Beberapa isu yang sering menjadi sorotan di Indonesia saat ini meliputi kemiskinan, ketimpangan sosial, pengangguran, korupsi, dan permasalahan lingkungan. Pemerintah yang baru harus mampu menyusun kebijakan yang dapat memberikan dampak langsung terhadap masalah-masalah tersebut.
Kebijakan yang konkret adalah kebijakan yang dirancang dengan pemahaman mendalam tentang masalah yang ada. Sebagai contoh, untuk mengatasi kemiskinan, kebijakan tidak hanya perlu menyasar bantuan sosial jangka pendek, tetapi juga menciptakan lapangan kerja, meningkatkan akses terhadap pendidikan, serta memperkuat sektor usaha kecil dan menengah (UMKM).Â
Di bidang lingkungan, kebijakan harus mencakup penanganan deforestasi, pencemaran udara dan air, serta mitigasi perubahan iklim yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat.
Agenda Setting
Agenda setting merupakan langkah pertama dan paling penting dalam siklus kebijakan publik. Pada masa transisi kepemimpinan, proses ini menjadi lebih dinamis karena adanya berbagai aktor baru yang berupaya memasukkan isu-isu prioritas ke dalam agenda pemerintah. Proses penentuan agenda melibatkan negosiasi antara pemerintah, partai politik, kelompok kepentingan, media, dan masyarakat.
Dalam konteks pemerintahan yang baru, agenda setting seringkali diarahkan oleh visi dan misi yang diusung selama kampanye. Namun, tantangan utamanya adalah memastikan bahwa isu-isu yang diangkat tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat.Â
Oleh karena itu, keterlibatan aktif dari masyarakat sipil dan kelompok-kelompok kepentingan perlu didorong agar agenda kebijakan tidak hanya ditentukan oleh elite politik, tetapi juga mencerminkan permasalahan riil yang dihadapi oleh masyarakat.
Formulasi Kebijakan
Formulasi kebijakan adalah proses mengembangkan solusi spesifik untuk masalah yang sudah diidentifikasi. Pada tahap ini, pemerintah harus menyusun kebijakan yang jelas, operasional, dan dapat diimplementasikan. Formulasi kebijakan yang baik harus berbasis pada data, serta mempertimbangkan berbagai alternatif solusi yang ada.
Selama masa transisi kepemimpinan, proses formulasi kebijakan harus dilakukan dengan cepat namun tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. Ini mencakup proses konsultasi publik yang luas, penggunaan teknologi untuk mengumpulkan masukan dari berbagai pihak, serta koordinasi yang erat antara pemerintah pusat dan daerah.
 Sebuah kebijakan yang konkret harus disertai dengan rencana implementasi yang jelas, termasuk sumber daya yang diperlukan, tanggung jawab institusi, dan indikator keberhasilan yang dapat diukur.