Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

HC Andersen Mendasari Hari Buku Anak-anak Internasional

2 April 2017   17:29 Diperbarui: 4 April 2017   16:41 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku-buku baru yang akan saya hadiahkan bagi anak saya di Hari Buku Anak Sedunia 2017 ini (dokumentasi pribadi)

Siapa yang tidak mengenal HC Andersen (Hans Christian Andersen), pengarang buku cerita anak yang sangat produktif asal negara Denmark yang terkenal ke seantero jagad ini. Ia dilahirkan pada tanggal 2 April 1805 dan wafat pada usia 70 tahun (4 Agustus1875).

Tanggal kelahirannya itulah yang digunakan sebagai penanda Hari Buku Anak-anak Internasional (International Children's Book Day - ICBD) yang jatuh di hari ini, hari Minggu, 2 April 2017.

Kenangan sayapun tentang HC Andersen berputar kembali jauh saat saya masih usia kanak-kanak. Saat itu, saya sempat bertanya-tanya, siapakah HC Andersen? Mengapa banyak sekali karangan-karangannya. Karena banyak sekali buku yang saya baca - termasuk cerita anak-anak, pengarangnya adalah HC Andersen. Apa-apa HC Andersen, apa-apa karangan HC Andersen. Memang begitulahkondisinya, tulisan-tulisan atau cerita-ceritanya yang merupakan konsumsi anak-anak sebaya saya saat itu, memang banyak beredar di Indonesia. 

Seingat saya tentang jenis tulisan HC Andersen yang sering saya baca adalah berkisar tentang kehidupan kerajaan, raja, ratu, pangeran dan putri.  Dibumbui sedikit cerita kisah-kasih yang berakhir bahagia. 'Akhirnya merekapun hidup berbahagia', demikian biasanya kalimat yang digunakan mengakhiri cerita-cerita HC Andersen. 

Nilai moril yang ingin disampaikannya adalah agar kita, anak-anak yang membaca cerita karangan HC Andersen tersebut termotivasi untuk selalu berbuat baik. Karena, yang baik pasti menang dan yang jahat/buruk pasti kalah. Fair enough untuk membangun karakter pada anak-anak. Membangun karakter kebaikan, agar kelak saat 'terjun' kedunia sebenarnya - saat dewasa nanti, dapat kuat karakter baik dibandingkan karakter buruknya. 

Hans banyak menghasilkan karya-karya di bidang cerita-cerita, drama, hingga puisi, tetapi ia lebih dikenal dengan cerita-cerita fiksi kerajaannya itu, yang dikenal dengan istilah 'fairy tales' atau kisah-kisah tentang peri. Karangan-karangannyapun kemudian tidak hanya disenangi anak-anak, tetapi juga kaum dewasa. Termasuk menginspirasi pertunjukan-pertunjukan balet, film serta pertunjukan-pertunjukan teater.

Beberapa karangan terkenalnya seperti misalnya: the Emperor's NewClothes, the Little Mermaid, the Nightingale, the Snow Queen, the Ugly Duckling dan lain-lain.

Untuk itu menjadi wajar kiranya bila hari kelahiran HC Andersen ini dijadikan tanda sebagai Hari Buku Anak-anak Internasional (ICBD). Dengan pesan utamanya adalah agar dapat tetap menginspirasi gerakan cinta membaca dan meningkatkan perhatian terhadap keberadaan buku-buku bagi anak-anak.

Membaca menjadi penting karena dengan membaca, maka jendela informasi terbuka luas, sesuai dengan prinsipnya yaitu bahwa buku adalah jendela dunia, membaca buku berarti memberi kita kesempatan untuk menikmati terbukanya jendela dunia tersebut. Ingin pintar, membacalah, ingin hebat, banyak membacalah agar terbuka luas wawasan sipembaca buku tersebut. 

Implikasi dari ICBD ini adalah agar makin banyak buku (dengan genre) anak-anak tersedia bagi anak-anak kita dan semakin banyak pula buku-buku anak-anak tersebut dibaca oleh anak-anak kita, anak-anak Indonesia. Beri mereka kesempatan, ruang dan waktu untuk membaca. Beri mereka insentif ataupun rangsangan agar mau membaca. 

Ditengah serbuan kontrol orang tua yang lemah dalam mengawasi anak-anak menggunakan gadget-gadgetnya (HP, tablet dan sejenisnya), memang tantangan yang ingin diraih ICBD ini menjadi kian berat. 

Saya pernah saat mendongeng bersama si Otan di suatu acara, diminta khusus oleh seorang orangtua untuk menasehati anaknya, laki-laki, yang masih kecil (sekitar berusia 6 (enam) tahun) yang sangat kecanduan (addicted) dalam menggunakan HPnya.

"Tolong pak,tolong diberitahu anak saya, kalau selalu main HP itu tidak baik, tidak baik untuk kesehatan, pergaulan dan matanya pak." begitu pinta si Ibu. 

Sayapun, dengan bantuan si Otan memenuhi permintaan si ibu itu. Si Anak manggut-manggut saat diberi penjelasan oleh si Otan, tapi saya tidak tahu bagaimana praktiknya setelah anak tersebut berada di rumah dan kembali ke rutinitas kesehariannya. 

Setelahnya saya menjadi sangat terheran-heran, mengapa ibu itu sampai minta bantuan kami untuk memberitahu anaknya tentang dampak buruk kecanduan HP. Bukankah sebagai orang tua, ia memiliki hak (baca: kuasa) untuk mengatur apa yang baik bagi anaknya tersebut - termasuk pengaturan menggunakan HP untuk anak-anak seusia anak si ibu itu. Semoga ini menjadi pembelajaran untuk kita semua. 

Dengan ICBD ini, kita diingatkan lagi tentang pentingnya cinta (dan semakin cinta) membaca buku. Terlebih untuk kepentingan meningkatnya wawasan anak-anak kita. Peran orang tua masih sangat diperlukan dalam meningkatkan minat dan kecintaan membaca buku anak-anak. 

 

Semoga bermanfaat. 

@Kangbugi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun