Mohon tunggu...
Budiyono ChE
Budiyono ChE Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik dan Pemerhati Sosial

Senantiasa berbagi untuk kebaikan bersama. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sudut Pandang Filsafat: Pakaian, dari Kebutuhan Menjadi Sebuah Kepribadian

13 Juni 2024   10:45 Diperbarui: 13 Juni 2024   11:41 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pakaian, sebuah benda yang selalu kita kenakan dalam setiap kegiatan kita. Menjadi saksi bisu dari segala apa yang kita lakukan, dari mulai bangun tidur, beraktivitas, hingga tidur kembali. Selalu ada pakaian yang kita kenakan. Namun, apakah pakaian yang kita pakai tiap harinya itu hanya sebatas untuk dikenakan saja? Atau mungkin ada makna lebih dari sebuah pakaian?

Dalam ilmu filsafat, semua hal yang ada disekitar kita memiliki makna yang dapat diketahui dan dipelajari, dimana terdapat tiga aspek yaitu ontologis, epistemologi, dan axiologi. Ontologi membahas mengenai esensi pakaian dalam kehidupan manusia, seperti keberadaan fisik, dimana pakaian adalah benda fisik yang terbuat dari berbagai bahan seperti kain, kulit, atau serat sintetis. Pakaian memiliki fungsi dasar untuk menutupi tubuh, memberikan perlindungan dari elemen cuaca, dan menjaga kesehatan dengan mengatur suhu tubuh. Lalu identitas dan ekspresi diri, dimana Pakaian dapat mencerminkan status sosial, profesi, agama, budaya, dan kepribadian seseorang. Dalam pengertian ini, pakaian bukan hanya sekedar benda fisik tetapi juga entitas yang membawa makna simbolis yang kaya. Dan ekspresi estetika, dimana pakaian juga bisa dilihat dari perspektif estetika sebagai bentuk ekspresi seni dan kreativitas. Desain pakaian, warna, dan gaya bisa mencerminkan nilai-nilai estetis dan preferensi pribadi atau kelompok tertentu.

Selanjutnya adalah makna epistemologis dimana ini berhubungan dengan cara kita mengetahui, memahami, dan memberikan makna terhadap pakaian. Yang pertama adalah sumber pengetahuan tentang pakaian, dimana Pengetahuan tentang pakaian sering kali diturunkan melalui tradisi dan budaya. Misalnya, cara berpakaian dalam upacara tertentu, jenis pakaian yang cocok untuk iklim tertentu, dan makna simbolis dari pakaian tertentu dalam budaya tertentu. Lalu untuk makna dan interpretasi, dimana Pakaian memiliki makna simbolis yang dapat diinterpretasikan secara berbeda tergantung pada konteks sosial dan budaya. Misalnya, seragam dapat melambangkan profesi atau peran tertentu, sementara pakaian adat dapat mencerminkan identitas etnis atau budaya. Dan interpretasi pakaian juga dipengaruhi oleh mode dan tren yang terus berubah. Pengetahuan tentang mode melibatkan pemahaman tentang sejarah mode, desainer, dan pergerakan estetika yang mempengaruhi pilihan pakaian.

Lalu ada makna axiologi dari pakaian dimana berkaitan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang mendasari pemahaman, penggunaan, dan penilaian terhadap pakaian dalam konteks sosial dan budaya. Seperti pakaian sering digunakan sebagai cara untuk mengekspresikan identitas dan kepribadian individu. Nilai-nilai seperti kreativitas, otonomi, dan penghargaan terhadap keunikan individu sangat penting dalam penilaian pakaian. Selain itu Pakaian sering menjadi simbol status sosial dan kekayaan. Pakaian mewah atau merek tertentu dapat membawa konotasi nilai seperti kemewahan, keberhasilan, atau status yang tinggi dalam masyarakat, dan makna lainnya.

Akan tetapi apabila kita lihat fenomena zaman sekarang, apakah pakaian masih memenuhi tiga aspek filsafat diatas? Dengan perkembangan zaman yang semakin maju, pakaian sudah cukup jauh dari kegunaan utamanya yaitu untuk menutupi tubuh dan menjaga kemaluan seseorang. Zaman sekarang banyak sekali orang yang diibaratkan "berpakaian tapi tidak seperti berpakaian" Hanya demi memenuhi kriteria modis atau "fashionable" Yang amat sangat subjektif. Pada akhirnya perkembangan zaman telah merubah makna sebenarnya dari pakaian yang kini telah melenceng jauh dari aslinya. Dan semoga kita semua dijauhkan dari pengaruh buruk perkembangan zaman di segala aspek, Aamiin (Muhammad Itsar Hanif)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun