Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sokola Kaki Langit, Mengembangkan Empati Kaum Muda Makassar

4 April 2017   13:48 Diperbarui: 4 April 2017   22:30 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan outdoor Sekola Kaki Langit di pelosok Kabupaten Barru / dokumentasi pribadi

Ternyata, setelah 'menceburkan' diri langsung menjadi relawan, ia dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebuti. 

Menurut Teguh, setelah beberapa kali menjadi relawan di SKL, ia memahami, arti dari Sokola Kaki Langit. Kaki Langit, menurutnya berarti pelosok yang dari sana masih jelas terlihat jernih dan cerahnya langit di alam raya itu. Kemudian, iapun mencoba membandingkan antara kondisi belajar-mengajar di kota dan di pelosok itu.

Teguh saat menceritakan pengalamannya menjadi relawan Sokola Kaki Langit / dokumentasi pribadi
Teguh saat menceritakan pengalamannya menjadi relawan Sokola Kaki Langit / dokumentasi pribadi
Teguh, yang anak kedua dari empat bersaudara itu, memperhatikan bahwa bila di kota, guru-guru dan sekolah-sekolah tersedia atau memadai. Maka bila mereka tidak mau bersekolah, bukan karena tidak tersedia guru/sekolahnya, tetapi karena anak-anak yang tidak mau memanfaatkannya. Sementara di pelosok, berdasarkan pengalamannya, banyak sekali yang ingin bersekolah, tetapi akses terhadap guru dan sekolah (termasuk ketersediaannya) yang terbatas. Sebagai contoh, ia melihat kadang ada guru yang harus bergantian mengajar di sekolah yang berbeda, karena kekurangan guru, di satu sekolahpun guru mengajar di kelas yang berlainan secara bergantian.

Mengikuti SKL membuat Teguh dan relawan-relawan lain berkembang rasa empatinya, rasa empati terhadap situasi dan kondisi belajar-mengajar di daerah pelosok. Mengikuti kegiatan ini membuat rasa syukur mereka meningkat.

“Alhamdulillah, kondisi saya lebih baik dari mereka, dengan menjadi relawan SKL merupakan wujud rasa syukur saya juga.” Demikian Teguh menambahkan kesannya selaku relawan SKL. 

Pelaksanaan SKL setiap evennya adalah selama 3 (tiga) hari – setiap relawan harus tinggal selama tiga hari di lokasi SKL diadakan dengan membawa peralatan serta kebutuhan pribadinya masing-masing. Di sana, biasanya, mereka menginap di rumah kepala desa ataupun di rumah penduduk. Sedangkan persiapan menuju keberangkatan ke lokasi tujuan, SKL menerapkan sistem bahwa semua (calon) relawan harus mengikuti masa persiapan yang diadakan 4 (empat) kali berturut-turut setiap minggunya sebelum hari H keberangkatan. 

Empat kali pertemuan ini harus diikuti sepenuhnya, bila tidak maka diberlakukan sistem gugur. Alasannya adalah bahwa pertemuan yang empat kali itu merupakan masa pembekalan agar selama berada di sana, para relawan siap baik dengan situasi kondisi di lokasi SKL maupun siap saat memberikan materi (mengajar) kepada para siswa di sana.

“Saya betah di sana (lokasi/desa binaan), ikut menjadi relawan SKL. Disamping karena bertemu dengan anak-anak yang lucu dan lugu, juga bersentuhan dengan alam sekitar yang masih asri serta masyarakatnya yang terasa sangat bersahabat dan erat kekeluargaannya.” Demikian tambah Teguh.

Teguh barangkali mewakili perasaan dan kesan yang ditimbulkan di hati para relawan lainnya selepas mengikuti menjadi relawan Sokola Kaki Langit. Bahkan kemudian tumbuh keinginan untuk lagi, lagi dan lagi menjadi relawan SKL, sebagai sarana mereka untuk berbagi, berbagi dan berbagi.

Di era modern dengan krisis empati ini, keberadaan Sokola Kaki Langit menjadi sangat bermakna. Bagaimana dengan anak muda Makassar lainnya, berminat mengembangkan empatinya? Sokola Kaki Langit dapat menjadi alternatif untuk itu.

(Info lebih lanjut tentang Sokola Kaki Langit dapat menghubungi twitter: @Skakilangit)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun