Mohon tunggu...
Budiyono ChE
Budiyono ChE Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik dan Pemerhati Sosial

Senantiasa berbagi untuk kebaikan bersama. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filosofi Tersembunyi di Balik Kebiasaan Makan di Depan Pintu: Menyibak Nilai dan Tradisi dalam Kehidupan Sehari-hari

11 Juni 2024   19:30 Diperbarui: 11 Juni 2024   19:33 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mitos makan di depan pintu, dalam perspektif ontologi, dapat dipahami sebagai fenomena yang mencerminkan hubungan antara kepercayaan budaya dan realitas sosial. 

Secara ontologis, mitos ini eksis sebagai entitas non-fisik yang mempengaruhi perilaku manusia. Meskipun tidak memiliki substansi material, kepercayaan ini memengaruhi cara individu menjalani kehidupan sehari-hari, menggambarkan bagaimana keyakinan dan nilai-nilai yang diturunkan secara turun-temurun memengaruhi persepsi dan tindakan. 

Mitos tersebut menciptakan realitas sosial di mana makan di depan pintu dianggap membawa nasib buruk atau ketidakberuntungan sehingga mempengaruhi tata cara sosial dan kebiasaan makan dalam komunitas yang mempercayainya.

Mitos makan di depan pintu dari perspektif epistemologi mengeksplorasi bagaimana pengetahuan tentang mitos ini diperoleh, disebarkan, dan dipercaya dalam masyarakat. 

Pengetahuan tentang mitos ini biasanya diperoleh melalui transmisi lisan dari generasi ke generasi, serta melalui pengamatan perilaku sosial di lingkungan sekitar. 

Justifikasi kepercayaan ini seringkali didasarkan pada narasi dan pengalaman yang diceritakan oleh anggota komunitas, meskipun mungkin kurang didukung oleh bukti empiris. 

Proses ini menunjukkan bagaimana keyakinan dan tradisi dapat terbentuk dan dipertahankan melalui mekanisme sosial dan kultural, meskipun alasan rasional atau logis di baliknya mungkin tidak selalu jelas atau dapat diverifikasi.

Mitos makan di depan pintu dari perspektif aksiologi berkaitan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang dijunjung tinggi dalam masyarakat yang mempercayainya. 

Mitos ini mencerminkan nilai budaya yang mengutamakan keharmonisan, keberuntungan, dan ketertiban dalam kehidupan sehari-hari. Larangan makan di depan pintu mungkin diasosiasikan dengan gagasan bahwa pintu adalah batas antara ruang dalam yang aman dan terlindungi dengan dunia luar yang tidak pasti. 

Dengan menghindari makan di tempat tersebut, masyarakat berusaha menjaga aura positif dan keseimbangan dalam rumah tangga, serta menghindari hal-hal yang dianggap bisa membawa sial atau energi negatif.

Mitos ini juga berfungsi sebagai pedoman etika yang mengatur perilaku dan interaksi sosial, menekankan pentingnya tempat dan waktu yang tepat untuk berbagai aktivitas. Kepatuhan terhadap mitos ini menunjukkan rasa hormat terhadap tradisi dan warisan budaya leluhur, yang memperkuat ikatan sosial dan identitas kolektif komunitas. 

Selain itu, mengikuti mitos ini bisa memberikan rasa aman dan kenyamanan psikologis bagi individu, karena mereka merasa telah melakukan sesuatu yang dianggap benar dan baik menurut norma-norma sosial yang berlaku. Nilai-nilai yang terkandung dalam mitos ini, meskipun tidak selalu didasarkan pada logika empiris, memberikan makna dan panduan moral bagi perilaku anggota masyarakat, serta mempertahankan kontinuitas dan kestabilan budaya.

Kevin Setiadi, Seng

Master's Students of Chemical Engineering Diponegoro University

Students ID: 21030123420024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun