Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Siswa Amerika dan aspirasinya tentang perdamaian

13 Desember 2012   14:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:43 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_214296" align="alignnone" width="300" caption="Dunia damai (Sumber gambar: www.Johnworldpeace.com)"][/caption] Saya tertarik pada isi mailing list Rotary Club District D3420 - Indonesia wilayah timur yang memuat sebuah essay, karya seorang siswa pertukaran pelajar program Rotary Club - yang dikenal dengan sebutan Youth Exchange Program - siswa Indonesia ke luar negeri dan sebaliknya siswa dari luar negeri ke Indonesia dalam masa satu tahun. Essay tersebut dibuat dalam rangka mengikuti Lomba Menulis Essay tentang Perdamaian untuk siswa SMP, SMA dan Universitas yang diadakan oleh Koordinator Wilayah YEP wilayah Bali. Essay tersebut ditulis oleh Sam yang bernama lengkap Samuel Ralph Neubeaurer - siswa peserta YEP asal Amerika Serikat. Saat ini Sam bersekolah di sebuah sekolah di Bekasi. Sebagai tambahan informasi, Sam baru belajar Bahasa Indonesia selama 4 (empat) bulan. Setelah kulo nuwun dulu kepada Koordinator YEP D3420 untuk memposting essaynya, saya coba share di sini. Berikut cuplikannya: "Pagi ini saat saya memulai hari dengan sarapan setangkap roti yang berisi selai stroberi dan menyeruput ten hangat, saya menyaksikan bendera Amerika dibakar dalam tayangan televisi. Munurut ayah angkat saya di Indonesia hal tersebut terjadi di Jakarta, satu jam dari rumah saya. "Hmmm, well this is kind of awkward," (Hmmm, ini aneh sekali) itulah jawaban yang terlintas dipikiran saya, lalu saya lanjutkan makan sarapan saya dan mempersiapkan hari saya di SMKN 3 Kota Bekasi. Sejauh ini tidak ada satu orang pun yang menanyakan atau membicarakan tentang, "Innocence of Muslims," film buatan orang America yang melecehkan Nabi Muhammad. Saya harap tidak akan ada yang akan mempertanyakan hal ini selama saya di Indonesia. Jika tidak Rotary akan memulangkan kami semua bila dirasa keadaan menjadi berbahaya, bisa jadi mungkin saya ditembak dipingir jalan. Tidak sulit untuk menemukan saya karena saya satu-satunya orang kulit putih di kota yang berpenduduk 2,5 juta ini, dan juga saya nampak jauh lebih tinggi dibandingkan teman-teman saya. Semua orang di sekolah mengenal saya dengan baik dan senang memberi pertanyaan atau hanya sekedar meneriakan nama saya, cekikikan dan kemudian bersembunyi. Saya seperti artis terkenal! Setiap teman-teman di kelas tata boga saya menjual makanan, mereka selalu menginginkan saya, orang Amerika, untuk membantu menjual habis makanan mereka. Baru-baru ini seorang guru meminta bantuan saya untuk menjual makanan dalam sebuah acara yang cukup besar. Dia membiarkan saya menjadi pusat perhatian dan menarik massa khususnya perempuan yang mudah tertarik untuk berfoto dengan bule. Cukup diiming-imingi berfoto dan mereka pun membeli makanan. Setelah makan siang saya berkeliling di acara tersebut dan melihat betapa banyak sekali makanan yang asing tapi terlihat sangat menarik bagi saya. Kemudian saya bertanya kepada salah satu penjual, "Bisa saya coba sedikit karena tidak ada di Amerika." Penjual tersebut dengan cekatan membuka bungkus tersebut dan menaruh di tangan saya. Dengan bingung saya langsung bertanya berapa harganya, dan dia jawab gratis untuk siswa dari Amerika. Dalam berita ada pembakaran bendera dan kumpulan massa yang sangat marah, akan tetapi bedesarkan pengalaman pribadi foto, makanan gratis, foto, penggemar bule, dan banyak foto. Nyatanya berita tidak selalu merepresentasikan sebuah negara. Kemudian saat saya melihat televisi saya kembali menyaksikak adanya pembakaran bendera. Hal ini menyadarkan saya bahwa kesalahpahaman terjadi pada kedua negara. Di Indonesia sedikit orang melakukan protes melawan Amerika akan tetapi bedasarkan pengalaman saya setiap hari mayoritas orang yang saya temui menginginkan berfoto agar mereka dapat menunjukkan kepada teman mereka bahwa telah bertemu orang Amerika. Disisi lain hanya seorang yang cukup bodoh membuat film ini di Amerika dan mayoritas orang di sana tidak mendukung dan terlibat sama sekali. Masyarakat di kedua negara ingin mengerti apa yang sebetulnya terjadi di negara lainnya, namun sayangnya media tidak cukup menbantu keingin tahuan mereka. Setiap berita dikabarkan secara dramatis dan kebanyakan dalam sisi negatif, sehingga sadar atau tidak hal ini membuat dinding kesalah pahaman. Dunia seharusnya tidak terpengaruh dengan film yang sangat tidak berguna ini karena sangat mudah mempromosikan ketidak percayaan dan sangat sulit membangun hubungan baik dengan negara lain." -Sam- Demikian isi essay tersebut. Bahasa yang digunakan cukup renyah dan mengalir lancar sehingga saya rasa siapapun dapat memahami apa inti yang ingin disampaikannya didalam essay tersebut. Essay ini bukanlah karya ilmiah maupun tulisan sejenisnya, hanya sebuah ungkapan yang mencoba ditulis dengan jujur dari hati sanubarinya tentang apa yang dia lihat, tentang apa yang dia rasakan. Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun