Perjalanan sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak bisa terlepas dari Sarekat Islam. Dari Sarekat Islam inilah muncul tokoh-tokoh nasional yang mewarnai sejarah bangsa Indonesia sampai sekarang ini seperti Sukarno, Agus Salim, Abdul Muis, Semaun, Musso, S.M Kartosuwiryo dan lain-lain.Â
Sarekat Islam itu sendiri adalah organisasi yang dipimpin oleh H.O.S Cokroaminoto dengan ideologi sosialis Islam.Sosialis adalah saudara sekandung dari faham komunis yang lahir dari konsep kolektivisme yang menyebutkan bahwa kesejahteraan harus dicapai secara bersama-sama. Sebaliknya, lawan sosialis adalah liberalis yang terlahir dari konsep individualisme yang menyebutkan bahwa setiap individu berhak untuk mencapai kesejahteraan berdasarkan hak asasinya masing-masing (Free Fight Liberalism).
Sarekat Islam yang dipimpin oleh H.O.S Cokroaminoto bertujuan untuk mencapai kemerdekaan dengan mendirikan negara dengan ideologi Islam (sosialisme Islam) yang merupakan bagian dari Pan-Islamisme (Khilafah). Berbeda dengan gurunya (Cokroaminoto), Sukarno beranggapan bahwa sosialisme Islam tidak bisa diterapkan di Indonesia yang mengandung unsur ke-bhineka-an sehingga beliau menyesuaikan konsep sosialis tersebut dengan kondisional Bangsa Indonesia yang kemudian dikenal sebagai sosialis nasionalis atau Marhaenisme. Murid lain dari Cokroaminoto, yaitu Semaun dan Musso yang berkenalan dengan komunisme Soviet menerapkan konsep sosialis komunis yang kemudian membentuk Partai Komunis Indonesia (PKI).
Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia dilandasi oleh semangat persatuan dan kesatuan yang diawali dengan Sumpah Pemuda yang diadakan oleh seluruh perkumpulan pemuda di Indonesia dengan berbagai macam ragam bahasa, suku, dan agama. Oleh karena itu, perumusan ideologi negara yang dirumuskan oleh BPUPKI pada tahun 1945 juga membawa semangat persatuan dan kesatuan tersebut. Perumusan ideologi bangsa ini dilakukan oleh tokoh-tokoh dengan ideologi yang berbeda-beda antara lain sosialis nasionalis (Sukarno), sosialisme Islam  (Abikusno dan Agus Salim), tokoh liberalis (Hatta), Islam moderat (K.H Wahid Hasyim), dan non muslim (A.A Maramis).  Hasil BPUPKI inilah yang menghasilkan Piagam Jakarta yang didalamnya tercantum ideologi bangsa yaitu PANCASILA. Pada saat perumusan ideologi bangsa, Sukarnolah yang mengusulkan PANCASILA sebagai ideologi bangsa, namun ide beliau mengenai PANCASILA menurutnya bisa dipersingkat menjadi trisila yang cenderung berbau konsep sosialis (sosionasionalisme, sosiodemokrasi, dan ketuhanan yang berkebudayaan). Â
Setelah Cokroaminoto wafat, Sarekat Islam yang telah berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) kemudian dilanjutkan oleh adiknya yaitu Abikusno Cokrosuyoso dan S.M Kartosuwiryo. Kartosuwiryo berbeda pendapat dengan Abikusno dan tokoh PSII lain yang menerima NKRI dan oleh Kartosuwiryo dianggap sudah tidak membawa misi pendirian Sarekat Islam yaitu mendirikan Negara Islam. Karena tidak menerima NKRI, maka Kartosuwiryo memproklamirkan berdirinya Daulah Islamiyah yang lebih dikenal sebagai pemberontakan DI/TII. Sementara itu, PKI yang dipimpin oleh Tan Malaka dan Musso juga berusaha mendirikan negara dengan ideologi sosialis komunis dalam NKRI yang baru terbentuk yang kemudian dikenal sebagai pemberontakan PKI Madiun 1948.
Sukarno sebagai Presiden pertama NKRI tidak pernah bisa terlepas dari ajaran gurunya yaitu sosialisme. Hal ini pulalah yang membuat terjadinya perbedaan pendapat antara Sukarno dengan Hatta yang cenderung berpandangan liberal yang seyogyanya keduanya merupakan pasangan pemimpin Bangsa Indonesia. Kecenderungan Sukarno terhadap ideologi sosialisme membuat kebijakan pemerintahannya yang cenderung berkiblat ke Blok Timur, dimana pada waktu itu sedang panas-panasnya persaingan antara liberalisme yang dipimpin oleh Amerika (Blok Barat) lawan komunisme yang dipimpin oleh Uni Soviet (Blok Timur). Kesamaan visi antara ideologi sosialis dengan komunis membuat eratnya hubungan antara keduanya lebih mudah terjalin.
Upaya Sukarno untuk menerapkan ideologi sosialisme di Indonesia terlihat dengan upayanya menerapkan konsep Nasionalis, Agama dan Komunis (NASAKOM) yang seolah-olah menjadi pengganti PANCASILA waktu itu. Bukti lain dari penerapan sosialis ala Sukarno yaitu dengan penerapan Demokrasi Terpimpin yang merupakan pendekatan demokrasi ala sosialis.
Namun, konsep sosialisme tidak bisa diterapkan pada bangsa dengan karakteristik ideologi yang beraneka ragam seperti Indonesia. Kemakmuran bersama yang merupakan konsep sosialisme harus menggunakan satu konsep berbangsa dan bernegara dengan menghilangkan ke-bhineka-an sehingga seluruh elemen bangsa bergerak di atas satu komando (kehendak) yang sama. Hal ini seperti yang terjadi pada negara komunis di China dan Uni Soviet atau ide Khilafah seperti yang diperjuangkan oleh Cokroaminoto yang kemudian dilanjutkan oleh Kartosuwiryo. Tumbangnya Pemerintahan Sukarno itu sendiri diakibatkan oleh pemberontakan PKI karena konsep NASAKOM tidak memenuhi ambisi PKI dalam mewujudkan negara sosialis komunis di Indonesia dengan ditandai oleh Pemberontakan G30S/PKI.
Berdirinya Orde Baru dilandasi dengan semangat penerapan UUD 1945 dan menjadikan PANCASILA sebagai ideologi bangsa. PANCASILA merupakan ideologi yang disusun dengan memperhatikan unsur ke-bhineka-an dan dilandasi oleh semangat persatuan dan kesatuan hasil Sumpah Pemuda. Upaya Orde Baru menerapkan PANCASILA sebagai ideologi bangsa terlihat dengan adanya penerapan nilai-nilai PANCASILA dalam kehidupan sehari-hari yang diajarkan sejak pendidikan dasar.
Kondisi bangsa Indonesia yang majemuk (bhineka) tentunya tidak akan sesuai untuk tumbuh suburnya ideologi sosialis baik itu sosialis Islam (SI/DI/TII) ataupun sosialis komunis (PKI). Hal inilah yang membuat setiap upaya pemberontakan oleh pihak dengan ideologi-ideologi tersebut tidak pernah berhasil dan tidak akan pernah berhasil di Indonesia. Hanya PANCASILA-lah yang merupakan perwujudan dari cita-cita bangsa ini yang mampu berdiri kokoh menjadi ideologi negara mengayomi kemajemukan Bangsa Indonesia.
Bagaimana dengan reformasi?
Tulisan ini dibuat bukan untuk melegitimasi Rezim Orde Baru, karena Orde Baru sudah tidak ada, namun untuk mengingatkan tentang ideologi NKRI (PANCASILA) perwujudan cita-cita bangsa yang Bhineka Tunggal Ika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H