Mohon tunggu...
Pengkuh Budhya Prawira
Pengkuh Budhya Prawira Mohon Tunggu... wiraswasta -

Keluarga di atas segala-galanya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kepemimpinan Tanpa Kemampuan Intelektual dan Kemampuan Manajerial

1 April 2019   18:34 Diperbarui: 1 April 2019   21:37 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem demokrasi yang berlaku sekarang ini memungkinkan seorang pemimpin itu muncul dari kalangan bawah. Dengan adanya sistem demokrasi, terutama dengan pemilihan langsung oleh rakyat, memungkinkan seseorang yang tidak memiliki kemampuan intelektual dan manajerial menjadi seorang pemimpin (presiden). Padahal sebenarnya tujuan dari demokrasi itu sendiri sebenarnya adalah menemukan seorang pemimpin terbaik sehingga seharusnya walaupun pemilihan seorang calon presiden itu dilakukan melalui mekanisme suaru terbanyak, tetapi sebagaimana halnya organ kepala harus memiliki kemampuan intelektual dan manajerial sehingga mampu mengarahkan organ yang lain ke arah yang diharapkannya.

Seorang presiden yang tidak memiliki kemampuan intelektual tentunya tidak akan mampu merancang strategi yang tepat demi pembangunan bangsa. Tanpa kemampuan intelektual yang memadai juga, seorang presiden tidak akan mampu memberikan penjelasan yang lugas dan jelas bagi pembantunya, rakyat atau pihak lain di luar sistem (negara). Sementara itu, tanpa kemampuan manajerial yang cukup, seorang presiden tidak akan mampu mengarahkan organ yang lain sesuai dengan strategi yang dicanangkannya.

Apa akibatnya jika seorang presiden tidak memiliki kemampuan intelektual dan manajerial?

Jika kepemimpinan tidak ditunjang oleh kemampuan intelektual, maka kepemimpinan tersebut tidak akan memiliki arah yang jelas, karena ketidakmampuan pemimpin untuk menyusun strategi pembangunan yang sesuai dengan harapannya. Akibatnya, pemimpin tersebut akan meminjam kepala yang lain untuk mengisi kekosongan tersebut, sehingga strategi yang dicanangkan adalah merupakan kumpulan dari banyak kepala orang-orang yang ada di sekelilingnya dengan begitu banyak harapan dan kemauan baik itu harapan baik maupun harapan busuk. Presiden tidak mempunyai pendirian yang kuat karena besarnya ketergantungan terhadap begitu banyak kepala yang mengarahkan tugas beliau.

Apabila kepemimpinan tidak ditunjang oleh kemampuan manajerial, maka pemimpin tidak akan mampu mengarahkan organ lain untuk bergerak sesuai dengan strategi yang dicanangkan.

 Setiap organ akan seperti buta karena bergerak tanpa arahan, sehingga setiap organ bergerak tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh pemimpin. Karena ketidakmampuan manajerial seorang pemimpin membuat banyaknya mis-komunikasi antar organ yang dipimpinnya. Tidak ada keharmonisan antara tiap organ baik dimulai dari organ pelengkap kepemimpinan, aparat pemerintah, pengusaha, organisasi keuangan bahkan rakyat itu sendiri. 

Organ demi organ bergerak sendiri sesuai maunya sendiri tanpa mau memikirkan keberlangsungan sistem. Orang-orang di sekitar presiden berbicara, mengeluarkan statement dan bergerak sesuai maunya masing-masing dengan tidak mempertimbangkan wibara seorang presiden. Aparat yang seharusnya menjadi alat body defense mechanism, menjadi alat pemukul bagi organ lainnya terutama rakyatnya sendiri karena tidak adanya arahan yang jelas dari seorang pemimpin.

Karena tidak adanya kemampuan intelektual mengakibatkan seorang presiden selalu menerima masukan dan bisikan dari orang sekitarnya yang dianggapnya baik, walaupun akibatnya membikin bangsa ini menjadi terkotak-kotak antara satu golongan dengan golongan yang lain. Padahal seyogyanya seorang pemimpin itu mengayomi semuanya dan mengarahkan setiap organ untuk bergerak sesuai fungsinya. 

Seperti dalam satu tubuh, apabila satu bagian tubuh itu sakit, seyogyanya bagian tubuh itu disembuhkan, bukan dipotong atau dibuang, kecuali memang sudah tidak ada mekanisme apapun yang bisa menyembuhkan bagian tubuh yang sakit tersebut. Dan apabila satu organ memang sudah seharusnya dipotong atau dibuang, maka seharusnya juga pemimpin menggerakkan aparat yang berfungsi sebagai tangan untuk memotong organ tersebut sehingga tidak terus berpolemik dan membuat negara ini ricuh tanpa henti.

Apabila kepemimpinan tanpa kemampuan intelektual dan manajerial, maka pemimpin tersebut hanya sebagai simbol, bukan lagi menempatkan diri sebagai pucuk pimpinan tertinggi dalam suatu negara. Tidak boleh ada kepala di atas kepala, karena kalau begitu, untuk apa dilakukan pemilihan presiden sebagai panglima tertinggi republik ini.

Pemimpin sebagai simbol tentunya hanya dibutuhkan dengan kriteria yang sangat sederhana yaitu bahwa pemimpin dimaksud haruslah seorang yang baik, bersih baik itu dilihat dari riwayat hidup masa lalu maupun masa kini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun