Hari itu Kamis tanggal 30 Juli 2011, sehari menjelang Romadhon 1432 H jam 3.00 pagi. Dadaku terasa sesak, sulit bernafas, aku merasa sakit jantung itu akan menyerangku kembali seperti pada akhir Desember tahun 2008. Aku ambil obat Fasorbid 10 mg. yang selalu tersedia dalam dompetku. Aku taruh di bawah lidah.
Badanku gemetar, aku merasa ingin buang air yang sangat mendesak. Aku berjalan ke kamar mandi dengan terhuyung-huyung. Kepalaku terasa berat sekali, kurasakan sesak yang luar biasa di dadaku, rasa nyeri di jantungku, mata berkunang-kunang, keringat dingin mengucur deras dari seluruh tubuhku. Rasanya sudah saatnya aku menghadap sang khalik. “ Ya Alloh kalau Engkau mengambil nyawaku saatini aku ikhlas ya Alloh, mohon Engkau berkenan mengampuni dosa-dosaku ya Alloh “, bisiku lirih membaca istigfar berkali-kali. Sesaat aku sudah tidak ingat apa-apa lagi yang ada cuma kegelapan yang aku rasakan. Antara 2 sampai 5 detik aku siuman kembali, apa waktu itu aku pingsan aku nggak tahu.
Secara perlahan kesadaranku pulih kembali. Dengan sisa tenaga yang ada aku berjalantertatih-tatih menuju kamarku, membangunkan istriku. Kepanikan yang luar biasa aku lihat di raut wajah istriku, melihat keadaanku saat itu. Dia tergopoh-gopoh menghubungi anakku nomer dua yang tinggal di Jombang .
Jam 5.00 pagi aku diantar keponakanku ke IRD dr. Soetomo. Kupersiapkan diriku sebelum berangkat dengan mandi besar menghilangkan hadas besar, bayanganku kalau aku meninggal sewaktu-waktu aku sudah dalam keadaan suci.
Nampaknya selama dalam perjalanan dari rumah tadi, anakku telah kordinasi dengan sejawatnya sesama dokter minta tolong untuk secepatnya menangani saya.
Sampai di IRD aku lihat anakku no.3 sudah ada di sana beserta istrinya yang datang dari Gresik. Kulihat kekawatiran di wajahnya dan tangis yang tertahan. Aku ditangani dengan cepat oleh tim dokter. Saran dari dokter spesialis jantung yang menanganiku sejak tahun 2008, aku harus dirawat di ruang ICCU. Setelah 24 jam di ICCU aku harus menjalani kateterisasi seperti yang pernahdilakukan pada tahun 2008
Awal Romadhon 1432 H ( tanggal 1 Agustus 2011 ) aku menjalani kateterisasi lagi untuk kali yang kedua Kengerian membayangi perasaanku saat itu, tapi tidak aku perlihatkan pada anggota keluargaku. Bayang- bayang kegagalan operasi yang nyaris merenggut nyawaku tahun 2008terbayang kembali. ” Ya Alloh kalaupun Engkau mengambil nyawaku saat ini saya ikhlas, inna lillahi wainna ilaihi roji’un “, bisikku lirih. Saya merasa betapa ringkihnya aku, betapa rapuhnya aku, hatiku bersimpuh diharibaanNya mengharap belas kasihNya. Bayang-bayang dosa masa lalu itu seolah diputar kembali seakan melihat tontonan video. Ah............ astagfirulloh. Istigfar berkali-kali aku ucapkan, seakan umurku sudah akan pupus hari itu.
Jam 12.00 saya masuk ruang operasi diantar istriku tercinta yang telah mendampingiku selama 36 tahun, yang telah “memberi” ku empat orang anak dan empat orang cucu. Kulihat di kejauhan anak-anakku dan adik-adikku menghantarkan aku dengan doa-doanya. Ciuman istriku menghantar aku masuk ke ruang operasi. Ada genangan airmata yang tertahan di sudut matanya, digenggam tanganku dengan erat seolah enggan dilepas, kurasakan jelas getaran cintanya itu dalam dadaku, kutatap matanya yang mengandung selaksa makna di dalamnya.
Saya terbaring di meja operasi. Tindakan kateterisasi dilakukan. “ Pak kita akan mulai melakukan kateterisasi, kita akan melihat mungkin ada sumbatan kembali pada pembuluh darah bapak, mari kita membaca basmalah bersama”, kata dokter yang menangani saya mulai tugasnya.
Sayatan di pangkal paha dilakukan setelahdibius terlebih dahulu. Dengan perlahan terasa ada benda yang dimasukkan ke pembuluh darahku. Aku melihat lewat monitor disamping depanku. Terlihat “kabel” itu memasuki relung-relung pembuluh darah di jantungku mencari sumbatan yang menghambat jalannya peredaran darahku. Kulihat dari deretan tim dokter itu anakku diantara sejawatnya yang lagi sibuk melakukan operasi membuat aku jadi tenang menjalani operasi tersebut.
Setelah beberapa menit, ketemulahsumbatan tersebut. Ternyata berada di ujung ring yang dipasang tahun 2008 lalu. Setelah dilakukan evaluasi oleh tim dokter maka ring yang lama harus diperbesar ( diperlebar ) dan panjangnya ditambah, yang semula 10 mm menjadi 33 mm dan lebar menjadi 3,5 mm.
Allohuakbar maha besar Engkau ya Allohbetapa maha sempurnanyaEngkau ya Alloh. Betapa sempurnanya ciptaaMu, beribu pembuluh darah yang alang-melintang dalam tubuhku, sebagian kecil saja yang buntu manusia sudah menjadi tidak berdaya di hadapanMu. Allohu Akbar. Maka maha benar sabdaMu ya Alloh dalam surat arrahman "Fabi-ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan"
"Lalu nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustakan?"
Jam 12.25 wib.pemasanganring itu telah usai.Alhamdulillahi robbil ‘alamin. Aku dibawa ke ruangan pasca bedah ( ICU).
Di ruangan yang penuh dengan pasien gawat yang “menunggu ajal” atau kesembuhan,yang ramai dengan suara instrumen yang bersahutan dari tiap pasien, diselingi jerit kesakitansebagian pasien.Umpatan dan makian dari pasien yang merasa terabaikan oleh para tenaga medis, bahkan kalimat-kalimattalbiyah dari para mulut pasien yang pasrah akan nasibnya pada sang khalik aku bisa melihat diri pribadiku sendiri, yang selama ini terabaikan.
Kubuka “halaman” kehidupanku masa lalu, satu persatu. Semakin kubuka semakin aku tahu betapa nikmat yang Alloh berikan ini terlewatkan begitu saja tanpa aku sukuri. Astagfirulloh. Ampuni ..............ampuni aku ya Alloh segala khilaf ini.
Alhamdulillah ya Alloh, Engkau telah memberikan kepadaku nikmat sakit ini, sehingga aku bisa kembali merasakan betapa besarnya kasih sayangMu kepadaku. Ya Rohman ya Rohim.
Kata dokter yang merawatku, konon pembuntuan di pembuluh darah jantungku itu karena akibat kegemaranku merokok masa lalu, sehingga elastisitas pembuluh darahku tidak maksimal. Masa itu aku termasuk perokok berat. Tiada hari atau jam tanpa rokok. Tiada kenikmatan yang hakiki yang aku rasakan saat aku jadi perokok saat itu, justru nikmat itu baru aku rasakan setelah kegemaran merokok sudah aku tinggalkan 25 tahun yang lalu, yaitu berupa sakit yang membawaku kembali akan arti kasih sayang Alloh kepadaku.
Tulisan ini sengaja aku tulis untuk menghantar sejawatku Drs.Kotot Munarto,Apt. Yang tadi pagi ( 10 Agustus 2011 ) meninggal setelahdua malam dirawat di rumah sakit karena serangan jantung. Selamat jalan kawan, semoga Alloh swt. mengampuni segala dosamu, dan memasukkan engkau menjadi umat Muhammad yang akan mendapat safaatnya di yaumil khiyamah nanti. Amin
Untuk teman sekamarku waktu dirawat di Graha Amerta RSUD dr.Soetomo Surabaya, Pak Herman dari Trenggalek yang sakit karena akibat dari menjadi perokok berat, semoga Alloh memberikan anda kesembuhan. Amin
Untuk saudaraku yang lagi gandrung akan “nikmatnya” rokok, menurutku peringatan pemerintah tentang bahaya menghisap rokok yang tertempel di setiap bungkus rokok dan setiap iklan rokok itu adalah benar adanya, selanjutnya terserah anda.
Terima kasih kepada Bp.Ir. Fakih Z. dari Bandung ( yg telah memasang ring sekaligus tujuh buah ) yang telah memberikan resep obat herbal tradisional berupa :
RESEP UNTUK JANTUNG KORONER
Berguna melebarkan pembuluh darah Vena Jantung : * 1 gelas sari/airLemon * 1 gelas sari/air Jahe * 1 gelas sari/air Bawang putih * 1 gelas sari/air Apple vinegar Cara mengolahnya : * Campur semuanya dan didihkan dengan perlahan-lahan (api kecil). * Biasanya sekitar 1/2 jam, untuk menjadi 3 gelas. * Saring dan biarkan menjadi dingin. * Setelah dingin, tambahkan 3 gelas Madu alami, diaduk sampai merata dan simpan dalam botol. Anjuran pakai : * Minumlah 1 sendok makan setiap pagi sebelum sarapan. Penyempitan/sumbatan pembuluh darah Vena akan terbuka. Sekarang tidak diperlukan lagi operasi Angioplasty atau Bypass... Tolong diteruskan kabar ini kepada orang yg membutuhkan... Semoga anda sehat selalu...
Catatan : Kalau bikin dalam jumlah sedikit jumlah di atas buatlah perbagian. *. ( wir )
Prof. Dr. S. Vikineswary. Biotech Division Institute of Biological Sciences University of Malaya. 50603 Kuala Lumpur, Malaysia
Wassalam.
Ahmad Budi Wirawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H