[caption caption="Teater Enjuku"][/caption]
Biasanya cerita roman berputar di rebutan pacar, perselingkuhan, hamil di luar nikah, ketidak setujuan orang tua dan lain sebagainya yang sifatnya 'lebay'. Namun dalam cerita yang disajikan oleh Teater Enjuku kemarin (21/02/2016) saat acara 'Nippon day' di Gedung Mulo, Makassar ini berbeda.
Pertunjukkan yang kali ini berjudul Tabata Story menceritakan kisah romantisme anak Dewa di kerajaan langit sana. Kedua anak para Dewa-Dewa (yang berlainan tempat) tersebut memiliki tugas/pekerjaan masing-masing sebagai tanggung jawabnya. Yang putra memiliki tugas memelihara sapi supaya cepat besar dan gemuk. Sedangkan yang putri memiliki tugas atau pekerjaan menenun kain yang halus dan cantik motifnya. Namun, setelah mereka saling mengenal dan timbul rasa saling menyukai diantara mereka, mereka menjadi lalai akan tugas/pekerjaannya. Sapinya menjadi kurus-kurus karena kurang diberi asupan pakan. Produksi kain yang halus dan cantikpun menurun karena sang putri sibuk berkasih-kasihan.
Melihat kondisi yang demikian, Sang Dewa menjadi marah. Sebagai akibatnya, Dewa membuat sungai yang besar diantara kedua pasangan yang sedang kasmaran tersebut. Sungai itu menyebabkan mereka tidak dapat bertemu bahkan tidak dapat saling melihat karena sungainya sangat luas sekali. Merekapun kemudian melakukan instrospeksi dan menyadari kesalahannya. Kesalahan utamanya adalah kepentingan pribadi mereka (berkasih-kasihan) melalaikan tugas/pekerjaan utama mereka, memelihara sapi dan menenun.
Setelah sadar akan kesalahannya mereka meminta maaf kepada Dewa dan mohon diampuni kesalahannya. Dewa, dengan bijaksana, menerima permintaan maaf mereka dan memberikan kesempatan bagi pasangan tersebut. Dewa kemudian menentukan waktu kapan mereka dapat bertemu (beberapa bulan kemudian). Sambil menunggu waktu mereka bertemu, merekapun kembali bekerja. Sapi-sapi menjadi gemuk dan cepat besar, tenunan cantik dan indahpun kembali dihasilkan. Untuk mempertemukan mereka, kebijaksanaan Dewa adalah tidak dengan menghilangkan sungai, tapi dengan mendatangkan seekor burung bangau yang berdiri di tengah sungai dan membentangkan sayapnya agar berfungsi sebagai jembatan untuk mereka berdua dapat bertemu. Merekapun bertemu setelah waktu yang dijanjikan sang Dewa tiba. Kisah inipun berakhir happy ending.
Perhatikan pesan etos kerja dalam pertunjukan teater Enjuku ini. Walau mengambil setting 'langit' dan tradisional dengan menghubungkan dengan kisah Dewa dan Dewi serta baju yukata (kimono Jepang), drama musikal ini menjadi sangat menarik untuk dinikmati. Ringkasnya, berkasih-kasihan ya monggo, tapi jangan melupakan tugas/kerja utamanya, karena ini menyangkut produktivitas. Maka ... kerja ... kerja ... kerja sudah masuk dalam pertunjukan ini, bahkan di negara yang bukan dalam pemerintahan Jokowi, hehehe sekedar intermezo.
Pesan-pesan yang disampaikan dalam bentuk teater musikal ini (gerak dan lagu) memang mudah dicerna dan mudah diingat. Sesuai dengan namanya karena teater Enjuku merupakan teater musikal dengan bahasa pengantar bahasa Jepang dan anggota-anggotanya adalah mahasiswa-mahasiswa yang belajar bahasa Jepang di Universitas. Di Indonesia, teater Enjuku berpusat di Jakarta.
Nama Enjuku sendiri merupakan bahasa Jepang yang berarti: 'EN' yang berarti ikatan ataupun lingkaran. 'JUKU' memiliki arti kursus atau matang. Makna dari Enjuku menjadi para mahasiswa-mahasiswa yang bertemu menjalin sebuah ikatan dan bergandeng tangan membentuk lingkaran dalam menciptakan sebuah teater sebagai wadah latihan sebagai wadah latihan menuju kematangan dan kedewasaan diri di dalam masyarakat kerja kelak. Sementara tujuan utama dari Enjuku bukan pada sisi seni teaternya, melainkan kepada upaya membentuk pemuda/pemudi Indonesia agar memiliki karakter-karakter yang bertanggung jawab, berdisiplin dan siap bekerja setelah lulus kelak (Sumber informasi di sini).
Mantab kan, melalui teater, pesanpun tersampaikan dengan baik.
Nippon day yang diselenggarakan selama dua hari oleh Japan Lovers Community di Makassar ini padat dengan beragam kegiatan seperti paduan suara, cosplay, tarian/dance, lomba mangan, game yang bertema lingkungan (green game), kerajinan daur ulang dan lain sebagainya. Acara yang terselenggara dengan kerjasama berbagai pihak ini cukup sukses menarik banyak pengunjung. Hanya ke depan mungkin perlu dipertimbangkan pemilihan tempat. Gedung yang digunakan cukup baik, hanya didalam ruangan terasa panas sekali walau sudah ditambah beberapa kipas angin, tetapi tetap terasa panas sehingga mengurangi kenyamanan saat hadir di acara tersebut.
Namun di lokasi ternyata terselip juga kesukaan saya yang asli Indonesia yaitu Toarco coffee, 'starbuck'-nya Toraja dengan kopinya yang muantabs.
Semakin nikmatlah menyaksikan pertunjukan teater Enjuku dengan ditemani segelas ice coffe latte kopi Toraja.
Moga manfaat,
@kangbugi
Catatan:
Sumber foto: http://twitter.com/teater_enjuku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H