Lalu bagaimana dengan anak-anak yang tidak drop out dan tetap mantap di sekolah formal? Dalam suatu riset pinggir jalan, saya berusaha memahami kenapa anak-anak  itu pergi ke sekolah; dengan buku satu ransel yang membuat punggung bungkuk dan sambil mengantuk tidak sempat sarapan masuk sekoah. Apakah karena cinta matematika? Berbahagia belajar fisika? Mereka sekolah karena memang harus sekolah, adalah penyimpangan budaya jika anak tidak sekolah; mereka juga rindu teman-teman sebaya mereka; dan tentu saja, mereka membutuhkan pengakuan/ijasah dan status sebagai anak sekolah.
Janganlah percaya riset pinggir jalan tersebut, cobalah cermati anak-anak kita sendiri, mengapa mereka bersekolah? apa yang sejatinya mereka ingin lakukan jika diberikan kebebasan: lakukan apa yang engkau inginkan, jadilah anak-anak yang berbahagia....
Mereka adalah anak panah di tangan pahlawan
Anak-anak adalah manusia pembelajar. Mereka mencermati lingkungannya, berbagai informasi yang mereka peroleh. meneladani yang mereka lihat; orangtua memasukan berbagai nilai-nilai yang dipercayainya kepada si anak, menuntut mereka untuk memahami mana yang baik dan mana yang tidak. Seorang anak adalah jadi menurut rupa dan gambar dari orangtuanya. Seberapa pahlawankah ayah bundanya mengarahkan dan melesatkan anak panah itu?
"Apa yang engkau inginkan anaku? sehingga engkau menjadi anak yang berbahagia?".
Apa jawab mereka? apakah mereka tahu apa yang mereka inginkan? apakah mereka menjawab dengan lebih banyak pertanyaan? apakah salah orangtua mencita-citakan yang terbaik bagi si anak?
Saya khawatir, pernyataan orangtua pesekolahrumah: "biarlah anak berbahagia melakukan yang dia inginkan", muncul dari ketidakmampuan orangtua dalam mengarahkan anak. Tidak sedikit saya melihat orangtua yang frustasi tidak mampu mengendalikan si anak setelah mereka memasuki fase remaja, kegagalan mendidik anak.
Mengajar anak sendiri bukanlah perkara mudah. Ada kecenderungan anak lebih manis dan berupaya menyesuaikan diri ketika dia mondok di keluarga lain. Dan sangatlah jelas anak memerlukan teman sebaya, pertanyaan mengenai aspek sosialisasi anak homeschooling bukanlah tanpa dasar.
Salam pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H