Kebiasaan saya untuk lebih sering mengenakan topi - terutama topi dengan bentuk yang disebut dengan topi 'pak Tino Sidin' dibanding dengan tidak mengenakan topi, menjadi semacam 'branding' atau ciri pribadi saya. Jadi kalau yang namanya kang Bugi, identik dengan topinya itu, topi pak Tino Sidin. Yah ... selang-selinglah dengan topi biasa.
Tapi akhir-akhir ini koleksi topi saya bertambah dengan topi tradisional. Ada rasa berbeda saat saya mengenakan topi tradisional itu. Rasa nasionalisme saya meningkat. Apalagi keinginan meningkatkan serta menularkan rasa nasionalisme itu muncul, kalau tidak salah sejak masa pilkada DKI lalu yang bertendensi mencabik-cabik rasa nasionalisme, rasa kebangsaan yang berusaha ditutupi dengan paham agama yang keliru. Dengan ikat kepala, itu upaya saya untuk melawan kegalauan saya tersebut.
Beberapa koleksi saya antara lain bendo (blangkonnya orang Sunda - kebetulan saya berlatar belakang dari etnis Sunda), totopong atau iket, udeng - iket kepala orang Bali, iketnya orang Baduy yang berwarna putih (Baduy Dalam) dan iket Baduy berwarna biru motif (Baduy Luar), iket Batak Toba - tenunan Batak Toba yang digunakan sebagai iket kepala.
Iket juga digunakan di upacara-upacara maupun acara-acara adat atau acara yang bernuansa kedaerahan.
Kali ini, di beberapa acara ngabuburit dan bukber, tidak ketinggalan saya menggunakan iket tradisional tersebut. Di foto kedua, saya menggunakan iket Sunda bernama bendo. Nuansa batik Jawa Barat berwarna campuran ungu dan merah marun, membuat bendo tersebut kelihatan sangat bagus dikenakan di kepala.
Sementara di foto pertama, saya mengenakan udeng, iket kepala khas Bali. Udeng yang saya kenakan memiliki ciri khas warnanya sangat kalem, dengan nuansa dominan warna hijau kehitam-hitaman dan bentuk sisa lipatan kainnya itu agak tinggi menjulang ke atas di kedua sisinya. Biasanya kita melihat udeng hanya tinggi di satu sisi. Tapi udeng yang saya kenakan ini tinggi di kedua sisinya. Terlihat sangat charming dan nyaman digunakan.
Saat salatpun - setelah berbuka puasa, bendo dan udeng ini dapat digunakan, tinggal agak ditarik sedikit ke belakang agar dahi dapat menyentuh langsung tempat sujud saat salat.
Mengenakan iket kepala tersebut saat bukber ataupun ngabuburit menambah semarak Ramadan yang saya lalui.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H