Ananda memiliki keinginan kuat bahwa kelak dunia internasional akan mengenal Maing sebagaimana mereka mengenal Mozart, Bach, Tchaikovsky dan lainnya yang sudah beken secara internasional.
Melalui konsernya ini, Ananda ingin menciptakan partitur musik-musik Ismail Marzuki yang dapat dinikmati secara internasional. Disamping itu. Merupakan upaya untuk mengharumkan nama bangsa. Lihat saja sebagai contoh Mozart.
Dunia internasional akan langsung menghubungkan nama Mozart dengan negara tempat ia berasal, yaitu Austria. Semoga kelakpun bila disebut nama Ismail Marzuki, dunia, khususnya mereka yang berkecimpung di dunia musik dan musik klasik, akan langsung menghubungkannya dengan Indonesia.
Bagaimana rangkaian cerita yang ditampilkan Ananda Sukarlan di dalam konser tersebut?
Konser diawali dengan sepatah kata oleh Ananda Sukarlan dan Nita Kartikasari dari Kaya.id. Ananda, yang juga anggota pendiri Musica Presente dan Yayasan Musik Sastra Indonesia ini, pada intinya menginginkan agar konser ini dapat menyentuh kalangan milenial di zaman milenial ini, karena ia melihat dan menyadari, kalangan muda atau milenial ini banyak yang tidak mengenal siapa itu Ismail Marzuki.
Sementara Nita menyampaikan bahwa kekayaan Indonesia merupakan inspirasi bagi Kaya.id yang merupakan perusahaan inkubator bisnis - khusus bergerak di bidang UMKM, melihat Ismail Marzuki sebagai sebuah harta karun Indonesia yang perlu diangkat ke permukaan atau dipulas ke permukaan. Seperti prinsip Kaya.id selama ini dalam menangani UKM/UMKM, selalu mencari peluang 'berlian yang belum dipulas."
Mariska Setiawan, soprano muda dari Surabaya dan merupakan pemenang ke-3 Kompetisi Nasional Tembang Puitik Ananda Sukarlan, serta Widhawan Aryo Pradhita, penyanyi tenor juga dari Surabaya dan telah memenangkan berbagai penghargaan.
Selanjutnya membuka konser dengan menyajikan pertunjukan selama sekitar 12 menit tentang the opera 'Erstwhile' yang didasarkan atas novel Rio Haminoto. Penampilan keduanya memperlihatkan kualitas yang prima dalam nada yang cukup tinggi.
Music for the ballet 'Malin Kundang' berada pada rangkaian selanjutnya. Kali ini Ananda menyertakan seorang storyteller: Handry Satriago (walau dalam buku panduan dikatakan Handry ini sebagai seorang narrator, namun dari gaya berceritanya menyampaikan narasi naskah di atas panggung, saya melihat ia adalah the real storyteller).
Handry, yang merupakan CEO dari GE (General Electric) Indonesia dan banyak berkegiatan sosial ini, membawakan cerita tentang kisah Malin Kundang - cerita asal Sumatera Barat yang sudah terkenal itu. Perpaduan antara storytelling Handry yang dibawakan dengan penghayatan yang maksimal, dengan iringan konser Ananda di bagian-bagian tertentu cerita, telah menciptakan perpaduan yang sinergis dan ciamik.
Penonton larut kedalam musik dan cerita, terbawa seolah-olah berada di lokasi kejadian dan melihat bagaimana batu Malin Kundang itu kemudian tercipta.