Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hujatan untuk Quraish Shihab Mengerikan

17 Juli 2014   18:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:04 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_315721" align="aligncenter" width="468" caption="Quraish Shihab"][/caption]

Mengerikan, ya, mengerikan. Itu menurut saya! Seorang Quraish Shihab dihujat oleh banyak pihak hanya karena potongan kalimatnya - bukan keseluruhan kalimat ataupun konteks yang dibicarakan, dalam suatu tausiyahnya di sebuah TV swasta nasional dimana beliau menjadi nara sumber tetapnya.

Yang dipermasalahkan adalah soal jaminan Nabi Muhammad SAW masuk syurga.

Saya kebetulan menyaksikan secara utuh episode tersebut dan menjadi sangat mengerti mengenai bagaimana kedudukan Nabi - Rasul Allah - Syurga dan hak prerogatif Allah terhadap siapa saja yang dijadikanNya calon penghuni syurga.

Untuk itu saya sangat terkejut ketika beberapa perkataannya dipotong, diplintir dan dikomentari yang berlebihan, salah serta malah jauh panggang dari api - karena dikaitkan dengan aliran agama dan pilpres yang saat ini sedang hangat-hangatnya di negara kita tercinta ini.

Kata-kata beliau yang disalah artikan, yang saya kutip dari laman facebook seorang teman, yaitu:

"Pada Menit ke 19: 50 -an, dengan mengejutkan Quraisy Syihab berkata dengan sangat yakin :

Tidak Benar, Saya Ulangi Tidak Benar, Bahwa Nabi Muhammad Sudah Dapat Jaminan Sorga".

(itu potongan kalimatnya, dan potongan kalimat itu diperparah dengan penjelasan yang dibuat berikutnya yang kontra terhadap potongan pernyataan tersebut, tanpa menyajikan ulasan/pernyataan beliau sebelum dan setelah kalimat tersebut - sehingga menjadi lengkap dan dapat dimengerti apa maksudnya).

Berikut adalah penjelasan oleh orang yang mengutip secara sepotong-sepotong tausiyah Bp. Quraish Shihab tersebut, yaitu sebagai berikut:

"cukuplah hadits- hadits ini sebagai bantahan atas ucapan keji diatas

Rasulullah shalalahu alaihi wa sallam bersabda,

آتِيبَابَالْجَنَّةِيَوْمَالْقِيَامَةِفَأَسْتَفْتِحُفَيَقُولُالْخَازِنُ: مَنْأَنْتَ؟فَأَقُولُ: مُحَمَّدٌ. فَيَقُولُ: بِكَأُمِرْتُ،لاَأَفْتَحُلِأَحَدٍقَبْلَكَ

Aku mendatangi pintu jannah di hari kiamat dan meminta pintu dibuka. Penjaga jannah berkata, "Siapa engkau?" Jawabku, "Aku Muhammad." Ia berkata, "Untukmu aku diperintah untuk tidak membukakan bagi seorang pun sebelummu ( HR. Muslim no. 196 dari Anas bin Malik)

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda:

بَيْنَاأَنَانَائِمٌرَأَيْتُنِيفِيالْجَنَّةِ،فَإِذَاامْرَأَةٌتَتَوَضَّأُإِلَىجَانِبِقَصْرٍ،فَقُلْتُ: لِمَنْهَذَاالْقَصْرُ؟قَالُوا: لِعُمَرَ. فَذَكَرْتُغِيْرَتَهُ،فَوَلَّيْتُمُدْبِرًا). فَبَكَىعُمَرُوَقَالَ: أَعَلَيْكَأَغَارُ،يَارَسُولَاللهِ؟

"Saat aku tidur, aku melihat diriku di dalam jannah. Aku melihat seorang wanita berwudhu di samping sebuah istana." Aku pun bertanya, "Milik siapakah istana ini?" Mereka menjawab, "Milik Umar." Segera aku teringat kecemburuan Umar dan aku pun meninggalkan istana itu. Umar menangis dan berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin aku cemburu kepadamu? (HR. al-Bukhari, Kitab "Fadhail ash-Shahabah", bab "Manaqib Umar bin al-Khaththab z" dari Abu Hurairah radhiyalahu anhu )."

Jika dilihat komentar di atas, terlihat bahwa potongan kalimat dari Quraish Shihab memang disandingkan dengan penjelasan yang benar, tapi tidak tepat sasaran - nggak nyambung.

Yang lebih mengherankan lagi, kemudian banyak komentar-komentar setelahnya yang langsung dengan nada penuh ketidaksukaan, memperperih suasana, seperti misalnya:

- "Hasil revolusi mental"

- "Quraish Shihab itu kan Syiah, di Syiah nabi mereka bukan nabi Muhammad, tapi Ali bin Abu Thalib. So, pastinya mereka tidak memakai hadist."

- "Sy blom pernah mendengar Quraisy Syihab mengkaji/menafsirkan Al Hadist, karena Syiah memang menafikan hadits"

- dan lain sebagainya.

Dan rupanya komentar-komentar maupun hujatan untuk Quraish Shihab ini bukan hanya saya temui di laman facebook, di BB, baik group maupun dalam status, banyak yang tiba-tiba menjadi ahli - melebihi ahlinya Quraish Shihab - turut menyalahkan, menjelek-jelekkan, menuding dan menghujat dengan seburuk-buruknya hujatan.

Dari mulai karena beliau beraliran Syiah, ulama yang kebablasan, hingga karena ia adalah pendukung Jokowi.

Padahal, setelah dikonfirmasi, banyak diantara yang menghujat itu tidak mengikuti episode acara TV tersebut. Hujatan mereka lebih kepada membaca potongan kalimat yang telah saya sampaikan di atas.

Sebagai orang yang mengikuti episode tersebut, dalam beberapa kesempatan saya mencoba men-counternya dengan mengatakan, "Penjelasan yang sesungguhnya bukan seperti itu, dan jauh dari masalah Syiah ataupun bukan Syiah, kalau kita melihat acara itu secara langsung dari awal sampai akhir, kita akan mengerti apa yang dimaksud dengan uraiannya itu. Pemahaman yang salah bisa timbul karena memotong kalimat pada bagian yang tidak pas (ataukah disengaja? utk menyudutkan beliau? semoga tidak). Saya termasuk yang menyaksikan acara tersebut (dan menurut saya tidak ada yang keliru/salah tentang itu) dan menjadi mengerti tentang paham tentang Syurga/jannah tersebut termasuk hak syurga utk Rasulullah SAW. Semoga kita bisa lebih berhati-hati terhadap potongan-potongan kalimat yang bisa menimbulkan kesan/tafsir keliru. terima kasih."

Namun Alhamdulillah, akhirnya Bp. Quraish Shihab cepat tanggap pula. Beliau mencoba menyampaikan klarifikasinya, di laman facebook pagenya sebagai berikut:

"Kepada yang meminta klarifikasi langsung, berikut jawaban saya: Uraian tersebut dalam konteks penjelasan bahwa amal bukanlah sebab masuk surga, walau saya sampaikan juga bahwa kita yakin bahwa Rasulullah akan begini (masuk surga).

Penjelasan saya berdasar hadist a.l.

لايدخلاحدكمالجنةبعملهقيلحتىانتيارسولاللهقالحتى

اناالاانيتغمدنياللهبرحمنه

"Tdk seorang pun masuk surga krn amalnya. Sahabat bertanya 'Engkau pun tidak?', Beliau menjawab 'Saya pun tidak, kecuali berkat rahmat Allah kepadaku'"

Ini krn amal baik bukan sebab masuk surga tapi itu hak prerogatif Allah.

Uraian di atas bukan berarti tidak ada jaminan dari Allah bahwa Rasul masuk surga. Saya jelaskan juga di TV episode yang sama bahwa Allah menjamin dengan sumpah-Nya bahwa Rasulullah SAW akan diberikan anugerah-Nya sampai beliau puas, yang kita pahami sebagai Surga dan apapun yang Beliau kehendaki. Wa la sawfa yu'thika rabbuka fa tharda.

Itu yg saya jelaskan, tapi sebagian dipelintir, dikutip sepotong dan di luar konteksnya.

Silakan menyimak ulang penjelasan saya di episode tersebut. Mudah-mudahan yang menyebarkan hanya karena tidak mengerti dan bukan bermaksud memfitnah."

Mengerikan. Karena rupanya masih banyak orang membiasakan berpikir dangkal, yaitu langsung berkomentar terhadap potongan kalimat yang belum sempurna sehingga menghasilkan kesimpulan yang salah. Malah kemudian dihubung-hubungkan dengan Syiah-lah, dengan 'mental' beliau yang sudah berubah, dan bahkan dengan Jokowi.

Dimana salahnya bila beliau memang Syiah. Islam Sunni (ahlul sunnah wal jamaah), Syiah, Ahmadiyah, atau apalah aliran lainnya, bahkan yang non muslim pun jika mereka adalah WNI, tentu mereka adalah saudara-saudara kita juga. Demikiankah caranya seseorang bereaksi terhadap kekeliruan (kalau memang dianggap telah melakukan kekeliruan). Bukankan Islam mengajarkan pula metode klarifikasi, untuk meminta penjelasan agar dapat diperoleh kebenaran, yaitu yang dikenal dengan istilah Tabayyun.

Dimana pula salahnya jika memang beliau mendukung Jokowi dalam hal ini. Itukan hak politik beliau. Dan jika memang ada yang menghubungkan dengan perubahan 'mental', saya malah jadi berpikir untuk mendukung perubahan mental yang akan dilakukan oleh Jokowi secara besar-besaran kelak bila beliau terpilih sebagai presiden, minimal untuk merubah mental-mental orang yang masih suka mengambil kesimpulan dari pernyataan yang tidak utuh (kesimpulan akan menjadi salah pula), merubah mental orang yang suka menghujat orang dari kesimpulan yang salah, merubah mental orang yang suka menghujat orang diluar kewajaran, dan perubahan-perubahan mental lainnya.

Kembali kepada yang terjadi dalam hal ini adalah, yang memposting berita itu pertama kali, tanpa melakukan ataupun meminta klarifikasi kepada yang bersangkutan (bahkan mungkin tidak melihat episode tersebut secara utuh) langsung menyandingkan dengan referensi yang tidak sejalan, sehingga langsung terlihat kontradiksinya, sehingga langsung diperoleh 'judgement' yang salah terhadap beliau. Ataukah memang ini yang sedang dilakukan dengan sengaja, mencari-cari kesalahan beliau sebagai bagian dari 'character assasination' (pembunuhan karakter) yang bersangkutan? Nauzubillah dan semoga tidak demikian.

Pun kepada mereka yang terbiasa berkomentar (atau menghujat) atas potongan kalimat tanpa melakukan cek dan ricek terhadap keseluruhan konteks pernyataan, kepada dan untuk berita apapun, mungkin bisa berhati-hati dan menahan diri. Karena bila tidak, dapat menjurus kepada fitnah.Dan anda yang akan rugi dalam hal ini karena anda telah berbuat dosa, memfitnah orang.

Mari kita perbaiki cara berpikir kita, terutama dalam menyimpulkan suatu persoalan/permasalahan agar kita dapat mengambil kesimpulan yang benar berdasarkan data yang benar, dan bukan sebaliknya.

Semoga bermanfaat

@kangbugi

Sumber gambar: pustakamuhibbin.blogspot.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun