Mohon tunggu...
Budy Djafar
Budy Djafar Mohon Tunggu... -

agamaku adalah cinta dan cinta adalah agamaku

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

keindahan akal (Rasional) dan keindahan indrawi (materi)

4 Juni 2011   15:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:52 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam setiap sejarah, dan manusia tidak pernah terlepas dalam pembahasan tentang cinta. Cinta menyimpan sejuta rahasia disatu sisi ia dipahami disatu sisi ia membingungkan. Konsep cinta yang ada adalah sebagaimana yang dipahami oleh sigmun freud dimana cinta “pelampiasan libido seks” akibatnya ribuan bahkan jutaan wanita terekploitasi oleh pria. Sementara disisi lain kita lihat bahwa konteks pacaran yang kita pahami hari ini / cinta sebagaimana yang didefinisikan oleh sigmun freud. Inilah yang membuat seseorang wanita harus melawan/menipu fitrahnya dikarenakan ingin membuktikan cintanya kepada seorang pria yang dicintainya.

Dalam kisah, khais yang disebut dengan majenun gila dikarenakan kecintaannya kepada lailah. Karena cinta membuat kita gila bahkan mencapai titik kegilaan di karenakan cinta majenun yang sangat tergila-gila memuji laila, yang kemudian membuat seorang raja penasaran, siapakah laila itu ? ketika laila hadir didepan sang raja, ia terperanjut dikarenakan sosok laila tidak seperti yang ia bayangkan. Hingga ia mengatakan bahwa hanya orang buta yang mampu mencintai laila.

Mengapa lailah begitu dicintai oleh khais? Ini dikarenakan khais melihat keindahan rasional yang dimiliki oleh laila. Dalam hal ini khais memandang laila dengan menggunakan persepsi akal (rasional) sedangkan sang raja memandang laila dengan persepsi indrawi (empiris). Keindahan akan terpahami apapun berbeda , itu tergantung persepsi apa yang kita gunakan saat memandang keindahan tersebut.

Seseorang tidak akan mencintai sesuatu jika sesuatu itu tidak memiliki keindahan/kesempurnaan. Maka cinta adalah “pengakuan akan kesempurnaan dan peleburan kedalamnya oleh pengakuan dan peleburan kedalam kesempurnaan sang dia. Siapakah yang dimaksud sang dia?

Kata sastrawan, cinta telah terasa, apapun terasa indah bahkan sesuatu yang menjijikanpun akan terasa indah yang berada diluar prasangka orang. Cinta mampu menutupi kekurangan sesuatu/seseorang. Para filsuf membagi kesempurnaan/keindahan terbagi menjadi dua yaitu “empiris dan rasional”. Keindahan ketika terjadi keseimbangan/keadilan yang akan melahirkan keindahan contohnya ketika kedua tangan kita tidak memiliki panjang yang sama maka ia katakan tidak indah. Atau sifat marah dan sayang pada manusia yang mampu diseimbangkan. Dikatakan indah ketika kedua sifat itu berimbang yang disebut keindahan rasional.serasi juga termaksud sebagai ukuran keseimbangan. Keindahan empiris bersifat materi adalah terlihat sebaliknya keindahan rasional tidak terindrai karena bersifat abstrak.

Keindahan materi/empiris adalah keindahan yang senantiasa berubah di mana sang dia.sedangkan keindahan rasional non materi maka ia tidak berubah dan bersifat abadi.

Keindahan sang dia, berintensitas dimulai dengan kesempurnaan/keindahan tertinggi sampai pada keindahan terendah. Keindahan tertinggi adalah keindahan berwujud akal dan yang terendah adalah berwujud materi. Semua keindahan itu adalah wajah/penampakan sang dia. Keindahan yang kita amati hanyalah wajahnya keindahan-keindahan itu mempunyai basis antologi.

Kita tidak mungkin mencintai sesuatu tanpa adanya pengetahuan. Dimana keindahan rasional pada orang-orang tertentu ketika melihat keindahan tanap dengan memikirkannya dan kita tidak akan mencintai sesuatu ketika ia dipersepsi baik melalui indra ataupun akal. Ketika keindahan telah dipersepsi maka kita akan bingung tersedot/tertarik kedalamnya.

Pada tataran manusia, cinta itu senantiasa berada pada keindahan empiris. Tetapi tanpa kita sadari ada keindahan yang tidak diindrawi contohnya yaitu kasih sayang, kejujuran, kesetiaan, perjuangan, kesucian, serta kearifan.

Sebagaimana kita tahu, dalam fenomena orang yang jatuh cinta ia akan menyerupai apa yang dicintainya. Ada juga dinamakan teori modeling, dimana seseorang ketika mencintai seseorang yang lain maka ia akan membuat kedua-duanya akan sangat mirip tingkah laku maupun penampilannya. Naluri cinta adalah naluri menyatunya dimana cinta menyatukan bentuk dan wujud. Kenapa kita selalu ingin mencapai kesempurnaan itu dikarenakan kesempurnaan adalah kausafinal juga dikarenakan adanya perbedaan intensitas. Dimana kecenderungan menyempurnah ada pada setiap realitas kecenderungan pada kesempurnaan atau fitrah pada manusia merupakan kecenderungan untuk meraih kesempurnaan sang dia maka manusia akan melebur kedalamnya dalam artian peleburan itu dikarenakan sang pecinta kehilangan identitas dimana yang mempunyai identitas adalah yang dicintai. Artinya mempersepsi sama dengan menjadi yang dipersepsi. Peleburan sangat tergantung pada tingkat identitas pengakuan keindahan kita terhadap si dia. Ok, ketika sang dia memiliki kesempurnaan yang sangat tinggi maka aku akan menyembahsi dia. Dimana cinta = ibadah = menyembah.

Imam jafar : agamaku adalah cinta dan cinta adalah agamaku.

Cinta adalah sebuah penghidmatanbukan sebagaimana yang dikatakan sigmun freud. Dimana cinta haruslah selaras dengan syariat. Cinta bisa membuat yang lemah menjadi kuat, cinta pula yang membuat segala sesuatu beraktifitas dansegala sesuatu tercipta.

Nasib sang pencinta sangat tergantung pada apa yang dia cintai. Itu berubah maka kita berubah pula. Inilah fenomena dimana cinta sangat bergantung pada sang dia. Jika sang dia lenyap maka aku akan memilih lenyap. Diantara manusia ada keinginannya tiga sifat empiris dan ada pula yang rasional. Ketika nabi berkata “engkau akan bersama orang yang engkau cintai” inilah yang menjadi cerminan kita akan menjadi siapa yan kita cintai. Ketika yang kita cintai itu merasa dihina kitapun akan merasa yang sama. Dikarenakan karakter kita adalah cerminan karakter dari apa/siapa yang kita cintai. Dalam logika cinta, ketika akau mencintai sidia maka aku akan melayani dan menjadi hamba dari si dia.

Singmon freud menciptakan teorinya bertujuan untuk menghancurkankan generasi muda yang akan berakibat fatal pada kehidupan beragama dan perkembangan peradaban dimana konsep cinta yang dijelaskan dalam al-qur’an (3 : 21).

Konsep yang lain yaitu konsep suka yang sering disamakan dengan konsep cinta. Padahal suka adalah kecenderungan untuk memiliki atau menguasai sesuatu. Suka adalah sebuah konsep yang berorientasi material/hedonis. Dikarenakan cinta tidak memiliki muatan hedon/material. Cinta tidak akan mengantarkan pada pintu kawin yang mengantakan kita adalah suka. Tetapi suka akan teraktual dikarenakan dalam logika suka, aku menjadi tuan dan dia menjadi hamba sehingga pernikahan harus menunggu cinta. Ungkapan tertinggi dari cinta adalah mati. Doa adalah ungkapan hati melalui ucapan/perbuatan dan doa adalah salah satu dari bukti cinta, laki-laki adalah budak nafsu dan tubuh wanita adalah mangsanya, wanita adalah tawanan mangsanya dan hati laki-laki adalah sasarannya. Pada fase awal laki-laki hanya termotivasi suka sedangkan wanita pada awalnya bermotivasi cinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun