Mohon tunggu...
Budy El Sugandi
Budy El Sugandi Mohon Tunggu... -

Manusia sederhana yang terlahir di Sulawesi, remaja di Madura, kuliah di Jogja dan saat ini sedang berpetualang di Istanbul Turki.\r\n\r\ningin terus belajar seumur hidup dan mendambakan masyarakat Indonesia yang demokratis, tolerans dan uggul.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Turki, Jokowi dan Edukasi

3 Agustus 2014   01:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:34 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14069803811267496634

Pertama izinkan saya, salah satu warga negara Indonesia yang sedang menempuh studi di luar negeri tepatnya di Turki mengucapkan selamat kepada Presiden dan Wakil Presiden Indonesia terpilih 20014-2019 berdasarkan keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yaitu Bapak Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla, meskipun ketetapan resmi masih menanti keputusan akhir dari Mahkamah Konstitusi (MK) karena pihak Bapak Prabowo-Hatta tidak puas dengan keputusan KPU tersebut, biarkanlah permasalahan tersebut menjadi urusan hukum sembari berdo'a semoga bangsa kita senantiasa mendapat perlindungan dan berkah oleh Tuhan Yang Maha Mulia.

Beberapa waktu lalu saya diminta oleh RUHUM, salah satu komunitas intelektual yang ada di Istanbul-Turki untuk menyampaikan materi dan berdiskusi tentang arah pendidikan di tanah air. Melalui diskusi itu saya merasa perlu menjabarkannya agar tidak sekedar menjadi lantunan suara yang singgah di atap dan beterbangan entah kemana.

Sore itu bertempat di kantor Türk Yazarlar Birliği (Komunitas Penulis Turki), lokasi yang berada di depan Blue Mosque, menjadi salah satu saksi semangat para pelajar Indonesia yang sedang berada di Turki khususnya Istanbul untuk ikut andil dalam memikirkan dan memberikan kontribusi pada arah nasib tanah air tercinta kedepan.

Saya mengawali diskusi dengan meng-quote tweet Prof. Komaruddin Hidayat (komar_hidayat) yaitu "opini sesaat menjelang Pileg dan Pilpres bisa mempengaruhi perjalanan bangsa ke depan". Sebagai seorang yang sedang mendalami ilmu pendidikan, quote maut Prof. Komar ini saya rasa mampu memalingkan pandangan dan pemikiran teman-teman yang hadir untuk melupakan sejenak urusan pribadi dan antusias dalam diskusi ini.

Saya membuka wacana melalui isu-isu terkini seputar pendidikan yang marak di tanah air seperti kasus JIS, plagiat, perubahan kurikulum, gonjang-ganjing pelaksanaan ujian nasional serta memunculkan rasa penasaran mereka dengan sebuah 'rekomendasi' yang saya janjikan di akhir pembahasan.

Bangsa kita sudah 16 tahun mengalami reformasi. Lalu bagaimana wajah pendidikan kita? Nampaknya hasil yang dikeluarkan oleh sebuah studi komparatif internasional yang konprehensif dalam bidang sains dan matematika yaitu Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan oleh program for International Student Assessment (PISA) yaitu suatu penilaian secara international terhadap ketrampilan dan kemampuan siswa usia 15 tahun masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini harus menjadi tantangan khusus bagi Pemerintah untuk memacu peningkatan kualitas pendidikan agar tidak menjadi sekedar pelengkap dan donatur pada ajang internasional tersebut.

Masih mengenai pentingnya pendidikan, sebuah penelitian yang dilakukan oleh World Bank tahun 2007 (Policy Research Working Paper. Sumber UNESCO), menyebutkan bahwa:

- Di El Salvador, hanya 5% dari para pekerja dewasa dengan tingkat pendidikan maksimal sekolah dasar (primary education) yang mampu bekerja, berbanding dengan 47% dari para pekerja dewasa lulusan sekolah tingkat atas (secondary education) yang mampu bekerja.

- Di United Republic of Tanzania, 82% dari para pekerja dengan tingkat pendidikan maksimal sekolah dasar (primary education) hidup dibawah garis kemiskinan. Melalui usaha peningkatan pendidikan hingga tingkat atas (secondary school) mampu mengurangi peluang kemiskinan hingga 60%.

- Di Pakistan, para pekerja perempuan dengan kecakapan dalam skill baca tulis (literacy) yang baik memiliki gaji 95% lebih tinggi daripada perempuan yang lemah dalam skill membaca dan menulis.

- Di daerah pedesaan di Indonesia, dengan adanya penambahan program wajib belajar mampu mengurangi peluang jatuh kembali ke dalam kemiskinan hingga 25%.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun