Pertanyaannya, kenapa sampai si bos itu sampai harus menyamar? Apakah tidak ada sistem atau mekanisme yang membuat hal-hal yang diketahui oleh si bos itu muncul tanpa harus si bos melakukan penyamaran, ini tidak terlalu dikemukakan.
Sistem seperti Itulah barangkali mengapa kemudian muncul ‘informan-informan'. Informan muncul untuk menyampaikan informasi-informasi yang ingin diketahui tetapi yang ingin mengetahui informasi itu tidak bisa mengakses langsung ke informasi itu, ataupun ingin mengetahui informasi dari sumber yang berbeda (untuk memperoleh second opinion)
Pertanyaan selanjutnya, berapa banyak bos-bos di dunia nyata ini yang mau melakukan penyamaran seperti dalam program TV tersebut? Berapa banyak bos-bos yang ingin mengetahui permasalahan sebenarnya yang menimpa perusahaannya di level terbawah? Apakah bos-bos itu juga akan mau melakukan penyamaran jika tidak masuk kedalam acara TV?
Saya kemudian berkhayal, apa mungkin misalnya:
Mentri menyamar untuk mengetahui sejauh mana program-program kementeriannya dilaksanakan di lapangan, bagaimana capaiannya?
Pak Kapolda - menyamar menjadi pembuat sim, biar tahu bahwa ada cara lain membuat SIM (ada uang, langsung beres).
Pak SBY menyamar di pasar, sebagai pembeli, memantau harga-harga yang melambung tinggi
Dan seterusnya, dan seterusnya.
Tapi itu baru sebatas khayalan saja.
Salam hangat Kompasiana. Bugi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H