Mohon tunggu...
Budiyono Santoso
Budiyono Santoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengasuh Pesantren Agung Al Mubarok Malang : Pesantren Entrepreneur | Tafsir Genius

Belajar dan mengajar dengan kasih sayang penuh cinta terhadap anak-anak santri setiap hari agar mereka dapat mengerti apa itu kekuatan Cinta yang sejati. Menjadikan anak santri mandiri, berdiri tegak diatas kaki sendiri, barokah bagi sekitar dan manfaat bagi semua itulah anak yang soleh spritual dan sosialnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kecemburuan sang Merpati Putih terhadap Manusia Pilihan di Masjidil Haram

23 Agustus 2023   17:25 Diperbarui: 23 Agustus 2023   17:28 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Masjidil Haram, di tengah keramaian orang-orang yang beribadah, terdapat seorang merpati putih yang duduk di salah satu sudut. Merpati ini memiliki keindahan yang luar biasa dan menjadi daya tarik bagi banyak pengunjung. Namun, di balik kecantikannya, terdapat perasaan yang sulit dihindari: kecemburuan.

Merpati ini selalu melihat seorang manusia pilihan yang datang untuk beribadah di Masjidil Haram. Manusia itu tampak khusyuk dan penuh hikmah dalam setiap gerakan shalatnya. Ia membaca Al-Quran dengan penuh penghayatan, dan wajahnya bersinar dengan ketenangan dan keikhlasan. Setiap kali sang manusia pilihan itu berada di masjid, merpati merasa seperti hatinya tersentuh oleh kedamaian yang mengalir darinya.

Namun, merpati tersebut juga merasakan rasa cemburu yang mendalam. Ia ingin menjadi manusia, ingin dapat merasakan kedekatan dengan Allah seperti yang dirasakan oleh manusia pilihan itu. Ia ingin dapat berdiri di sampingnya, berdoa dan menyampaikan rasa syukur dalam bentuk yang lebih manusiawi.

Setiap kali merpati tersebut melihat manusia pilihan itu, ia merasa iri akan kesempatan yang diberikan kepada manusia untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Meski merpati ini tidak dapat berbicara, rasa cemburunya semakin tumbuh dan mengisi pikirannya.

Namun, suatu hari, merpati tersebut mendengar suara dalam hatinya yang lembut dan bijaksana. Suara itu mengingatkannya bahwa setiap makhluk diciptakan dengan tujuan yang unik dan khusus. Merpati ini diingatkan bahwa ia memiliki peran yang tak ternilai dalam menciptakan keindahan alam ini, dan bahwa Allah mengasihi semua makhluk-Nya, tanpa pandang bulu.

Dari hari itu, merpati itu mulai merubah pandangannya. Ia memutuskan untuk menggali kecantikan dalam peran dan eksistensinya sebagai merpati. Ia belajar untuk bersyukur atas ciptaan-Nya dan berusaha menjalani hidup sesuai dengan kodratnya. Meskipun kecemburuan kadang-kadang masih muncul, merpati ini mengingatkan dirinya sendiri bahwa setiap peran memiliki nilai dan makna yang tak dapat diukur dengan materi atau kedekatan fisik.

Dalam cerita ini, merpati merepresentasikan bagaimana kecemburuan bisa muncul dalam hati manusia. Namun, dengan refleksi dan pengertian yang lebih dalam, kita bisa mengatasi perasaan tersebut dan menemukan kedamaian dalam peran dan kodrat kita masing-masing

Mekkah, Subuh 23 Agustus 2023

Mas Budi Sang Bijak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun