Masjidil Haram, di tengah keramaian orang-orang yang beribadah, terdapat seorang merpati putih yang duduk di salah satu sudut. Merpati ini memiliki keindahan yang luar biasa dan menjadi daya tarik bagi banyak pengunjung. Namun, di balik kecantikannya, terdapat perasaan yang sulit dihindari: kecemburuan.
Merpati ini selalu melihat seorang manusia pilihan yang datang untuk beribadah di Masjidil Haram. Manusia itu tampak khusyuk dan penuh hikmah dalam setiap gerakan shalatnya. Ia membaca Al-Quran dengan penuh penghayatan, dan wajahnya bersinar dengan ketenangan dan keikhlasan. Setiap kali sang manusia pilihan itu berada di masjid, merpati merasa seperti hatinya tersentuh oleh kedamaian yang mengalir darinya.
Namun, merpati tersebut juga merasakan rasa cemburu yang mendalam. Ia ingin menjadi manusia, ingin dapat merasakan kedekatan dengan Allah seperti yang dirasakan oleh manusia pilihan itu. Ia ingin dapat berdiri di sampingnya, berdoa dan menyampaikan rasa syukur dalam bentuk yang lebih manusiawi.
Setiap kali merpati tersebut melihat manusia pilihan itu, ia merasa iri akan kesempatan yang diberikan kepada manusia untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Meski merpati ini tidak dapat berbicara, rasa cemburunya semakin tumbuh dan mengisi pikirannya.
Namun, suatu hari, merpati tersebut mendengar suara dalam hatinya yang lembut dan bijaksana. Suara itu mengingatkannya bahwa setiap makhluk diciptakan dengan tujuan yang unik dan khusus. Merpati ini diingatkan bahwa ia memiliki peran yang tak ternilai dalam menciptakan keindahan alam ini, dan bahwa Allah mengasihi semua makhluk-Nya, tanpa pandang bulu.
Dari hari itu, merpati itu mulai merubah pandangannya. Ia memutuskan untuk menggali kecantikan dalam peran dan eksistensinya sebagai merpati. Ia belajar untuk bersyukur atas ciptaan-Nya dan berusaha menjalani hidup sesuai dengan kodratnya. Meskipun kecemburuan kadang-kadang masih muncul, merpati ini mengingatkan dirinya sendiri bahwa setiap peran memiliki nilai dan makna yang tak dapat diukur dengan materi atau kedekatan fisik.
Dalam cerita ini, merpati merepresentasikan bagaimana kecemburuan bisa muncul dalam hati manusia. Namun, dengan refleksi dan pengertian yang lebih dalam, kita bisa mengatasi perasaan tersebut dan menemukan kedamaian dalam peran dan kodrat kita masing-masing
Mekkah, Subuh 23 Agustus 2023
Mas Budi Sang Bijak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H