatkan vaksin yang diberikan secara cuma-cuma oleh pemerintah, ayolah kita tetap menjaga prokes  dalam kehidupan sehari-hari kita, jangan abai, tetap waspada, mengikuti aturan dan anjuran 5M.

Untuk para ustadz dan khatib, cobalah lebih sedikit bersimpati dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi wabah covid-19. isilah khotbah dan ceramah anda-anda itu dengan selalu memasukkan unsur sosialisasi  tentang pentingnya mengikuti prokes dan melaksanakan anjuran 5M, karena ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa covid-19 ini merupakan 'neraka' dunia yang sedang kita hadapi. Ajarilah dan nasihatilah masyarakat kita dengan persiapan-persiapan agar terhindar dari neraka dunia covid-19 tersebut.

Lagipula, kita belum tahu kapan pandemi ini akan berakhir. Bisa tahunan, puluhan tahun dan mungkin ratusan tahun. Itulah sebabnya kita harus membiasakan diri dengan era kehidupan baru atau new normal. Era kehidupan baru ditengah-tengah covid-19.

Berkaca dari virus polio yang perlu ratusan tahun untuk dapat dikatakan lenyap dari muka bumi (walau masih terjadi di beberapa tempat dalam jumlah yang tidak signifikan) - itulah fungsi vaksin polio. 

Virus Polio mulai diidentifikasi secara resmi keberadaannya pada tahun 1789. Vaksin pertama kali yang disuntikkan pada anak-anak dimulai di Amerika Serikat pada tanggal 23 Feburari 1954. Dan Indonesia mendeklarasikan diri bebas dari Polio pada tahun 2014. Itu yang terjadi pada Polio, entah yang akan terjadi pada Covid-19 (Kompas, 23 Februari 2019).

Semoga dengan upaya terus-menerus dari pemerintah, perubahan perilaku masyarakat yang mentaati prokes dan 5M serta anjuran-anjuran nasihat dari para agamawan, upaya-upaya untuk melenyapkan Covid-19 tidak perlu selama waktu yang dibutuhkan untuk melenyapkan wabah Polio.

Semoga. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun