Mohon tunggu...
Budi Wahyuningsih
Budi Wahyuningsih Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia di SMK Negeri 2 Temanggung dan mendapat tugas tambahan sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

Hobi memasak, membaca novel petualangan dan misteri, traveling, dan bertanam

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Mengulik Batik Temanggung: Klasik Hingga Kontemporer

19 Maret 2024   07:51 Diperbarui: 19 Maret 2024   07:51 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Batik Motif Panili (Dokumen Pribadi)

Pengrajin batik Temanggung merupakan pengrajin yang punya komitmen terhadap kelestarian lingkungan. Sebagian besar pengrajin menggunakan pewarna alami sebagai bahan pewarnaan batik. Bahan seperti kulit mahoni, daun tembakau kering, daun strobilanthes cusia, bunga kesumba, daun andong, batang secang, daun jati muda, daun dan kembang telang, kulit dan akar mengkudu, daun nila,  bunga dan daun putri malu merupakan bahan-bahan alami yang dapat menghasilkan warna-warna alam. Meskipun jenis pewarna ini tidak secerah pewarna sintetis tetapi justru disukai konsumen terutama dari luar negeri. Selain ramah lingkungan, warna-warna alam cenderung unik yang tidak dapat dihasilkan dari jenis pewarna sintetis.

Beragam batik yang ada di Temanggung menjadi kekayaan budaya yang luar biasa jika digarap dengan sungguh-sungguh. Geliat ekonomi saat ini akan terus mendorong pengrajin menciptakan goresan penuh makna. Bagi mereka, membatik bukan sekadar mengejar keuntungan secara finansial tetapi ada yang lebih penting dari itu. Perpaduan anatara kemampuan menyerap inspirasi dari alam, kematangan dalam menerjemahkannya dalam bentuk visual atau simbol, dan keterampilan menorehkannya pada selembar kain merupakan bentuk pengejawantahan seorang maestro terhadap master piece yang diciptakannya.

Pembinaan dan uluran tangan dari pemangku kepentinganlah yang dapat mengkekalkan eksistensi mereka dari gempuran zaman dan kerasnya persaingan terutama di pasar global. Selain itu, para pengrajin perlu punya wadah semacam asosiasi, perkumpulan, atau sejenisnya yang akan menguatkan satu sama lain. Dengan berkolaborasi dan membuat jejaring, mereka tidak mudah “ambyar” jika suatu saat terjadi gejolak ekonomi yang tidak tahu kapan datang dan dari mana arahnya. Semoga bertumbuhnya pengrajin batik di Kabupaten Temanggung dapat menjadi aset yang berharga sehingga slogan Temanggung tentrem, gandem, dan marem bukanlah jargon semata.

Daftar Pustaka

Sumber Buku

Fikri, Raushan Berryl. Batik Tulis Di CV Pesona Tembakau Manding Temanggung Jawa Tengah Ditinjau dari Pengembangan Bentuk Motif dan Warna. SKRIPSI   Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2014. Tidak diterbitkan.

Murtihadi dan Mukminatun. 1979. Pengembangan Teknologi Batik Menurut SMIK. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Musman, Asti dan Arini, B. Ambar. 2011. Batik: Warisan Adiluhung Nusantara. Yogyakarta. Andi Offset.

Prayitno, Teguh. 2010. Mengenal Produk Nasional Batik dan Tenun. Semarang: Alprin

Susanto, Sewan S.K. (1980), Seni Kerajinan Batik Indonesia, Balai Penelitian Batik dan Kerajinan, Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri, Departemen Perindustrian R.I., Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun