Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menciptakan Kehangatan Keluarga melalui Aktivitas Memasak Bersama

15 Maret 2018   23:20 Diperbarui: 16 Maret 2018   00:31 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cheesecake terbuat dari campuran roti tawar (dokpri)

Kami (saya, istri dan anak semata wayang kami) sering sekali melakukan aktivitas memasak bersama. Memasaknya juga yang simpel-simpel saja. Nggak yang susah-susah. Mungkin karena hobi saya dan istri salah satu yang klik atau yang match - artinya suka dikerjakan bersama-sama, salah satunya ya memasak. Apalagi hobi kami sama, suka sekali 'ngupi' di waktu senggang. 

Karena hobi ngopi, konsekuensinya kan kalau menikmati kopi itu biasanya nggak lengkap kalau tidak dilengkapi cemilan. Nah biasanya kami berunding tuh, mau cemilan apa ya untuk ngopi nanti. Kadang kue-kue yang sudah ada saja (misalnya snack biskuit atau crackers yang dibeli di toko atau di supermarket). Tapi kalau mood lagi asyik, masak saja yuk. Kalau saya sudah bilang ayo (yang bertanya sih bisa siapa saja duluan, saya duluan atau istri saya duluan) biasanya langsung deh buka kulkas, buka lemari bumbu, apa yang ada, ayo kita jadikan makanan atau cemilan ringan. 

Anak saya, walau belum boleh minum kopi seperti saya dan istri (biasanya dia es coklat atau coklat hangat - walau kadang-kadang memaksa minta mencicipi kopi saya sedikit), tapi dia menjadi referensi utama apa yang akan kita masak saat itu. Anak saya yang memberi keputusan akhir untuk menu yang akan kami masak. Dan jangan salah lho, anak saya itu juga sudah bisa bantu-bantu sebisanya. Iyalah, harus 'keringatan' dulu ya sebelum menikmati hasil jerih payah usaha kita hehehe

Tanpa disadari, memang kebiasaan ngupi keluarga kecil kami ini menciptakan kehangatan keluarga kami. Bagaimana nggak hangat coba. Mengerjakannya, memotong-motong bahan makanan yang akan dimasak, dikerjakan bersama, memasak bersama dan hingga menikmatinya dilakukan secara bersama-sama. Dan saat melakukannya itu, you know, pastilah kami saling bercanda, tertawa bersama, apalagi, anak saya itu, walau masih kelas 5 (lima) SD (sekolah dasar), tapi suka cerita lucu gitu. Kadang-kadang ceritanya nggak nyambung. Tapi ke-tidak-nyambung-an anak saya itu justru malah membuat segar suasana. 

Tanpa aturan tertulis, biasanya sudah ada most-wanted nya untuk setiap episode memasak keluarga kecil kami. Saya, biasanya kebagian meracik kopi atau minuman, kemudian bagian menggoreng atau memanggang termasuk nantinya adalah mencuci peralatan masak (ini yang istri saya dan anak saya anggap bagian terberat hehe). Istri saya, biasanya mendapat bagian meramu masakan yang sifatnya seperti es buah, puding dan yang utama ia mendapat bagian mencicipi makanan, karena lidah saya dan anak saya nggak sepeka lidah istri saya. 

Nah anak saya, biasanya ia kebagian memotong-motong yang mudah. Misalnya memotong-motong buah, memotong hasil masakan yang mudah-mudah dan terakhir adalah membantu mencuci piring atau gelas, yang mudah-mudahlah. 

Biasanya acara memasak bersama ini kami lakukan di akhir pekan, dimana saya libur atau tidak bekerja. Oya satu lagi yang lupa. Istri saya biasanya selalu melengkapi bumbu masak untuk keperluan memasak kami. Kalau ada hal-hal yang kurang saat memasak, biasanya anak saya walau sambil merengut kesal, langsung ambil sepedanya dan bersedia diminta bantuannya untuk ke warung atau toko terdekat. 

Pokoknya kerjasama kami, so far so good deh.  Kadang juga, kami ke pasar bersama (pasar tradisional), sambil lihat-lihat dan mencari ide mau memasak apa nanti plus juga mengajarkan ke anak saya, walau ia laki-laki, bagaimana 'nyaman'nya berbelanja di pasar tradisional, terutama saat tawar-menawar itu lho. Walau tetap saja, setelah dari pasar itu, biasanya anak saya minta mampir ke supermarket, untuk membeli es krim - ini makanan favoritnya dan seperti 'upah' karena ia mau diajak ke pasar (tradisional) ... ah .. dasar bocah ... nggak apa-apa deh. 

Nanti saat menikmati masakan hasil memasak kami, biasanya kami tidak harus mencicipi atau menikmatinya di meja makan, tetapi kadang-kadang di depan televisi, sambil nonton film (DVD) bersama, atau di teras halaman - sambil lesehan beralaskan tikar, atau sekalian di kebun depan rumah yang walau tidak terlalu luas, tetapi cukuplah untuk menggelar tikar dan menikmati makanan secara outdoor. Kebetulan di halaman depan dan samping rumah kami, terdapat beberapa tanaman buah-buahan yang kadang kami jadikan bagian dari menu masakan kami. 

Beberapa tanaman buah-buahan yang ada antara lain: jeruk menado atau jeruk kingkit (ini yang biasa kami jadikan bahan minuman es jeruk ataupun dimasukkan sebagai bahan campuran membuat sambal atau dikucurkan di makanan hasil panggangan biar segar - misalnya ayam panggang ataupun ikan panggang), jambu klutuk, jambu mutiara, blimbing dewi, jambu air, mangga dan buah srikaya jumbo. Menikmati buah-buahan dari halaman sendiri memiliki kenikmatan tersendiri dan luar biasa nyamannya - karena terasa buah jerih payah memelihara tanaman-tanaman tersebut.

Oya, satu lagi, pernah anak saya bertanya ke kami (saya dan istri) - rupanya ia dengar dari teman-temannya. Ia bertanya apakah laki-laki itu boleh masak-memasak? Kami kemudian menjelaskan bahwa memasak itu tidak berhubungan dengan masalah jender. 

Lelaki ataupun perempuan boleh memiliki kebiasaan memasak, apalagi memasak untuk keluarga - itu berpahala lho. Untungnya anak saya lebih memilih mendengarkan kata-kata kami dan tidak terpengaruh oleh perkataan teman-temannya itu. Malah katanya, ia sekarang yang mengajak-ngajak teman-temannya untuk memasak juga. Hanya tidak semudah itu, kalau temannya memiliki orang tua yang tidak senang memasak bersama, ya susah sepertinya memulai kebiasaan itu.

Kami sih sangat merasakan manfaat dari memasak bersama ini, terutama untuk rasakebersamaan ataupun keakraban diantara kami, keluarga kecil kami ini. Dari mulai persiapan memasak, saat memasak, saat menikmati masakan tersebut dan setelahnya, suasana sangat cair sekali, akrab sekali, secara pribadi bahkan saya dapat menyatakan bahwa suasananya tidak dapat dinilai dengan uang. So worth it. Saat menulis tulisan ini, malah jadi ingin cepat-cepat week end nih ingin masak bersama lagi. 

Yuk, ajak keluarga anda untuk memasak bersama hehe.

Beberapa makanan hasil 'kehangatan keluarga' kami, kami sajikan foto-fotonya di bawah ini, yang biasanya di upload oleh istri saya di akun facebooknya. Tidak semua, yang sempat di foto saja. Maaf ya bila foto-foto tersebut dapat menerbitkan air liur anda.    

Semoga bermanfaat, 

Salam

@kangbugi 

(dokpri) Bersama keluarga adik ipar menikmati masakan kami di halaman rumah
(dokpri) Bersama keluarga adik ipar menikmati masakan kami di halaman rumah
Potongan cheesecake roti tawar tersebut (dokpri)
Potongan cheesecake roti tawar tersebut (dokpri)
Puding buah naga (dokpri)
Puding buah naga (dokpri)
Puding buah (dokpri)
Puding buah (dokpri)
Martabak Mie (dokpri)
Martabak Mie (dokpri)
Puding coklat strawberry (dokpri)
Puding coklat strawberry (dokpri)
Es buah (dokpri)
Es buah (dokpri)
Sop ayam (dokpri)
Sop ayam (dokpri)
Nasi bakar dan gorengan (dokpri)
Nasi bakar dan gorengan (dokpri)
(dokpri) Jeruk menado/jeruk kingkit panenan dari halaman
(dokpri) Jeruk menado/jeruk kingkit panenan dari halaman
Tom yam dan lemon tea (dokpri)
Tom yam dan lemon tea (dokpri)
Puding mangga (dokpri)
Puding mangga (dokpri)
Banana fritters dan kopi susu (dokpri)
Banana fritters dan kopi susu (dokpri)
Es buah naga (dokpri)
Es buah naga (dokpri)
Ayam panggang & acar sayur (dokpri)
Ayam panggang & acar sayur (dokpri)
(dokpri) Ikan gurame panggang (agak gosong sedikit yaa hehe)
(dokpri) Ikan gurame panggang (agak gosong sedikit yaa hehe)
(dokpri) Saat kami belanja di pasar tradisional (pasar anyar, Bogor)
(dokpri) Saat kami belanja di pasar tradisional (pasar anyar, Bogor)
(dokpri) Saat kami belanja di pasar tradisional (pasar anyar, Bogor)
(dokpri) Saat kami belanja di pasar tradisional (pasar anyar, Bogor)
(dokpri) Saat kami belanja di pasar tradisional (pasar anyar, Bogor)
(dokpri) Saat kami belanja di pasar tradisional (pasar anyar, Bogor)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun