Di hari terakhir pelatihan (hari keempat), satu hal menarik muncul dari para peserta -- sebagai inisiatif dari mereka. Para peserta berniat untuk membentuk semacam wadah bagi 'ikatan alumni' peserta pelatihan MTG -- dengan cara memberi nama ikatan alumni tersebut serta membentuk group Whatsapp bagi kelompok yang mereka coba bentuk ini. Tujuannya adalah untuk membentuk jejaring (langsung mempraktikan ilmu tentang kelembagaan/jejaring yang baru saja mereka terima dalam pelatihan MTG ini), sarana tukar-menukar informasi dan saling menyemangati didalam mengelola hutan rakyatnya masing-masing.
Nama group tersebut adalah Jati Putih dengan ketua bp. Samsul Kusuma Wijaya (serta pengurus lainnya - sekretaris dan bendahara) yang terpilih berdasarkan pemilihan (voting). Ikatan alumni inipun kemudian membentuk group whatsapp yang akan mengakomodir pada mereka yang mengikuti pelatihan MTG kali ini saja, tetapi mencoba mewadahi para petani hutan rakyat yang telah mengikuti pelatihan MTG di Kabupaten Bulukumba tersebut.
Pelatihan MTG ini tidak pernah 'memaksakan' kehendak kepada para pesertanya. Tujuan perubahan paradigma pengelolaan hutan rakyat tidak akan terwujud bila para petani hutan rakyat tersebut melakukannya dengan 'terpaksa'. Yang diharapkan adalah semua keputusan harus dibuat oleh petani hutan rakyat itu sendiri untuk keberhasilan pengelolaan hutan rakyat milik mereka.
Pelatihan MTG hanya berkewajiban memberikan sebanyak-banyaknya ilmu atau informasi seperti yang telah tertuang dalam modul atau panduan pelatihan MTG dan tidak ikut campur dalam proses pengambilan keputusan mereka. Walau pada awalnya peserta agak kurang mengerti dengan proses seperti ini -- akibat terbiasa menerima informasi atau ilmu yang bersifat 'top-down' (arahan dari atas) tetapi dengan cepat, mereka dapat menerima dan malah sangat senang dengan proses pembelajaran seperti ini.
Apalagi mereka tidak hanya berada di dalam kelas, tetapi disertai dengan praktik pasar (berkunjung ke industri kayu) serta melakukan praktik pengukuran pohon (volume), penjarangan pohon dan lain sebagainya.
Selama ini, mereka tidak pernah menerima ilmu ataupun informasi-informasi seperti yang diberikan dalam pelatihan MTG (berbasis CBCF). Pelatihan-pelatihan MTG yang telah dilakukan selama ini masih berbasis penelitian. Ke depan, sudah perlu dipertimbangkan untuk lebih memperluas lagi model pelatihan MTG ini ke berbagai kelompok tani hutan rakyat di berbagai tempat. Dukungan dari berbagai pihak masih sangat diperlukan.
Semoga bermanfaat,