[caption id="attachment_321972" align="aligncenter" width="473" caption="Adegan Sinta Obong"][/caption]
Biasanya, sendratari Ramayana bisa disaksikan di pelataran Candi Prambanan saat bulan purnama bersinar penuh. Walau saya belum pernah menyaksikan sendratari Ramayana - kisah percintaan Rama dan Sinta - di Candi Prambanan yang terkenal itu, tetapi beberapa waktu lalu, saya berkesempatan menyaksikan kisah cinta itu, bukan di tempat asli pertunjukannya, tapi di Yogyakarta.
Di Yogyakarta, tepatnya di jalan Brigjend Katamso, terdapat restoran yang sekaligus berfungsi sebagai tempat pertunjukan sendratari Ramayana. Restoran yang dikelola oleh pihak swasta ini tapi dengan lahan milik seorang kerabat Keraton Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat ini bernama Purawisata.
Ketika anda memasuki areal Purawisata, yang menyatu dengan taman hiburan rakyat, anda akan melihat tulisan terpampang di pintu masuknya: RAMAYANA BALLET - PURAWISATA. Restoran dengan konsep prasmanan ini buka setiap hari (termasuk sendratari Ramayana yang digelar setiap hari) dan akan kosong saat pertunjukan Ramayana dimulai, yaitu pukul 20.00 wib, karena pengunjung restoran akan menghentikan kegiatannya dan beranjak ke panggung pertunjukan Ramayana yang berada di arah belakang restoran.
Restoran itu sendiri, yang bertarif tiga ratus lima puluh ribu rupiah tersebut (tarif makan sekaligus menonton sendratari Ramayana) memadukan menu tradisional Jawa dengan kuliner Eropa. Saya yang turut mencicipi hidangan restoran cukup dibuat bingung dengan ragam makanan yang disediakan. Mana yang harus didahulukan. Semuanya terlihat lezat dan menarik dari segi penyajian, dan memang demikian adanya. Tapi rasa nikmat tersebut cukup terkalahkan dengan keinginan segera menyaksikan sendratari Ramayana yang 'live' itu. Rupanya, gejolak seperti itu disikapi oleh pihak restoran dengan baik. Selama pengunjung menikmati hidangan makanan yang tersedia, mereka dihibur oleh tarian gaya Keraton Yogyakarta. Penari-penari itu menari di pusat pandangan pengunjung, yaitu di sekitar tempat tersedianya hidangan, sehingga dapat dilihat dengan jelas dari berbagai sisi. Sungguh suatu layanan yang cukup prima.
Tepat pukul delapan malam, saya diingatkan oleh rekan yang mengajak saya untuk segera menyelesaikan makan malam, karena pertunjukan akan dimulai. Saya pun baru menyadari melihat para pengunjung lain, yang kebanyakan adalah wisatawan-wisatawan asing, rupanya mulai bergegas pula menuju tempat pertunjukan yang terletak di bagian belakang restoran.
Memasuki tempat pertunjukan sendratari Ramayana (Ramayana Ballet), pengunjung disodori dengan kisah singkat tentang sendratari Ramayana ini, yang tertuang dalam kertas ukuran A4 dalam berbagai bahasa, guna melayani kebutuhan para pengunjungnya yang berasal dari berbagai latar belakang negara. Sambil menunggu pertunjukan dimulai, pengunjung dapat membaca dan mengetahui bagaimana jalan cerita sendratari itu.
Tempat pertunjukannya terdiri dari bangunan panggung permanen yang menyerupai bentuk Keraton dan di bagian bawah lingkaran pertunjukan yang selebihnya adalah tempat duduk pengunjung yang dibuat bertingkat sehingga pengunjung yang berada di bagian depan tidak akan menghalangi penonton di belakangnya.
[caption id="attachment_321975" align="aligncenter" width="567" caption="Sinta Mengejar Kijang"]
Pertunjukan yang berdurasi dua jam ini menggunakan bahasa jawa dan diiringi gamelan itu disertai pula dengan tata cahaya yang baik yang disesuaikan dengan alur cerita.
[caption id="attachment_321980" align="aligncenter" width="560" caption="Sendratari Ramayana"]