Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Menggagas dan memelihara komunitas berbahasa Inggris di kantor

18 November 2014   15:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:32 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1416274070777617137

[caption id="attachment_336266" align="alignnone" width="300" caption="Talking in English"][/caption]

Tidak mudah, menggagas - memulai dan memelihara komunitas berbahasa Inggris, apalagi  di lingkungan kantor - di tempat kita bekerja. Kesibukan yang beragam dan bervariasi menjadi kendala utama. Tingkat kemampuan berbahasa Inggris setiap peserta juga beragam. Untuk yang merasa 'baik' bahasa Inggrisnya, tidak akan menjadi masalah. Bagi mereka yang merasa sebaliknya, tentu akan menjadi ganjalan. Tidak kalah penting adalah rasa percaya diri yang berbeda-beda. Rasa deg-degan mendominasi dan mengalahkan motivasi untuk bergabung di komunitas berbahasa Inggris yang berada di lingkungan kerja ini.

Semua pihak mengamini ketika ditanya tentang pentingnya membangun sebuah komunitas berbahasa Inggris - di lingkungan kantor. "Ya, saya setuju dan itu sangat penting", begitu komentarnya rata-rata ketika ide ini digagas. Tapi menjadi lain kenyataannya ketika ide itu digulirkan menjadi sebuah aksi nyata. Menjadi kegiatan yang perlu dilakukan secara rutin.

"maaf, saya sibuk, saya nggak bisa ikutan."

"wah, saya sudah terlalu tua untuk belajar bahasa Inggris"

"Mau... mau ... gurunya darimana? nggak mau ah kalau nggak ada gurunya?

"Saya mau ikutan deh, tapi ....."

Begitu kira-kira alasan ketika saya melakukan survey kecil-kecilan sebelum komunitas tersebut dimulai. Mau tapi bagaimana gitu, susah juga menjelaskannya. Ide awal komunitas berbahasa Inggris ini sebetulnya sederhana. Lingkungan kerja kami adalah institusi kelitbangan (penelitian dan pengembangan). Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi kelitbangan, kami sering 'bersinggungan' dengan bahasa Inggris. Entah membaca, mendengar, menulis, bercakap-cakap maupun presentasi dalam bahasa Inggris. Dilain pihak, kurang sekali upaya peningkatan kapasitas berbahasa Inggris yang disediakan oleh pihak kantor maupun upaya kita sendiri.

Kesibukan kerja yang menyebabkan waktu kursus tidak cocok - kalaupun kursus malam, sepertinya sudah terlalu lelah waktu habis di'makan' pekerjaan. Biaya kursus yang tinggi. Letak tempat kursus yang jauh dari kantor maupun tempat tinggal dan berbagai alasan lainnya. Upaya kantor? juga tidak ada. Mungkin kami sudah dianggap cukup kapabel dalam bahasa Inggris. Itu alasan positifnya.

Tapi akhirnya saya mendapatkan beberapa rekan kerja yang tertarik untuk bergabung jika komunitas tersebut terbentuk. Akhirnya, Bismillah, dimulailah komunitas berbahasa Inggris tersebut pada tanggal 4 April 2014. Saat terbentuknya komunitas tersebut juga telah dimuat reportasenya di Kompasiana. Komunitas berbahasa Inggris tersebut diberi nama TiMTEng (thirty minutes talk in English)

TiMTEng dijalankan tanpa mengundang instruktur bahasa Inggris dari luar kantor. Bersifat swadaya atau volunteer, dari kita - oleh kita - dan untuk kita. TiMTEng tidak digunakan sebagai media kursus, tetapi media praktek atau belajar langsung. Menggunakan metode hit and run atau metode tabrak lari. Artinya, jangan malu berbicara, menulis, bertanya, melakukan presentasi dalam bahasa Inggris. Berbahasa Inggris saja sesuai kemampuan tanpa memikirkan salah atau betulnya, nanti para peserta akan saling membetulkan, memberikan masukan. Tabrak lari dulu, pertanggungan jawab kemudian.

Namun, walau bersifat swadaya, komunitas TiMTEng ini tetap memerlukan fasilitator - seperti yang diminta oleh para peserta. Atas kesepakatan teman-teman, saya diminta menjadi fasilitator komunitas TiMTEng. Saya dianggap sebagai pencetus ide awal dan dapat memelihara keberlangsungan komunitas berbahasa Inggris di kantor ini.

TiMTEng dilaksanakan seminggu sekali, setiap hari Kamis, pukul 13.00 wita - selesai. Peserta sepakat memundurkan jam makan siangnya menjadi pk. 13.00 WITA dan kita ber-TiMTEng sambil menikmati makan siang kita.

Jumlah peserta naik turun. Kadang banyak yang hadir kadang sedikit yang hadir. Tapi tetap dapat berjalan dengan variasi tema yang cukup variatif - agar peserta tidak bosan. Tetap memperhatikan pula unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam berbahasa Inggris, seperti: Speaking, Reading, Listening and grammar. Namun unsur Speaking lebih diutamakan. Sekitar 80 persen dari kegiatan TiMTEng adalah speaking.  

Karena merasa dimiliki bersama, untuk program2 TiMTEng, ditawarkan pula kepada peserta jika ada ide ataupun aktivitas yang ingin dishare di TiMTEng, sangat-sangat welcome. Hal ini pula yang membuat kegiatan komunitas TiMTEng menjadi variatif. Ambil misalnya contoh kegiatan membahas tentang diseminasi riset seperti yang dimuat di sini, ataupun presentasi seorang rekan tentang Kima Lubang (kerang raksasa di Taman Nasional Taka Bone Rate, Sulawesi Selatan) seperti dimuat reportasenya di sini.

Hari Kamis lalu (13/11/2014) sudah sekitar tujuh bulan TiMTEng berjalan cukup lancar. Para peserta banyak yang merasakan manfaat dari keberadaan komunitas ini. Tidak mudah tapi cukup memiliki kesan dan seni tersendiri untuk merawat ataupun memelihara komunitas berbahasa Inggris di kantor, dan mudah-mudahan TiMTEng dapat berumur panjang dan tetap eksis hadir setiap minggunya.

Semoga bermanfaat

@kangbugi

[sumber foto: englishinteractive.net)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun