Busway ...
kata yang sangat terkenal saat jalur (koridor) 1 Blok M-Kota mulai beroperasi, kemudian disusul dengan jalur-jalur berikutya. Saking terkenalnya, koridor 1 lebih mirip arena rekreasi (piknik) dibandingkan perannya sebagai alternatif pengurai kemacetan.
Sekarang, apa kabar busway ?
Seperti menanyakan kaabr dari seorang teman yang sudah berkhianat. Terlalu 'lebay' ? Mungkin iya. Tapi melihat kondisi pelayanan yang 'begitu-begitu' saja - bahkan semakin menurun - penilain itu bisa naik pangkat menjadi 'wajar'.
Mari coba kita lihat 'daftar dosa' busway. Kali ini saya mencoba membatasi pada pelayanan busway koridor 6 (Ragunan-Dukuh Atas) karena saya sebagai pengguna jalur ini.
1. Jadwal yang 'au ah elap'
seharusnya jadwal keberangkatan-kedatangan busway di tiap halte (shelter) bisa dipastikan. tiap berapa menit busway lewat sudah terprediksi. yang ada sekarang, tergantung saja sama nasib. kalo nasib lagi gabus, busway cepat melintas. kalo lagi apes, sampai kering dikerubutin laler pun hanya bisa melihat kopaja yang 'nyolong' jalur.
2. Perubahan rute
entah sudah berapa kali di koridor 6 ini diberlakukan perubahan rute. Dari pertama hanya melayani Ragunan-Dukuh Atas (sebenarnya Ragunan-Latuharhary) dan Ragunan-Pulogadung (jalur express). Kemudian diganti lagi hanya satu jalur Ragunan-Dukuh. Tidak lama lagi, ditambah jalur 'aneh' Ragunan-Senen dan Ragunan-Monas.
Rasanya jalur itu semacam 'trial and error' sistem uji-coba saja, karena terbukti jalur Ragunan-Senen dimatikan - menyisakan Ragunan-Dukuh dan Ragunan-Monas.
Besok mungkin bakalan ada jalur Ragunan-Mampang atau Ragunan-Kuningan saja ... siapa tau tergantung wangsit.
3. Kondisi busway
Busway koridor 6 ini sudah beroperasi selama 5 tahun, dan belum ada tanda-tanda penambahan busway baru. Cukup mempertahankan yang lama. Itupun harus 'bergantian' dengan koridor 4 (?) KpRambutan-KpMelayu : karena di dalam shelter-announcer-nya bisa di-switch programnya untuk melayani trayek yang mana.
Bagian busway sudah banyak yang tidak layak lagi untuk bisa dikatakan sebagai alat transportasi modern. Jika dibandingkan dengan bus-kota di Singapore, sudahlah ... malu sekali !
Pintu yang tidak bisa tertutup rapat, terutama pintu belakang, diantaranya karena karet-shield yang sudah aus juga karena sistem hidrolik penutup sudah tidak berfungsi optimal. Jika hujan, maka air akan memercik ke dalam dan mengenai penumpang. Jangan kaget kalo ada penumpang yang mengenakan jas hujan di dalam busway.
Tapi bagusnya, pintu yang tidak tertutup ini bisa jadi 'alarm alami' " sampai dimana kita ya ? Karena announcer pun kadang sudah mati. Gampang saja, kalo bau-nya kurang enak seperti comberan artinya kita sudah sampai di sekitar Dukuh Atas. Di sana ada waduk penampungan air limbah. Kalo bau sate, artinya sudah dekat Ragunan, sebelum Pusdiklat Kejaksaan. Hahahihi ...
AC ? yaah minimal gak keringetan saja sih, kalau gak bisa dibilang hampir sama kopaja.
4. Disiplin awak busway
Dulu di bagian depan busway, ada papan yang berisi banyak himbauan dan larangan kepada awak busway, antara lain : dilarang menggunakan handphone saat mengemudi, dilarang menyetel lagu. Jauh asap dari api, peringatan ini ternyata hanya sebagai tempelan saja. Banyak pengemudi (pramudi) yang masih bercakap-cakap dengan menggunakan handphone saat mengemudi.
Tulisan di sebelah kiri pramudi 'Dilarang Duduk di Sini' pun tinggal tulisan belaka. Dan tulisan ini cukup 'diskriminatif' : kalo penumpang pasti dilarang, disuruh pindah, tapi kalo yang duduk pam-busway ya sudah lah jadi tempat ngobrol.
Para penjemput banyak yang memarkir motor di pintu masuk terminal busway Ragunan. Sebuah kondisi yang sangat potensi menimbulkan kecelakaan. Memang sekarang belum ada korban, tapi melihat situasi saat ramai, bukan tidak mungkin ada yang 'apes' kesamber busway. Amit-amit ...
5. Jalur steril
kata siapa bisa steril ? Ini sih 'anget-anget tai ayam' ... yang jelas petugas pam-busway pun seperti pajangan saja menunggu portal di setiap jalur Ragunan-Kuningan. Digertak oknum pun pasti sudah kalah pamor, keder.
setiap pagi dan sore, maka jalur busway seperti arena pertempuran antara busway melawan motor-mobil. Killed or to be killed. harus ada kebijakan yang multi-sinergi antara pihak pemprov, dinas perhubungan, polisi dan militer untuk bisa menciptakan jalur-steril yang permanan, bukan musiman.
6. Sistem antrian
Sejak diberlakukan pembedaan antrian : wanita di depan dan pria di belakang, antrian semakin kacau. Tidak menguntungkan bagi kaum pria. Jika wanita antri di belakang, akan di-excesu, sebaliknya pria antri di depan akan disuruh pindah. Gak bener ... emansipasi yang setengah-hati !
Di Ragunan sendiri, setiap pagi ada wanita yang menunggu busway jurusan Monas atau Pulogadung, tapi berdiri menunggu menutup antrian. Saat busway datang, mereka tidak beranjak. Jadilah dorong-mendorong ...
Sampai kapan rakyat harus menunggu untuk mendapatkan alat transportasi yang handal ?
Wallahua'lam ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H