Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kalau si Bos Menyamar

11 Agustus 2010   07:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:08 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di TV Australia, channel ten, ada program acara baru berjudul Undercover Boss, yang merupakan produksi stasiun TV Amerika. Undercover Boss bercerita tentang bos-bos yang kemudian menyamar menjadi salah seorang pegawai di perusahaannya sendiri, berbaur dengan pegawai-pegawai lain.

Tujuan, untuk mengetahui sejauh mana kinerja di lapangan, apa kesulitan yang dihadapi dan pegawai yang mempunyai peranan besar, tetapi tidak diketahui atau disadari selama ini.

Kru TV yang mengikuti si bos yang sedang menyamar diinformasikan sebagai stasiun TV yang ingin meliput kegiatan sehari-hari di lingkungan perusahaan tersebut.

Apakah berhasil? Kenapa harus menyamar?

Seseorang melakukan penyamaran jika jatidirinya tidak ingin diketahui oleh orang lain. Caranya, dengan merubah penampilan sedemikian rupa sehingga tidak ada yang bisa mengenalinya.

Melakukan penyamaran, agar misi yang diinginkan berhasil.

Dalam serial cerita di atas, si bos berhasil, melalui penyamarannya, mengetahui apa yang selama ini tidak diketahuinya. Dan temuannya itu akan menjadi masukan yang berharga bagi perusahaan untuk menindak lanjutinya dengan hal-hal yang perlu dilakukan, memperbaiki sistem dan meninjau kembali peraturan-peraturan yang sudah ada.

Sewaktu melakukan penyamarannya itu, si bos juga berhasil ‘menemukan' orang-orang yang sebetulnya sangat potensial di perusahaannya, tetapi karena sistem atau mekanisme yang ada selama ini, tidak berhasil untuk membuat orang-orang itu berkembang, bahkan tetap dalam struktur terendah.

Di akhir acara, si bos membuka penyamarannya itu dihadapan pegawai-pegawainya, yang rupanya tidak pernah mengetahui wajah asli pucuk pimpinan tertingginya itu.

Menurut saya, acara TV ini menarik karena berhasil menguak sisi lain di lingkungan pekerjaan yang menjadi terasa janggal ketika sang pimpinannya ini justru tidak mengetahuinya terutama dari sisi kemanusiaannya.

Singkat cerita, tujuan tercapai, si bos gembira, perusahaan menjadi lebih baik, dan program tv itupun sukses mendapat rating tinggi.

Pertanyaannya, kenapa sampai si bos itu sampai harus menyamar? Apakah tidak ada sistem atau mekanisme yang membuat hal-hal yang diketahui oleh si bos itu muncul tanpa harus si bos melakukan penyamaran, ini tidak terlalu dikemukakan.

Sistem seperti Itulah barangkali mengapa kemudian muncul ‘informan-informan'. Informan muncul untuk menyampaikan informasi-informasi yang ingin diketahui tetapi yang ingin mengetahui informasi itu tidak bisa mengakses langsung ke informasi itu, ataupun ingin mengetahui informasi dari sumber yang berbeda (untuk memperoleh second opinion)

Pertanyaan selanjutnya, berapa banyak bos-bos di dunia nyata ini yang mau melakukan penyamaran seperti dalam program TV tersebut? Berapa banyak bos-bos yang ingin mengetahui permasalahan sebenarnya yang menimpa perusahaannya di level terbawah? Apakah bos-bos itu juga akan mau melakukan penyamaran jika tidak masuk kedalam acara TV?

Saya kemudian berkhayal, apa mungkin misalnya:

Mentri menyamar untuk mengetahui sejauh mana program-program kementeriannya dilaksanakan di lapangan, bagaimana capaiannya?

Pak Kapolda - menyamar menjadi pembuat sim, biar tahu bahwa ada cara lain membuat SIM (ada uang, langsung beres).

Pak SBY menyamar di pasar, sebagai pembeli, memantau harga-harga yang melambung tinggi

Dan seterusnya, dan seterusnya.

Tapi itu baru sebatas khayalan saja.

Salam hangat Kompasiana. Bugi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun