Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menyelami keindahan akik langsung dari pakarnya: Haji Amrullah

14 Mei 2015   12:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:03 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya berdecak kagum, melihat koleksi-koleksinya, seperti prinsipnya di atas, yaitu batu-batu atau akik-akik yang berkualitas. Menurut pak Haji, ia termasuk yang sangat selektif dalam memilih batu. Banyak koleksinya yang berasal dari luar Indonesia. Sebut saja dari India (akik dari sungai Gangga), Turki (jenis pirus/peros), Italia (jenis pirus), Mekkah (jenis pirus), Italia (jenis lambrador), Rusia (jenis obsidiant), China (giok) dan lain sebagainya.

Sementara koleksi akik dalam negerinya, tidak kalah berkualitasnya seperti badar cera ati ayam (Sulawesi Selatan), Pasir emas (Papua), Bacan (Ambon), akik kecubung (Pangkep), akik tampaning (dari Soppeng) dan lain sebagainya.

Hal lain yang saya perhatikan adalah bahwa pak Haji, yang juga ketua Masjid Al Malikul Hak ini, pandai dalam mengemas/memadukan antara akik dengan pengikatnya. Akik-akik yang sudah diikat terlihat sangat serasi dengan pengikat-pengikatnya. Menurut beliau keserasian antara akik dan pengikatnya perlu diperhatikan karena merupakan satu kesatuan yang utuh. Sehingga pak Hajipun perlu menyediakan waktu khusus untuk mencari pengikat-pengikat untuk mendapatkan pengikat yang serasi dengan akik yang dimilikinya.

Karena itu, iapun sering dijadikan referensi orang-orang yang ingin tahu lebih jauh tentang per-akik-an hingga mereka yang ingin bertransaksi akik. Orang yang ingin membeli akik di tempat lain, tidak jarang berkonsultasi terlebih dahulu dengan pak Haji tentang akik yang akan dibelinya, baik tentang jenis maupun keasliannya. Jawaban atau pendapat dari Pak Haji inilah yang nantinya dijadikan dasar memutuskan jadi atau tidak membeli akik tersebut. Ia melakukan konsultasi ini dengan cuma-cuma, tanpa memungut biaya sepeserpun.

"Jangan mau ambil untung terus, kita juga perlu berbagi dengan orang lain." Begitu alasannya.

Pak Haji mulai belajar tentang batu dari almarhum ayahnya dan secara otodidak. Ayahnya memiliki kesenangan tentang batu akik, sama seperti dirinya. Kesenangan yang diturunkan itupun dilanjutkannya hingga sekarang.

Cara yang digunakan pak Haji dalam 'mendeteksi' akik adalah dengan menggunakan senter (walau tanpa senterpun ia bisa). Biasanya ia akan memutar senter tersebut ke sekeliling akik yang dilihatnya, baru menyebutkan apa jenis akik tersebut, kualitas serta perkiraan harganya.

Di komunitasnya, Magelo (Makassar Gems Lovers) dan Makassar Gosok Poles serta komunitas sejenis lain tempat  ia bergabung sejak lama, pak Haji sering berkumpul-kumpul untuk berbagi ilmu. Bertukar ilmupun ia lakukan, memberikan pengetahuannya maupun menerima pengetahuan baru. Menurutnya, ilmu akik adalah ilmu yang berkembang dan melihat yang terjadi belakangan ini, 'booming' akik ini akan lama bertahan, mengingat banyak sekali motif, corak, jenis akik yang dikembangkan.

Melihat koleksi-koleksinya itu, saya sependapat dengan pak Haji, kalau akik dapat memberikan 'kepuasan hati'. Di rumah pak Haji, yang berputra-putri sebanyak 6 (enam) orang ini, koleksi-koleksinya yang saya lihat, membuat saya merasa jadi 'tentrem' pula. Asyik melihat keindahan-keindahan dan hati langsung teringat SIAPA yang 'menciptakan' akik itu, Allah SWT. Wah, berarti akik juga bisa jadi sarana meningkatkan spiritualitas kita - sebagai salah satu sarana mengingatNya, kekuasaanNya.

Cerita istri saya ketika beraudiensi dengan salah satu kyai di Bogor, ketika hendak berfoto bersama. Kyai itu, tiba-tiba berkata, "siapa yang tidak mengenakan akik di tangannya?" Sebelum ada yang merespon, pak Kyai itu melanjutkan dengan nada berguyon,"kalau tangannya belum ada akiknya, itu berarti kaki, bukan tangan, karena jari-jari kaki tidak dipakaikan akik dan kaki letaknya di bawah, bukan di atas." Ketika akhirnya semua menunjukkan cincin akik yang dikenakannya - hanya beberapa orang saja yang belum, pak Kyai menambahkan,"Saya menganjurkan bapak/ibu menggunakan akik, karena akik itu salah satu bukti kekuasaan Allah SWT.  Allah SWT menciptakan sesuatu yang indah dan bermanfaat, dan kita lihat sekarang, akik bisa memberikan manfaat kepada banyak orang (secara finansial)."

Saya setuju dengan pendapat pak Kyai di atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun