Setiap hari di kehidupan ini, selalu kita temui dua hal yang saling silih berganti, yaitu kelahiran dan kematian. Setiap hari kita melihat yang bersenang-senang dan berduka. Dan bila bersenang-senang, ucapan selamat berbahagia bertaburan. Demikian pula bila duka yang menjadi topiknya, ucapan berduka cita - berbela sungkawa memenuhi sekeliling kita.
Reaksi ritual terkait kematian ini adalah panjatan doa-doa kita kepada almarhum/almarhumah, agar diampuni segala dosanya, dan diterima segala amal ibadahnya serta iman Islamnya. Serta keluarga yang ditinggalkannya diberikan ketabahan oleh Allah SWT.
Dalam bulan Ramadan ini, dimana sudah menjelang akhir - beberapa hari lagi semua muslim akan merayakan kemenangan atas ibadah Ramadan yang telah dilakukannya, mereka yang telah terlebih dahulu dijemput ajalnya oleh sang Malaikat pencabut nyawa, sebetulnya telah diberi jalan kemenangan versiNya. Menang dari derita rasa sakit, menang dari keberadaannya di dunia yang fana ini. Para jenazah itu akan beranjak dari alam yang satu ke alam yang lain, dari alam dunia menuju ke alam kubur.
Para jenazah ini meninggalkan nasihat terbesar dalam kehidupan di dunia ini. Mereka menjadi pengingat atas apa-apa yang menjadi tugas manusia saat berada di alam dunia ini. Nasihat terbesar itu bernama kematian. Kematian yang menunjukkan bahwa selama-lamanya manusia berada di muka bumi, ia suatu saat pasti akan pulang ke Sang Maha Pencipta, pulang ke haribaanNya, pulang ke pelukanNya. Untuk kemudian memperhitungkan amal perbuatannya. Innalillahi wa innailaihi raajiuun - 'Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadaNyalah kami kembali '(Albaqarah: 156).
Lebih lanjut, Allah melalui firmanNya mengatakan:
'Tiap-tiap jiwa akan merasakan kematian dan sesungguhnya pada hari kiamatlah akan disempurnakan pahalamu, barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung dan kehidupan dunia hanyalah kehi-dupan yang memperdaya-kan'. (Aliimran: 185)
'Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam ) akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)'. (Azzumar: 30)
Sementara nasihat Nabi Muhammad SAW terkait kematian adalah sebagai berikut,'Wa Kafaa Bil Mauti Wa Idzho - Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat.'
Lalu ada kisah tentang Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, yaitu sebagai berikut. Tatkala aku membersamai Rasulullah, terdapat seorang laki-laki Anshar datang kepada beliau, kemudian mengucapkan salam lalu bertanya, 'Wahai Rasululah, siapakah diantara kaum mukminin yang paling utama?' Beliau menjawab, 'Yang paling baik akhlaknya diantara mereka.' Lelaki tadi bertanya lagi, 'Siapakah diantara kaum mukminin yang paling cerdas?' Beliau kembali menjawab, 'Yang paling banyak mengingat kematian diantara mereka dan yang paling baik persiapannya setelah kematian. Mereka itu ialah orang-orang yang cerdas.' (HR. Ibnu Majah).
Nasihat diatas bila menyarankan agar kita tahu siapa kita - yaitu ciptaan dan makhluk Allah SWT dan akan kembali kepadaNya. Selama belum kembali kepadaNya, selama hidup di dunia, pandai-pandailah kita berperilaku sebagai penyembahNya, sebagai abdiNya dengan baik dengan cara melakukan yang Ia perintahkan dan menjauhi yang Ia larang yang kesemuanya itu akan menjadi bekal kita, bekal kita bertemu denganNya - entah kapan Ia memerlukan untuk menemui kita, memanggil kita.
Mari perbanyak bekal kita sebelum kita pulang.